Pendeta
(guji) Dalam Agama Shinto
Pendeta Shinto disebut kannushi
(shinshoku). Istilah kannushi sudah dikenal sejak zaman kuno untuk orang yang
menjalankan ritual di kuil. Di antara tugas utama kannushi termasuk mengelola
kuil dan melaksanakan berbagai upacara, namun tidak memberi ceramah dan tidak
menyebarluaskan agama. Kepala
pendeta disebut gūji, tugasnya memimpin upacara, mengelola manajemen keuangan
kuil, dan bertanggung jawab atas keseluruhan urusan kuil. Miko adalah sebutan
untuk wanita asisten kannushi dalam melaksanakan upacara atau pekerjaan
administrasi kuil. Istilah miko dulunya dipakai untuk wanita yang memiliki
kekuatan magis untuk menerima ramalan (takusen) dalam keadaan raga dirasuki
Kami (kamigakari).
Hari Raya
Beberapa perayaan yang biasanya di
peringati oleh pemeluk agama Shinto dan perayaan itu diadakan untuk tujuan yang
berkenaan dengan pusaka leluhur, pengusiran roh jahat atau pertanian,
puncak-puncak perayaan diadakan pada tahun baru, saat menanam padi pada musim
semi dan pada saat panen pada musim gugur, musim semi. Musim gugur adalah saat
untuk menghormati leluhur dan mengunjungi makamnya.
Ritual
Agama Shinto
Agama Shinto sangat mementingkan
ritus-ritus dan memberikan nilai sangat tinggi terhadap ritus yang sangat
mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya adalah baik dan
bersih. Adapun jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan keadaan
negatif yang harus dihilangkan melalui upacara pensucian (Harae). Karena itu
agama Shinto sering dikatakan sebagai agama yang dimulai dengan pensucian
dan diakhiri dengan pensucian. Ritus-ritus yang dilakukan dalam agama Shinto
terutama adalah untuk memuja dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang dikaitkan
dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian
(beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di atas
gunung Fujiyama.
Matsuri adalah kata dalam bahasa
Jepang yang menurut pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan
untuk Kami, sedangkan menurut pengertian sekularisme berarti festival, perayaan
atau hari libur perayaan. Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada
umumnya diselenggarakan oleh jinja atau kuil. Di daerah Kyushu,
matsuri yang dilangsungkan pada musim gugur disebut Kunchi. Sebagian besar
matsuri diselenggarakan dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan
ikan dan keberhasilan panen (beras, gandum, kacang, jawawut, jagung),
kesuksesan dalam bisnis, kesembuhan dan kekebalan terhadap penyakit,
keselamatan dari bencana, dan sebagai ucapan terima kasih setelah berhasil
dalam menyelesaikan suatu tugas berat. Matsuri juga diadakan untuk merayakan
tradisi yang berkaitan dengan pergantian musim atau mendoakan arwah tokoh
terkenal. Makna upacara yang dilakukan dan waktu pelaksanaan matsuri beraneka
ragam seusai dengan tujuan penyelenggaraan matsuri. Matsuri yang mempunyai
tujuan dan maksud yang sama dapat mempunyai makna ritual yang berbeda
tergantung pada daerahnya. Pada penyelenggaraan matsuri hampir selalu bisa
ditemui prosesi atau arak-arakan Mikoshi, Dashi (Danjiri) dan Yatai yang
semuanya merupakan nama-nama kendaraan berisi Kami atau objek pemujaan. Pada
matsuri juga bisa dijumpai Chigo (anak kecil dalam prosesi), Miko (anak gadis
pelaksana ritual), Tekomai (laki-laki berpakaian wanita), Hayashi (musik khas
matsuri), penari, peserta dan penonton yang berdandan dan berpakaian bagus, dan
pasar kaget beraneka macam makanan dan permainan
Dalam teologi agama Shinto dikenal
empat unsur dalam matsuri: penyucian (harai), persembahan, pembacaan doa
(norito), dan pesta makan. Matsuri yang paling tua yang dikenal dalam mitologi
Jepang adalah ritual yang dilakukan di depan Amano Iwato. Matsuri dalam bentuk
pembacaan doa masih tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara
individu kepada jinja atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum
pendirian bangunan atau konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta
Shinto untuk individu atau kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang
lain merupakan bentuk awal dari matsuri.
Matsuri Terbesar
- Gion Matsuri (Yasaka-jinja. Kyoto, bulan Juli), adalah tradisi yang berasal dari sekitar 1.100 tahun yang lalu. Pada tahun 869 konon terjadi wabah penyakit menular yang mengganas di seluruh Jepang, sehingga perlu diadakan upacara yang disebut Goryō-e untuk menenangkan arwah orang yang meninggal karena wabah penyakit menular.
- Tenjinmatsuri (Osaka Temmangu. Osaka, 24-25 Juli), Perayaan Tenjinmatsuri dimulai pada tanggal 1 Juni tahun 951. Pada saat itu, perayaan dibuka dengan ritual menghanyutkan kamihoko (pedang dengan mata di kedua sisi) di sungai Ōkawa. Lokasi perayaan ditentukan berdasarkan tempat tersangkutnya kamihoko yang dihanyutkan air sungai. Penghanyutan kamihoko merupakan asal-usul ritual Hokonagashi yang dilakukan sampai sekarang ini. Puncak perayaan berupa prosesi perahu berasal dari ritual Hokonagashi yang menentukan lokasi perayaan di tengah sungai..
