Sutra-Sutra Yang
Dijadikan Pedoman
Zen
Kendatipun
kita sering mendengar bahwa
kaum Cha’n/Zen tidak terikat kepada Sutra-Sutra, ada juga Sutra-Sutra yang
dijadikan ‘teori’ oleh mereka. Ini juga berarti mereka tidak terlalu terikat
kepada apa yang tertulis dalam Sutra-Sutra. Naskah Utama Sutra tersbut adalah:
1. Suranggama Sutra (Leng Yen Cing)
terjemahan Siksananda
2. Lankavatara Sutra (Leng Kha Cing)
terjemahan Gunabadra
3. Vajrachedika Prajnaparamita Sutra (Cin
Kang Cing/Sutra Intan) terjemahan Kumarajiva
4. The Platform Sutra of Sixth Patriach
(Liu Chu Th’an Cing/Sutra Altar dari Hui Neng)
5. Vimalakirti Nirdesa Sutra (Wei Mo
Cing) terjemahan Kumarajiva
Sekte Budha di Jepang.
Buddha
di Jepang mengenal sangat banyak sekte namun bagi masyarakat umum, keberadaan
dari masing-masing
sekte ini nyaris tidak memiliki pengaruh apapun dari segi keanggotaan. Tentu
saja karena seperti sudah diketahui, kebanyakan orang Jepang menganggap agama
adalah kebebasan dan umumnya mereka tidak pernah tergabung dengan kelompok
agama apapun atau sekte apapun. Perbedaan sekte ini hanya berlaku di lingkungan
organisasi kuil dan pendetanya saja. Jadi
perebutan pengaruh, penyebaran agama ataupun merekrut anggota baru nyaris tidak
ada dalam kehidupan beragama di negara tersebut. Satu satunya perkecualian
mungkin adalah sekte Sōka Gakkai.
Empat sekte diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pure Land Buddhism,
sekte ini mempopulerkan
upacara kremasi di Jepang.. Sekte ini mempunyai pengikut yang cukup luas
meliputi negeri China, Tibet dan Vietnam.
2. Nichiren Buddhism Nichiren Sho Shu yang
artinya Sekte Benar Nichiren, didirikan pada tahun 1253 oleh pendeta Nikkō,
murid pendeta Nichiren. Sekte Nichiren adalah salah satu sekte Buddha yang
cukup unik. Keunikannya adalah sekte ini adalah tidak melakukan penyembahan ke
arca Buddha seperti yang umum dilakukan pada tradisi Buddha lainya. Sebagai
gantinya mereka meletakkan Mandara, tulisarn atau huruf Jepang yang berisikan
mantra atau tulisan suci yang dikeramatkan.
3. Sōka
Gakkai. Dalam
perkembangan selanjutnya ajaran Nichiren ini melahirkan sekte atau kelompok
baru yang lebih modern dan solid yang disebut Sōka Gakkai. Sekte ini berdiri pada tahun 1975 dan
merupakan sekte Buddha yang memiliki struktur organisasi dan juga pengikut
paling solid dan terbesar di Jepang saat ini. Bahkan dalam satu dasarwarsa ini,
pengaruhnya sudah tersebar ke berbagai negara lain. Ajarannya kebanyakan
bersumber dari ajaran Nichiren. Sepertinya sekte ini berusaha untuk keluar dari pakem
agama yang statis yang berkutat pada masalah dogma dan ritual. Sōka Gakkai
tidak menekankan aktivitasnya pada kegiatan tradisi dalam arti ritual seperti
sembahyang atau ibadah namun lebih banyak ke bidang pendidikan dan perbaikan
prilaku. Kelompok ini juga tidak memiliki kuil atau tempat ibadah apapun, namun sebagai gantinya mereka
memiliki rumah atau gedung modern yang dipakai sebagai tempat pertemuan dan
diskusi. Mereka percaya
bahwa tujuan hidup
kita adalah penciptaan nilai. Nilai yang utama adalah kebaikan, kemudian
kegunaan, ketiga, keindahan. Sōka sendiri artinya adalah penciptaan
nilai, sedangkan Gakkai artinya kurang lebih tempat pertemuan atau tempat
belajar atau
a learned [scientific] society. Mereka juga
mencoba untuk membuat agama lebih berguna bagi masyarakat banyak
4. Buddha Zen. merupakan
sekte dari agama Buddha yang sangat berpengaruh di negara tersebut.
