Masa Kecil Zarathustra
Masa
kecil dan masa kehidupan selanjutnya Zarathustra dipercaya kaya akan keajaiban.
Disebutkan bahwa beliau lahir dalam keadaan tertawa bukannya menangis. Juga
diceritakan saat beliau masih kecil telah terhindar dari banyak ujian dalam
kehidupannya dengan bantuan binatang-binatang besar. Pada suatu kejadian seekor
kerbau berdiri melindunginya dari injakan kaki-kaki kuda ternak. Juga ada
diceritakan saat seekor kuda betina melindunginya dari injakan kuda-kuda
lainnya. Pada saat lainnya seekor serigala bukan menerkam bahkan membiarkan
beliau begitu saja diantara anak-anaknya. (Beberapa pengikut modern ajaran ini
tidak menganggap hal-hal tersebut secara serius).
Zarathustra
sewaktu masih kecil diceritakan sagat cerdas dan tangkas bicara sehingga
teman-temannya sangat segan kepadanya. Dalam usia 15 tahun ia memproleh costi
(ikat pinggang suci = sacred girdle) sebagai tanda lulus pelajaran keagamaan,
tetapi ia tidak merasa puas dan yakin akan ajaran keagamaan yang dipelajarinya
itu. Menjelang umur 20 tahun ia gemar mengembara kesana kemari serta memberikan
bantuan kepada orang yang melarat dan kesusahan. Dan pada usia 20 tahun ia pun
dikawainkan oleh ibunya dengan seorang gadis bernama Havivi.
Masa
10 tahun berikutnya dilaluinya dengan kegelisahan di dalam jiwanya.. untuk
menyebarkan agama barunya tersebut ke kota kelahirannya di wilayah utara Iran.
Tetapi dalam masa tersebut hanya seorang saja yang beriman di kota kelahirannya
tersebut, disebabkan tantangan yang sengit dikiri dan kanan. Ia mengajarkan
tentang kodrat Maha Tunggal yang bijaksana yang tak dapat disaksikan dan
dilihat dan diraba, dan hal tersebut direspon dengan ejekan dan penghinaan, ia
banyak bersabar dan terus mempercayai janji dari Ahura Mazda, hingga pada
akhirnya ia memanjatkan permohonana dan lalu keluar perintah supaya hijrah dari
situ, ia pun hijrah ke daerah Balk di Asia tengah. Saat usianya 30 tahun
terjadilah sebuah titik balik yang sangat menentukan. Pada suatu hari ia
berkata kepada istrinya : “saya akan pergi bersemedi untuk memproleh
ketenteraman pikiran. Saya berharap dapat menemukan sumber penderitaan di Dunia
Ini.” Dan ia pun bersemedi dalam sebuah gua pada Gunung Sabalan. Dan dalam gua
itulah ia memproleh kerasulannya. Ia menyambut gelar kerasulannya dengan
kesediaan diri untuk mengorbankan apapun juga, untuk siapapun juga demi
penyebaran agama tersebut, dengan menyerahkan sepenuhnya kepada Ahura Mazda dan
hanya mempercayai Ahura Mazda saja.
Pada
usia tiga puluh tahun, Zarathustra menerima sebuah penglihatan. Menurut legenda,
ia melihat cahaya besar yang kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura
Mazda. Sejak perjumpaannya dengan Ahura Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat
menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda.
Ajarannya yang sangat berbeda dengan kepercayaan yang ada pada waktu itu
menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan. Anggapan ini sering di bantah karena
pada dasarnya Zoroaster juga masih mengakui dewa-dewa pagan yang diantaranya
adalah, Dewa Vahista, Dewa Vohu Manah (dewa sapi), Dewa Kesharta Vairya, Dewa
Spenta Armaity, dan Dewa Haurvatat, kelima Dewa ini di definisikan dengan
hakikatnya masing-masing.
Ketika Islam berkuasa di Persia tahun 636-637 Masehi, Zoroastrianisme sempat mengalami
kemunduran. Banyak penduduk Persia yang lebih tertarik kepada agama Islam.
Sekelompok pemeluk Zoroastrianisme kemudian pergi ke India dan menetap di
Mumbai. Di sana mereka dikenal dengan sebutan orang-orang Parsi
Meskipun
beberapa menggambarkan sosok Zoroaster dalam visual menunjukkan nabi yang
melakukan beberapa perbuatan legenda, pada umumnya penggambaran hanya sekedar
menghadirkan dia di jubah putih (yang juga dipakai oleh imam Zoroaster)
masa kini. Dia sering terlihat memegang buku di tangan, yang dapat ditafsirkan
Avesta tersebut. Atau, ia muncul dengan gada baja dimahkotai dengan kepala
banteng yang juga biasanya dibawa para imam dalam upacara
mereka. Dalam penggambaran lain ia muncul dengan mengangkat tangan dan
jari diangkat, seolah-olah untuk membuat titik. Zoroaster jarang
digambarkan sebagai melihat langsung kedepan, melainkan ia tampaknya melihat
sedikit ke atas, seolah memohon. Zoroaster hampir selalu digambarkan dengan
jenggot, Di antara yang paling terkenal dari penggambaran Zarathustra di Eropa
adalah sosok di Raphael 1509 The School of Athens. Di dalamnya, Zarathustra dan
Ptolemy mengalami diskusi di pojok kanan bawah. Nabi memegang bola dunia
bertabur bintang.
Zoroaster memegang falak di Raphael School of Athens
Dalam
masa dua abad kemudian, agama itu diterima oleh Raja-raja Persia dan memperoleh
pengikut yang lumayan. Sesudah Kekaisaran Persia ditaklukkan oleh Alexander
Yang Agung di akhir pertengahan abad ke-4 SM, agama Zoroaster mengalami
kemunduran deras. Tapi, akhirnya orang-orang Persia memperoleh kemerdekaannya
kembali, pengaruh Hellenistis merosot, dan ada semacam kebangkitan kembali
Agama Zoroaster. Di masa dinasti Sassanid (226 – 651 M) agama Zoroaster
diterima sebagai agama resmi negeri Persia.
Zarathustra
dikenal sebagai nabi yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai
mujizat.[
Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan penyingkapan-penyingkapan dari
kebenaran spiritual.
Kesimpulan
ini juga adalah kesimpulan Dr. Pallan R. Ichaporia, seorang pimpinan pada The Research and Preservation Commitee of
The Federation of Zaratustra Assosiation di Amerika Utara, dalam
artikelnya Zoroastrianism.
Artikel selanjutnya :
........... kepercayaan
kepada makhluk-makhluk suci tersebut diubah menjadi konsepsi kedewataan yang
dihubungkan dengan penciptaan alam. Segala bentuk ajarannya dituangkan
dalam kitab yang disebut Gathas ......... Mempercayai bahwa setiap orang bebas
untuk berhubungan dengan yang baik atau yang jahat, dan bila orang-orang
harmonis dengan Ahura Mazda ............. Mempercayai
bahwa kesucian merupakan gambaran yang pertama, kebenaran yang kedua dan
kedermawanan yang terakhir. ..........
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
5. Agama Tao 1
(Dari
Berbagai Sumber)
Belum ada Komentar untuk " MASA KECIL ZOROASTER - 3"
Posting Komentar