Agama
Jain (Jainisme), merupakan agama yang unik. Mungkin satu-satunya agama yang
Atheis di dunia. Zoroastrianisme juga unik, bukan dalam hal teologinya, tetapi
pada upacara kematian dari penganutnya. Mayat menurut mereka adalah kotor,
karena itu tidak boleh ditanam karena akan mengotori bumi dan juga tidak boleh
dibakar karena akan mengotori api (secara spiritual). Jalan keluarnya adalah
mayat ditaruh diatas menara dan dibiarkan dimakan oleh burung pemakan bangkai.
Konon dalan setengah sampai satu jam dagingnya akan habis dimakan oleh burung
pemakan bangkai. Kalau mayat yang tidak dikuburkan, di tanah air juga bisa
dijumpai. Di Toraja mayat ditaruh di dalam lubang goa, sedangkan di Trunyan,
Bali, mayat ditaruh diatas tanah. Agar mayat tidak diganggu oleh binatang,
disekeliling mayat dipasang penghalang dari bambu. Ingin lihat ?. Datang saja
ke Trunyan, Bali ……
Zoroastrianisme
adalah sebuah agama yang ajaran filosofinya
didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster.
Di IIran Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna
yaitu kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau “Tuhan yang Bijaksana”. Zarathustra yang merasa tidak puas dengan
ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan. Oleh sebab
itu, oleh para ahli ia kemudian hari dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru
agama tradisional. Agama ini membawa konsep monoteisme.
Zoroaster
Munculnya
Zoroastrianisme
Zarathustra atau Zoroaster adalah pelopor berdirinya Zoroastrianisme di Iran (Persia). Ia hidup
sekitar abad ke 6 SM .Zarathustra
berasal dari keturunan suku Media . Ia adalah seorang imam yang dididik
dalam tradisi Indo-Iran. Agama ini membawa konsep monoteisme. Oleh sebab itu,
oleh para ahli ia kemudian dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru agama
tradisional. Sebelum Zarathustra lahir, agama yang ada di Iran bersumber pada macam-macam ajaran, seperti politheisma, paganisme dan animisme.
Zarathustra dikenal sebagai nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup
melakukan berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan
penyingkapan-penyingkapan dari kebenaran spiritual. Zarathustra
ingin memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang
berkembang di Iran saat itu. Pada usia tiga puluh tahun, Zarathustra menerima sebuah penglihatan.
Menurut legenda,
ia melihat cahaya besar yang kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura
Mazda. Sejak perjumpaannya dengan Ahura Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat
menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda.
Ajarannya yang sangat berbeda dengan kepercayaan yang ada pada waktu itu
menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan.
Agama
itu bermula tumbuh di dalam wilayah Azarbaijan sebelah utara Iran.Oleh karena
mendapat tantangan dari bangsanya, maka Zarathustra pindah menuju
Balkh, ibukota wilayah Baktria di Asia Tengah. Di depan balai kerajaan raja
Kavi Vishtaspa, dalam suatu dialog agama, Zoroaster berhasil menundukkan dan mengalahkan
kaum Majus (Magians) hingga raja beserta seluruh keluarganya memeluk agama
Zarathustra dan mengumumkannya sebagai agama resmi didalam wilayah Bakhtria
Pada
tahun 618 SM Raja Chorasma yaitu Vitaspa dan menterinya Yasasp yang menikahi Pauron Chista
kemudian menjadi penganut Zoroastrianisme. Barulah
Zoroastrianisme mengalami perkembangan dan semakin bertambah banyak yang
menjadi pengikutnya. Zarathustra meninggal di usia 77 tahun.
Raja
Vishtaspa itu, yang dalam literature di Barat dikenal dengan Kings Hystaspes,
berasal dari keluarga Hakkham.Seorang cucunya yaitu Cyrus the Great (559-529
SM) berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil diseluruh wilayah Iran dan
membangun sebuah Imperium Parsi yang dikenal dngan dinasti Hakkham (600-331
SM), dan dunia barat mengenalnya dengan dinasti Achaemenids/Akhemeniyah.
Ibukotanya dipindahkan dari Balkh ke kota Sussa di sebelah timur sungai Tigris,
kemudian ke Persepolis (Istakhri).
Setelah
raja-raja Achaemenid/akhemenia itu pertumbuhan kekuasaannya sampai pada masa
tumbangnya terbagi atas 3 tahap masa, yaitu:
- Masa 600-550 sebelum masehi, yaitu dalam masa 150 tahun merupakan masa pertumbuhan kekuasaan dan pengembangan agama Zarathustra.
