Sesepuh Zen.
Sesepuh
Budha dari India
adalah sebagai berikut :
1. Mahakasyapa
2. Ananda
3. Sanakavasa
4. Upagupta
5. Dhritaka
6. Michchaka
7. Vasumitra
8. Buddhanandi
9. Buddhamitra
10. Parshva
11. Punyayashas
12. Ashvaghosha
13. Kapimala
14. Nagarjuna
15. Kanadeva
16. Rahulata
17. Sanghanandi
18. Gayasata
19. Kumarata
20. Jayata
21. Vasubandhu
22. Monorhita
23. Haklena
24. Aryasimha
25. Basiasita
26. Punyamitra
27. Prajnatara
28. Bodhidarma
Aliran Zen dianggap bermula dari Bodhidharma sebagai sesepuh Zen. Ia berasal dari India dan merupakan murid
generasi ke-28 setelah Mahakassapa (dalam Bahasa Pali ; bahasa Sanskerta:Mahakasyapa).
Sekitar tahun 520 dia pergi ke Tiongkok Selatan di kerajaan Liang. Dia kemudian bermeditasi
selama 9 tahun menghadap dinding batu di vihara di
Luoyang. Di sinilah juga dipercayai berdirinya vihara Shaolin
Agama
Buddha Cha”n (Cha”n Zhong) sebuah tradisi utama lainnya dari agama Buddha
Mahayana, muncul sebagai akibat kunjungan bersejarah ke Tiongkok yang dilakukan
oleh seorang suciwan agung dari India, Bodhidharma. Bodhidharma tiba di Kanton
(Guang Dong) pada tahun 520 Masehi. Agama Buddha Cha”n mensyaratkan para umatnya untuk
mempraktikkan praktik-praktik meditasi yang ketat dan dalam, yang memotong
habis intelektualisme.
Bagi agama Buddha Cha”n, keselamatan membutuhkan kekuatan dan upaya diri untuk
mencapai keselamatan, serta tidak bergantung pada Buddha mana pun untuk
membantu pencapaian pencerahan.
Ajaran Bodhidharma
diwariskan turun-temurun dengan apa yang dikenal sebagai “Transmisi
Bathin/Pewarisan Bathin”
terhadap sejumlah sesepuh. Salah satu sesepuh yang paling terkenal adalah Hui Neng (637-713 Masehi), yang merupakan
sesepuh ke enam.
Sesepuh
Aliran Zen dari Cina, yakni
:
1. Bodhidharma (lahir sekitar 440 -
meninggal sekitar 528)
2. Hui K`o (lahir 487 - meninggal 593)
3. Jianzhi SengTs`an (meninggal 606)
4. Dayi Tao Hsin(lahir 580 - meninggal
651)
5. Hung Jen (lahir 601 - meninggal 674)
6. Hui Neng / Wei Lang(lahir 638 -
meninggal 713)
Dasar Filsafat
Cha’n/Zen
Dasar
dari Cha’n atau Zen sering diungkapkan sebagai berikut :
1. Diberikan di luar pelajaran
2. Tanpa mengunakan kata-kata tulisan
3.
Langsung
diarahkan kepada hati manusia
4.
Mengenal
sifat asli itu sendiri dan menjadi Buddha
Latihan sesungguhnya
memainkan peranan yang sangat penting. Yang
dibutuhkan ialah pengalaman nyata dan bukan bergantung pada bahasa tertulis atau lisan
belaka.
Dalam
aliran Cha’n, latihan adalah usaha perseorangan. Tidak ada sesuatu pun
yang dapat diperoleh jika seseorang hanya menggeluti teori dan tidak melakukan latihan yang
nyata. Hal
ini sama seperti menuntun seekor kuda ke air; jika menolak untuk
minum, akhirnya kuda itu akan mati kehausan. Demikian pula, doktrin yang tercatat dalam sutra
agama
Buddha hanya dapat menunjukkan kita jalan menuju Kesunyataan.
Alam tidak membedakan kesucian dari kekotoran, atau
kecantikan
dari kejelekan. Subjektivitas perasaan suka dan tidak suka dalam diri
kitalah yang menimbulkan perbedaan itu. Dikatakan dalam Sutra Vimalakirti, “Pikiran yang suci
akan
menghasilkan tanah yang suci.” Akan tetapi, pikiran
kita
dikotori lima pengotor (objek-objek yang kita alami
melalui
lima indria) dan ditipu oleh tampak luar seluruh fenomena, yang
menghalangi kita untuk melihat sifat murni seluruh dharma. Apa yang kita anggap kotor adalah bersih bagi seorang
guru Cha’n
yang telah cerah, karena pikirannya suci. Setiap
tempat adalah tanah suci baginya; oleh karena itu, ia dapat
merasa
bebas dan tenang ke mana pun ia pergi.
Kuil-Kuil Zen
Kuil Toudaiji, salah satu contohnya yang
dibangun pada tahun 728 merupakan banguan kayu tertua di dunia. Bila
menyaksikan salah satu kuil Zen yang sangat terkenal yaitu
Eiheiji Kuil di Prefektur
Fukui, kita dapat melihat dengan
jelas refleksi dari ajaran Zen tersebut. Di komplek kuil yang sangat luas
terasa sangat asri dan menyatu dengan alam. Pohon-pohon besar berumur ratusan tahun
berdiri tegak menjulang lurus ke atas. Seperti umumnya bangunan kuil di Jepang
yang sepenuhnya terbuat dari kayu terlihat sangat bersih dan terawat.
Kebersihan merupakan bagian dari ibadah dan tiap hari puluhan orang (calon
rahib) tampak menggosok lantai kayu sampai mengkilat dan sebagian orang lagi
tampak sibuk mencabut rumput dan tanaman penganggu di taman. Ketika memasuki
bangunan utama yang
memiliki lorong yang sangat banyak dan panjang, sandal dan sepatu harus dilepas
dimasukkan ke dalam kantong plastik dan di bawa selama berkunjung di areal
dalam bangunan.
Artikel selanjutnya :
Kalau
di Indonesia dan beberapa negara lain yang mayoritas Buddha mengenal hari
Waisak sebagai hari raya besar umat Buddha, di Jepang hari raya ini sama sekali
tidak dikenal dan juga tidak dirayakan. ..........
Kalau di Indonesia dan beberapa negara lain yang mayoritas
Buddha mengenal hari Waisak sebagai hari raya besar umat Buddha, di Jepang hari
raya ini sama sekali tidak dikenal dan juga tidak dirayakan. .......... . Kuil Zen-Buddhisme juga sebagai penganjur terhadap seni
sajak (puisi), lukisan, kaligrafi, dan seni merangkai bunga (ikebana).............. Tujuan akhir mempelajari agama Buddha adalah untuk mencapai
keadaan kedamaian sempurna, Nirvana. ..................... Pengetahuan
akan menyeret orang-orang untuk memiliki pikiran yang menciptakan perbedaan.
Orang-orang akan kehilangan diri di dalam dunia pengetahuan, bahkan kadang-kadang
hingga pada kondisi dikendalikan oleh pandangan pembangkangan
............
Compiled By: I Dewa Putu Sedana,
(Dari berbagai sumber)
Baca Juga, Klik Dibawah Ini :
Baca Juga, Klik Dibawah Ini :
Tujuan Agama Budha Zen 4 |
Peninggalan Prabu Kalianget |
Agama Bahai Aliran Sesat 1 |
Agama Hindu 1 |
Fisika Quantum, Menembus Ruang, Waktu |
Belum ada Komentar untuk "DASAR FILSAFAT BUDHA ZEN - 3"
Posting Komentar