Membicarakan tentang Buddha di Jepang umumnya selalu merujuk ke pada sekte
Budda Zen. Demikian juga halnya dengan budaya yang sama sekali tidak bisa
dipisahkan dari peran Buddha Zen. Aliran Cha”n / Zen itu bersikap agak
bebas terhadap mempelajari berbagai Mahayana-Sutras, tidak hendak mengikatkan
diri kepada Sutras tertentu. Begitu pula terhadap berbagai aliran filsafat
dan theogoni didalam madzhab Mahayana. Bahkan
tidak hendak membincangkannya secara serius. Aliran ini lebih mengutamakan pendekatan secara
kerohanian (intuitif) untuk mencapai kesadaran tertinggi. Sifat kepribadian pada aliran Zen itu
amat kuat hingga kurang menaruh hormat terhadap patung-patung pujaan. Dengan begitu aliran ini dapat
dikatakan bersifat iconoclastic, yakni menantang pemujaan
patung-patung berhala itu, karena pujaan-pujaan lahiriah itu tidak membawa
kepada tujuan tertinggi. Titik
berat ajaran ini lebih mengutamakan disiplin, yakni : ketaatan dan kidmat yang
sepenuh-penuhnya kepada sang guru, Cuma sang guru saja resmi dan pasti dapat
menuntun seseorang murid kepada pencerahan dan kebenaran, guna mencapai
kepribadian Budha. Karena
aliran ini berkeyakinan bahwa kepribadian Budha itu hidup membenam dalam diri
manusia, dan melalui renungan di dalam samadhi, maka kepribadian-Budha itu
dapat dilihat. Menurut aliran ini, bukanlah dengan kepercayaan yang dapat
membawa manusia identik dengan Budha, melainkan dengan samadhi yang dalam. Aliran ini berfaham Pantheistis (kesatuan
dewa dengan alam semesta). Manusia
dapat menjadi identik (sama) dengan Budha bilamana ia melakukan meditasi yang dalam berdasarkan
intuisi. Meditasi demikian dipengaruhi
oleh Taoisme.
(Meditasi adalah latihan yang diterima
secara
universal oleh semua filsuf, orang suci, dan petapa India dan Budha tidak
memiliki alasan untuk menolaknya. Sebenarnya
praktik meditasi merupakan salah satu ciri kebudayaan moral di Timur).
Samadi
yang dilakukan terbagi menjadi dua yaitu :
1. Tathagatha-Meditation, yaitu cara
Samadhi dari Buddha Gautama, mempergunakan kodrat-kodrat renungan.
2. Patriarchal-Meditation, yaitu cara
Samadhi yang diajarkan Patriarch Bodhidharma, yaitu meniadakan pikiran dan
memusatkan kesadaran rohani untuk mencapai kepribadian Budha.
Aliran-Aliran Budhisme Zen
1. Aliran Lin Chi, dikembangkan oleh
master Lin Chi (kira-kira 850 M).
2. Aliran Chau Tung, dikembangkan
oleh master Tung San Liang Chie (808-869 M) dan Chau San (840-901 M).
3. Aliran Kuei Yang, dikembangkan oleh
Kuei San (771-853 M) dan Yang San (807-883 M).
4. Aliran Yun Men, dikembangkan oleh Yun
Men (862-853 M).
5. Aliran Fa Yen, dikembangkan oleh Fa
Yen (8885-958 M).
Kelima
aliran ini dilebur menjadi dua aliran :
1. Tsao Tung (Soto). Aliran Soto
menekankan pencapaian pencerahan melalui meditasi tenang pengosongan pikiran
(kontemplasi), mengembangkan ajaran pencerahan yang hening. Ciri aliran ini adalah ketenangan,
menekankan kerja dalam keheningan serta 'kepatuhan'.Metode yang dilakukan untuk
mencapai ketenangan adalah melalui Za-zen, yaitu meditasi dalam posisi duduk
bersila.
2. Lin
Chi (Rinzai) menekankan pencapaian pencerahan
melalui meditasi yang diarahkan kepada aliran tertentu. Aliran Rinzai berusaha mencapai
penerangan dengan menggunakan penerangan cara Koan dan Mondo. Koan dan Mondo
merupakan usaha untuk mencapai penerangan secara aktif. Aliran ini sifatnya lebih dinamis dan
aktif dibanding aliran Zen. Koan
adalah suatu problem semacam teka-teki, kecuali untuk pikiran yang sadar koan
biasanya terdiri dari satu kata atau frasa tanpa arti, atau sebuah pernyataan
yang tampaknya nonsense dari sudut pandang umum.
Artikel selanjutnya :
Sesepuh
Budha dari India
adalah sebagai berikut : Mahakasyapa, Ananda,
Sanakavasa, Upagupta, Dhritaka .............. . Bagi agama Buddha Cha”n, keselamatan
membutuhkan kekuatan dan upaya diri untuk mencapai keselamatan, serta tidak
bergantung pada Buddha mana pun untuk membantu pencapaian pencerahan .......... Latihan
sesungguhnya memainkan peranan yang sangat penting. Yang
dibutuhkan ialah pengalaman nyata dan bukan bergantung pada bahasa tertulis atau lisan
belaka. ............ Kuil Toudaiji, salah satu contohnya yang
dibangun pada tahun 728 merupakan banguan kayu tertua di dunia. ..............
Compiled : I Dewa Putu Sedana,
(Dari berbagai sumber)
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
Dasar Filsafat Budha Zen 3 |
Jainisme, Agama yang Atheis 1 |
Agama Shinto 1 |
Agama Bahai Aliran Sesat 1 Prosesi Memandikan Jenazah di Bali |
Belum ada Komentar untuk "SEKTE BUDHA ZEN - 2"
Posting Komentar