- Masa 550-486 sebelum masehi, yaitu dalam masa 65 tahun merupakan masa perluasan kekuasaan dan perluasan pengaruh agama Zarathustra.
- Masa 486-331 sebelum masehi, yaitu dalam masa 156 tahun merupakan masa sengketa yang terus menerus dengan pihak Grik.
Raja-raja
dari dinasti Achaemenids/Akhemenia adalah penganut agama Zarathustra sampai
kepada raja Darius III (363-331 SM). Pada masa inilah imperium Parsi itu
ditaklukkan oleh Alexander the Great (356-323SM) dari Macedonia dan lalu
berlangsung Hellenisasi yang intensif diseluruh wilayah Iran.
Di
dalam wilayah yang luas ini berlangsung Hellenisasi, pemaksaan akan kebudayaan
Grik, mithologi Grik, serta Filsafat Grik, dan di anak benua India mereka
meninggalkan jejaknya berupa seni pahat patung. Dengan berlangsungnya Hellenisasi
sekitar 5 abad lamanya di wilayah Iran, dibawah dinasti Seleucids/seleukus
(248-226 SM) maka bahasa Iran tua pun lenyap dari pergaulan sehari-hari
digantikan oleh bahasa Pahlevi tua, yaitu perpaduan antara bahasa Grik dan
bahasa Iran. Sementara
itu mithologi Grik yang memuja Dewa Zeus yang melambangkan Dewa Matahari,
beserta pemujaan dewa lainnya, lantas diserap oleh masyarakat seluruhnya hingga
agama Zarathustra yang aslinya menganut Monotheism itu bergantikan
aliran-aliran Mazdisme, dan Manichaenisme.
Aliran-aliran
itu berkembang dan menjadi panutan rakyat pada umumnya dari abad ke abad sampai
kepada masa pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan nasional Iran kembali, yaitu
dibawah dinasti Sassanids (226-641 M).Diantara aliran-aliran yang paling
berpengaruh bagi agama ini adalah Mazdaism yang lambat laun dikenal sebagai
agama Majusi karena upacara-upacara kebaktian dilaksanakan melalaui para
pendeta kuil yang disebut dengan kaum Majus (Magians). Pada
tahun 641 M, yaitu pada masa pemerintahan Koshru Yesdegird III (634-641 M),
kekuasaan Sassanids/Sassania di Iran ditumbangkan oleh kekuasaan Islam yakni
pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Dan itulah
perkembangan terakhir dari agama Zarathustra sepanjang sejarahnya selama 12
abad lamanya, lantas terdesak oleh pengaruh agama Islam di Iran. Zoroastrianisme
tidak menekankan pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya
sebagai agama yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap
membuka peluang bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme.
Sepanjang abad 20 ,
banyak orang-orang penganut Zoroastrianisme yang menetap diIran dan India melakukan migrasi ke
negara-negara lain. Kini, komunitas Zoroastrianisme dapat ditemukan di
kota-kota besar seperti London, New York, Chicago, Boston, dan Los Angeles dan telah hidup berbaur dengan
komunitas-komunitas beragama lain
Artikel selanjutnya :
Menjelang
akhir zaman akan turun 3 juru selamat yaitu: Aushedar, Aushedar-mah,
Dan Shayoshant. Kitab suci Zoroaster : Avesta dibagi menjadi Khurda Avesta dan Kalan Avesta yang juga dikenal
dengan Zend atau Maha-Zend. serta Dasatir dibagi menjadi 2 bagian ……… Zoroastrianisme
menganggap mayat tidak suci dan harus dihancurkan secepat mungkin, ia
tidak boleh disentuh oleh 4 elemen suci : air, udara, bumi dan api. Dan
tidak diizinkan dikubur atau dibakar. ………. Pada saat kelahiran bayi
itu kepala kaum Majus di tanah Iran bernama Durashan mendadak gemetar ketakutan
amat sangat dan beroleh firasat bahwa seorang bayi baru telah lahir kedunia
yang kelak akan menghancurkan agama Majusi beserta pemujaaan berhala dan akan
memusnahkan kaum Majus dari permukaan bumi. …………………
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
(Dari
Berbagai Sumber)
Belum ada Komentar untuk "ZOROASTRIANISME, Mayat Penganutnya Digeletakkan di Menara (1)"
Posting Komentar