Tata cara
kehidupan
Dalam
kehidupan Zoroaster mengajarkan agar manusia untuk menikah, berketurunan,
memelihara penghidupan, pertanian dan peternakan. Sama seperti halnya
agama yang lain.
Zoroaster
mengajarkan kepada pemeluknya untuk menolong tuhannya mengalahkan roh jahat
dengan melakukan pemurnian pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik;
kebersiahan hati yang pemurah dan dermawan; pengasih kepada binatang terutama
hewan yang berguna; melakukan pekerjaan yang bermanfaat ; menolong kepada
sesama manusia terutama orang-orang yang membutuhkan; memberikan pendidikan dan
pengajaran yang baik.
Rumah 1.000 Pintu
Eskatologi
(eschatology) berasal dari kata Grik eschatos bermakna: akhir keseluruhan. Yang
maksudnya: ajaran atau doktrin tentang akhir segalanya, tentang maut, tentang
kebangkitan kembali, tentang peradilan terakhir, dan tentang hidup kekal
selanjutnya, sebagaimana hampir seluruh agama memiliki doktrin serupa.
Konsep
surga adalah keadaan yang kembali kepada kehidupan dunia sebelum Ahriman. Surga
seperti tempat reuni keluarga besar dan kehidupan di dalamnya, merupakan penyempurnaan
alami dari kehidupan di dunia serta kenikmatan yang abadi dengan tidak lagi
memiliki nafsu makan dan merupakan tempat roh memuji Ahura Mazda.
Penulis
Zoroaster Kiwari juga memandang keabadian jiwa dan lestarinya manusia setelah
kematian, ganjaran segala perbuatan baik dan hukuman segala perbuatan buruk, di
surga dan neraka, hari kiamat merupakan asas dan fondasi agama Zoroaster
Ajaran Zoroaster sebagaimana ajaran agama lainnya meyakini bahwa ruh manusia
tidak akan binasa seiring dengan datangnya kematian. Manusia dengan
memperhatikan segala perbuatannya, akan memasuki surga atau neraka. Dalam kitab
Gathas terdapat ajaran-ajaran yang berbeda dengan ajaran-ajaran yang tercantum
dalam Avesta. Salah satu rukun ajaran ini yang disebut sebagai “Agama lama
Zoroaster” atau “pertama”, menyebutkan: “Manusia pasca kematian akan melintasi
Chinvat Peretum; sebuah jembatan yang tidak dapat dilalui oleh para pendosa,
dan pada akhirnya orang-orang baik akan memasuki firdaus dan orang-orang buruk
akan terlempar ke neraka. Setelah berhasil melewati jembatan ini maka seseorang
akan hidup bahagia dengan rahmat Ahura Mazda. Semakin banyak kebaikan yang
dibuat seseorang maka akan semakin lebarlah jembatan itu dan sebaliknya,
semakin besar kejahatannya maka semakin sempitlah jembatan itu hingga rohnya
tidak dapat melewatinya dan jatuh dari Jembatan Chinvat. Di bawah jembatan
inilah terdapat neraka
yang penuh api,
sebuah tempat yang suram dan penuh kesedihan. Dan akhirnya ketika meninggal
transfigurasi alam akan berakhir dalam keabadian.
Juga
disebutkan dalam Gathas bahwa akan terdapat sebuah alam setelah kematian. Dalam
pemahaman Zoroastrianisme, setiap orang akan mengalami penghakiman setelah
meninggal. Penganut Zoroaster meyakini bahwa ketika seseorang meninggal,
ia harus dapat membuktikan dirinya telah melakukan lebih banyak kebaikan
daripada kejahatan. Menurut ajaran Zoroastrianisme, dunia akan mengalami
pembaruan menuju kesempuranaan dan jiwa-jiwa baik yang masih hidup dan sudah
mati akan dibebaskan selamanya dari kuasa jahat.[ Pembaruan
dunia dan kebangkitan kembali seluruh ciptaan disebut Frashokeveti
Menjelang akhir zaman akan turun 3
juru selamat yaitu:
- Aushedar,
- Aushedar-mah,
- Dan yang terakhir Shayoshant.
Kedatangan ketiganya akan menegakkan
keadilan dan memusnahklan kejahatan.
Relief Zoroaster
Sekte-sekte
Zoroastrianisme
Terbaginya
Zoroastrisme ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan
pemahaman teologi. Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun
Baru yang berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme:
- Kelompok Shenshahi yang merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau September
- Kelompok Qadimi yang merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau Agustus
- Kelompok Fasli yang merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret
Aliran dalam Zoroastrianisme :
- Mazdak, aliran yang mempercayai dua tuhan, yakni tuhan kebaikan dan tuhan keburukan. Selain itu, ajaran sosialismenya menyatakan bahwa semua manusia itu sama, tidak memiliki strata sosial.
- Tsanawiyah, selain mengakui dualisme tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka menyambah berhala.
- Disahniyah, ajarannya mirip dengan ajaran Manu.
Ikuti
lanjutan Artikel ini yang akan memuat : Kitab Suci, Tempat Ibadah, Upacara
berupa Ritus Naojote, Ritus Kematian, dimana mayat tidak dikubur, tapi
digeletakkan di Menara, Ritual Sadeh, Perkembangan Zoroastrianisme Masa Kini,
Tujuan Zoroastrianisme, dan Jalan Untuk Mencapai Tujuan tersebut.
Artikel selanjutnya :
Kitab
suci penganut Zoroaster adalah kumpulan tulisan-tulisan
sakral yang dikenal dengan Dasatir dibagi menjadi 2 bagian yaitu: Khurda
Dasatir dan Klan Dasatir, serta Avesta yang dibagi menjadi Khurda Avesta dan
Kalan Avesta yang juga dikenal dengan Zend atau Maha-Zend ........... Gatha adalah sekumpulan nyanyian yang
terhimpun semenjak 3500 tahun yang lalu dan di dalamnya dijelaskan tentang
jalan hidup yang baik ......... Tempat
ibadah agama Zoroaster adalah kuil (kuil api) yang umumnya berbentuk kotak, di
dalam kuil, api dibiarkan terus menyala sebagai perlambang kehadiran dewa-dewa
juga sebagai lambang kesucian. Tidak harus pergi ke kuil jika ingin melakukan
ritual ibadah, terkadang mereka berdoa di tempat luar seperti sungai-sungai,
gunung, ladang dan rumah masing-masing. ............
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
Dari Berbagai Sumber
Belum ada Komentar untuk "KONSEP ESKATOLOGI KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN ZOROASTER ISME 6"
Posting Komentar