- Kanda Matsuri (Kanda Myojin, Tokyo, bulan Mei).
Festival dan Matsuri yang lain
- Festival Salju Sapporo (Sapporo, Prefektur Hokkaido, bulan Februari)
- Festival Salju Iwate (Koiwai Farm, Shizukuishi, Prefektur Iwate, bulan Februari)
- Yosakoi Sōran Matsuri (Sapporo, Hokkaido, bulan Juni)
- Niigata Odori Matsuri (Niigata, Prefektur Niigata, pertengahan bulan September)
- Odawara Hōjō Godai Matsuri (kota Odawara, Prefektur Kanagawa)
- Yosakoi Matsuri (kota Kochi, Prefektur Kochi, 9-12 Agustus)
- Hakata dontaku (3-4 April, kota Fukuoka)
- Hamamatsu Matsuri (3-5 Mei, kota Hamamatsu, Prefektur Shizuoka)
- Wasshoi Hyakuman Natsu Matsuri (kota Kita Kyūshū, Prefektur Fukuoka, hari Sabtu minggu pertama bulan Agustus)
Matsuri dalam bentuk pembacaan doa masih
tersisa seperti dalam bentuk Kigansai (permohonan secara individu kepada jinja
atau kuil untuk didoakan dan Jichinsai (upacara sebelum pendirian bangunan atau
konstruksi). Pembacaan doa yang dilakukan pendeta Shinto untuk individu atau
kelompok orang di tempat yang tidak terlihat orang lain merupakan bentuk awal
dari matsuri.
Upacara
Keagamaan
Mengenai tata cara sembahyang atau
doa dalam kuil Shinto sangat sederhana yaitu melemparakan sekeping uang logam
sebagai sumbangan di depan altar, mencakupkan kedua tangan di dada dan selesai.
Jadi semua proses berdoa yang dilakukan dengan berdiri ini tidak lebih dari
sepuluh detik. Doa dilakukan tidak mengenal hari atau jam khusus jadi bebas
dilakukan kapan saja. Sedikit catatan, bisa disebutkan bahwa tata cara doa di
kuil Shinto dengan kuil Buddha sangatlah mirip. Yang sedikit berbeda adalah di
kuil Buddha tangan dicakupkan ke depan dada dengan pelan, hening dan tanpa
suara, sedangkan kuil Shinto adalah sebaliknya yaitu mencakupkan tangan dengan
keras sehingga menghasilkan suara sebanyak dua kali (mirip tepuk tangan).
Walaupun aturan tata cara berdoa ini
bisa disebut baku
namun sama sekali tidaklah bersifat mengikat. Berdoa tepat di depan altar
utama, dari halaman kuil, dari luar pintu gerbang, dilakukan tidak dengan
mencakupkan tangan namun membungkukkan badan atau bahkan tidak berdoa sama
sekali bukanlah masalah.
Tujuan
Agama Shinto
Mencapai keabadian di antara
mahluk-mahluk rohani “Kami”. Kami dipahami oleh penganut Shinto sebagai satu
kekuasaan supranatural yang suci, hidup di atau terhubung dengan dunia roh.
Hakikat manusia adalah yang paling tinggi, karena mereka memiliki Kami yang
paling banyak. Keselamatan adalah hidup dalam jiwa dunia dengan mahluk-mahluk
suci ini.
Jalan
Untuk Mencapai Tujuan
Dalam Shinto keselamatan dicapai
melalui pentaatan terhadap semua larangan dan penghindaran terhadap orang atau
obyek yang mungkin menyebabkan ketidak sucian atau polusi. Kami seseorang tetap
hidup setelah kematian, dan manusia biasanya menginginkan untuk berharga dan
dikenang dengan baik oleh keturunannya
Artikel selanjutnya :
........dan
di Jepang berbenturan dengan Shintoism, dan perbenturan itu menimbulkan
saling-pengaruh di dalam sejarah perkembangan aliran-aliran Mahayana di
Tiongkok dan di Jepang........... Dalam prakteknya untuk memperoleh pencerahan
seseorang harus melaksanakan meditasi dan disiplin diri. ......... inilah yang
disebut Zen Budhisme. Pengikut Zen berusaha mencapai ilham
tertinggi dengan kontemplasi (latihan-latihan rohaniah yang mendalam)............
Salah satu kebiasaan menarik dalam zen buddhism untuk mencapai penerangan
adalah koan. Koan adalah semacam 'puisi' atau 'cerita pendek' mengenai ajaran
zen buddhism dan isinya terkadang membingungkan. .............
Compiled : I Dewa Putu Sedana.
(Dari Berbagai Sumber)
ARTIKEL TERKAIT, KLIK DIBAWAH INI :
Istilah Spiritual Dasar |
Jainisme, Agama yang Atheis 1 |
Budha Zen 1 |
Energi Spiritual 1 |
Agama Bahai Aliran Sesat 1 Intisari Bhagawad Gita |
Belum ada Komentar untuk "RITUAL AGAMA SHINTO (4)"
Posting Komentar