Perkembangan
Zoroastrianisme Masa Kini
Meskipun Zoroatrianisme punya
macam-macam elemen yang serupa dengan agama-agama Iran yang lebih lama, tak
tampak tersebar luas di masa Zoroaster sendiri. Tapi, daerah tempat dia hidup
kait-berkait bersama dengan Kekaisaran Persia di bawah Cyrus Yang Agung di
pertengahan abad ke-16 SM pada saat matinya Zoroaster. Dalam masa dua abad
kemudian, agama itu diterima oleh Raja-raja Persia dan memperoleh pengikut yang
lumayan. Sesudah Kekaisaran Persia ditaklukkan oleh Alexander Yang Agung di
akhir pertengahan abad ke-4 SM, agama Zoroaster mengalami kemunduran deras.
Tapi, akhirnya orang-orang Persia memperoleh kemerdekaannya kembali, pengaruh
Hellenistis merosot, dan ada semacam kebangkitan kembali Agama Zoroaster. Di
masa dinasti Sassanid (226 – 651 M) agama Zoroaster diterima sebagai agama
resmi negeri Persia.
Sesudah ditaklukkan Arab di abad
ke-7 M, sebagian besar penduduk Persia lambat laun memeluk agama Islam (dalam
beberapa hal dengan kekerasan, walau pada prinsipnya kaum Muslimin punya sikap
toleran kepada agama lain). Sekitar abad ke-10, sebagian sisa penganut agama
Zoroaster lari dari Iran ke Hormuz, sebuah pulau di teluk Persia. Dari sana
mereka atau turunannya pergi ke India tempat mereka mendirikan semacam koloni.
Orang Hindu menyebut mereka Parsees karena asal mereka dari Persia. Kini ada
sekitar l00.000 lebih kelompok Parsees di India, umumnya tinggal di dekat kota
Bombay tempat mereka membentuk suatu kelompok kehidupan masyarakat yang makmur.
Zoroastrianisme tak pernah melenyap seluruhnya di Iran; hanya sekitar 20.000
penganut masih ada di negeri itu.
Kini, di dunia penganut Zoroaster
lebih sedikit jumlahnya ketimbang kaum Mormon maupun Christian Scientists.
Tapi, Mormonisme dan Christian Science tumbuhnya belum lama; dilihat dari
perjalanan sejarah, jumlah keseluruhan pengikut Zoroaster jauh lebih besar.
Lebih dari itu, Zoroatrianisme telah
memberi pengaruh kepada agama-agama lain, seperti Yudaisme dan Nasrani. Bahkan,
pengaruhnya yang lebih besar kentara pada Manichaeisme, agama yang didirikan
oleh Mani, yang mengambil oper ide Zoroaster tentang pertentangan antara roh
baik dan roh jahat dan mengembangkannya menjadi agama yang kompleks dan
bersifat memaksa. Untuk sementara waktu kepercayaan baru yang ia dirikan
merupakan agama besar dunia, walaupun kemudian punah
Zoroastrianisme tidak menekankan
pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya sebagai agama
yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap membuka peluang
bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme.
Zoroaster
Tujuan
Zoroastrianisme.
Tujuan dari
Zoroastrianisme adalah untuk memperoleh tempat di surga , dimana jiwa
akan bersama-sama dengan Tuhan yang disebut Ahura Mazda, untuk mendapatkan
berkahnya untuk selamanya.
Jalan
Untuk Mencapai Tujuan
Dalam Gathas, Zoroaster melihat
kondisi manusia sebagai perjuangan mental antara Asa (kebenaran) dan druj
(kebohongan). Konsep kardinal Asa-yang sangat bernuansa dan hanya samar-samar
diterjemahkan-adalah pada bagian fondasi dari semua ajaran Zoroaster, termasuk
dari Ahura Mazda (yang ASA), penciptaan (yaitu Asa), eksistensi (yaitu Asa) dan sebagai kondisi.
Tujuan dari manusia, seperti bahwa
dari semua ciptaan lainnya, adalah untuk mempertahankan Asa. Untuk manusia, ini
terjadi melalui partisipasi aktif dalam kehidupan dan pelaksanaan pemikiran
konstruktif, kata-kata dan perbuatan.
Unsur filsafat dari Zoroaster
memasuki Barat dan mempengaruhi Yudaisme dan Platonisme Tengah dan telah
diidentifikasi sebagai salah satu peristiwa kunci awal dalam perkembangan
filsafat].
Di antara para filsuf Yunani klasik, Heraclitus sering disebut sebagai
terinspirasi oleh cara berfikir Zoroaster.
Setiap roh manusia setelah kehidupan
dunia ini akan bergentayangan selama tiga hari di dekat jasadnya. Pada hari
keempat, roh menghadapi pengadilan di atas “Jembatan Pembalasan” yang dijaga
oleh Dewa Rashu yang bertindak sebagai hakim dan bertugas menimbang perbuatan
baik buruk manusia. Apabila baik roh tersebut langsung menuju surga. Apabila
buruk akan dimasukkan ke neraka. Apabila timbangannya seimbang maka roh
tersebut di bawa ke tempat yang bernama Hamestagan atau tempat campuran.
Proses pencapaian ke surga bagi jiwa
yang baik bergerak dalam 3 tahap ;
- Cahaya: bintang (stars),
- Bulan (the moon) dan
- Matahari (The Sun).
Begitupun dengan kejahatan
digambarkan dengan kegelapan. Jelaslah bahwa konsep ini berpengaruh dalam agama
monoteistik selanjutnya. Kepercayaan terhadap hari pembalasan menjadi salah
satu titik tolak etika dalam semua agama. Entah modelnya surga-neraka atau
reinkarnasi.
Zoroastrianisme tidak menekankan
pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya sebagai agama
yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap membuka peluang
bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme. Sepanjang abad 20 , banyak orang-orang penganut Zoroastrianisme yang menetap di Iran dan India melakukan migrasi ke
negara-negara lain. Kini, komunitas Zoroastrianisme dapat ditemukan di
kota-kota besar seperti London, New York, Chicago, Boston dan Los Angeles. dan telah hidup berbaur dengan
komunitas-komunitas beragama lain.
Artikel selanjutnya :
......... bahwa
tujuan hidup manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan
hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin berlandaskan dharma............ Kelompok Roh dengan spektrum kuning tak lain adalah Roh-Roh
pemula. Mereka menggunakan kehidupan mereka untuk bersenang-senang, mengejar uang, ambisi, status dan reputasi
............. Spinoza dianggap sebagai salah
seorang filsuf Barat modern yang terbesar. Filsafatnya tentang Tuhan hampir
mirip dengan dengan pandangan Hindu, yang disebut Pantheisme (pan = segalanya;
theis = Tuhan). Ia memahami Tuhan mengejawantah di dalam hukum-hukum alam, yang
di dalam Hindu disebut Rta yang mengatur alam dan karma yang mengatur perbuatan
manusia..........
Compiled : Drs IDP Sedana MBA.
(Dari Berbagai Sumber)
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
Belum ada Komentar untuk "ZOROASTERISME, MASA KINI - 9"
Posting Komentar