Kebiasaan
Puasa merupakan hal yang sangat
lazim dalam spiritualitas Jain. Biasanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu,
seperti hari Raya tertentu. Puasa lebih sering dilaksanakan oleh kaum wanita
dibandingkan dengan prianya. Penganut Jain berpuasa sebagai penebusan dosa,
terutama bagi para pendeta. Puasa juga membersihkan badan dan pikiran,
seperti Mahavira yang menggunakan banyak waktunya untuk melaksanakan
puasa. Bagi penganut Jain tidaklah cukup hanya tidak makan saja dalam melaksanakan
puasa mereka haruslah juga menghentikan keinginannya untuk makan. Bila dia
menginginkan makan, maka puasa itu tidaklah ada manfaatnya.
Ada beberapa jenis puasa.
- Puasa penuh : tidak makan dan minum secara penuh dalam jangka waktu tertentu.
- Puasa sebagian : makan lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk mencegah rasa lapar.
- Vruti Sankshepa: membatasi jenis makanan yang dimakan .
- Rasa Parityaga: menghindari makanan yang disenangi
- Puasa Agung, beberapa pendeta Jain berbuasa berbulan-bulan dalam sekali puasa, mengikuti contoh Mahavira, yang dikatakan melaksanakan puasa sampai 6 bulan. Bahkan sekarangpun masih ada yang berpuasa lebih dari 6 bulan seperti Hira Ratan Manek. Yang lainnya berpuasa sampai setahun penuh seperti Sri Sahaj Muni Maharaj yang mengakhiri puasa 365-hari pada 1 Mei, 1998.
Santhara atau Sallenkhana – Berpuasa
sampai mati, seorang Jain berhenti makan dengan maksud untuk menyiapkan
kematian Ini berbeda dengan bunuh diri, karena tidak dilandasi dengan perasaan
marah atau emosi, tetapi hal ini dilakukan bila tubuh tidak mampu lagi
melayani pemiliknya sebagai alat spiritualitas. Tujuannya untuk
membersihkan badan, dan menyingkirkan semua keinginan yang
bersifat fisik dari pikiran. Seperti halnya menghentikan makan dan minum,
sehingga bisa memusatkan fikiran kearah spiritual menyongsong kematian.
Tujuan Jainisme
Tujuan terakhir dari makhluk hidup,
menurut filsafat Jain harus mencapai keadaan suci dalam Jiva, dengan
menghilangkan semua karma yang sudah melekat pada kita hampir selamanya. Ini
adalah keadaan yang sama dimana Tirthankara (Guru) dan jutaan Jiva lain
sudah mencapainya. Kita menyebut keadaan ini keadaan Siddha.
Akan tetapi, tujuan pengikut Jain
dalam lingkaran kehidupan mereka sekarang adalah mengikuti jalan untuk
menaklukkan kemelekatan dan keengganan. Bagi orang awam sudah diberikan langkah
sederhana untuk mengikutinya. Ia melibatkan kepercayaan dalam nilai kunci
tertentu, ajaran kunci tertentu, melakukan meditasi, berdoa, dan kegiatan
Jivani lainnya yang akan membantu Jiva membebaskan dirinya sendiri dari ikatan
karma yang pada akhirnya membawa kita melalui beberapa lingkaran kehidupan
menuju keadaan yang sama sucinya, Siddha.
Tujuan hidup juga adalah untuk
membatalkan efek negatif dari karma melalui pemurnian mental dan fisik. Proses
ini mengarah pada pembebasan disertai dengan kedamaian batin. jiwa adalah
disebut ‘pemenang’ (dalam bahasa Sansekerta / bahasa Pali, Jina) karena telah
mencapai pembebasan dengan upaya sendiri. Seorang Jain adalah pengikut Jina
(“penakluk”). Jina maju secara Jivani sehingga manusia menemukan kembali
dharma, dan bisa dibebaskan dari halangan karma, dan mengajarkan jalan
spiritual agar bermanfaat untuk semua makhluk hidup. Jain mengikuti ajaran 24
jina khusus yang dikenal sebagai Tirthankara (“orang-orang yang telah
menunjukkan jalan ke keselamatan bebas dari kelahiran dan kematian”)
sebuah upaya yang memerlukan kesabaran dan ketekunan. Jain percaya bahwa
pengetahuan tentang dharma adalah benar dan telah menurun sepanjang
sejarah. Tujuan dari Jainisme adalah juga untuk menyadari sifat sejati jiva.
Mereka yang telah mencapai moksha disebut siddha (jiwa dibebaskan), dan mereka
yang melekat pada dunia melalui karma mereka disebut samsarin (jiwa duniawi).
Setiap jiwa harus mengikuti jalan, seperti yang dijelaskan oleh para jina
(pemenang), untuk mencapai pembebasan total atau moksah. Sedangkan tujuan utama
dari penganut Jain adalah untuk menjadi Paramâtman, jiwa yang sempurna. Hal ini
bisa dicapai bila seluruh lapisan karma, yang dipandang sebagai substansi dapat
ditiadakan, yang akan menuntun jiwa ke bagian atas alam semesta, bergerak dari
kegelapan menuju pencerahan, , jiwa tinggal selamanya didalam kebahagiaan
moksha. Moksha dalam Jainisme sebagai kebebasan, penyatuan dan integrasi ,
bebas dari keinginan bebas dari karma dan kelahiran kembali. Moksha dapat
dicapai di dunia ini atau pada saat meninggal. Bila Moksah tercapai, maka
manusia mencapai sebagai manusia Tuhan. Bagi penganut Jain tiak ada
Tuhan pencipta dan karena itu, tidak ada komunkasi denganNYA . Jiwa
adalah kesadaran yang murni, berkekuatan, kebahagiaan, dan maha tahu.
Tujuan tertingi ajaran-ajaran agama
Jain pada hakekatnya adalah untuk mencapai kesempurnaan absolute dari
kehakikian manusia, yakni pembebasan diri dari segala macam penderitaan dan
kungkungan atau belenggu. Tiga cara menyingkirkan belenggu, yaitu :
- Pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut
- Keyakinan yang sempurna dalam ajaran-ajaran guru-guru Jaina. dan
- Perilaku yang benar. Perilaku benar terdiri atas praktek tidak menyakiti atau melukai seluruh makhluk hidup, menghidari kesalahan, mencuri, sensualitas, dan kemelakatan objek-objek indriya, mengkombinasikan ketiganya di atas, perasaan akan dikendalikan dan karma yang membelenggu Jiva akan disingkirkan. Lalu, Jiva mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak terbatas, pengetahuan tak terbatas, dan kebahagian yang tak terbatas. Inilah keadaan moksa menurut ajaran Jaina. Hal ini telah dibukatikan oleh guru-guru dalam tradisi Jaina atau Tirthankara. Mereka memperlihatkan jalan menuju moksa. Ada tindakan tertentu yang dapat kita lakukan untuk menghilangkan unsur karma. Tindakan-tindakan ini adalah meditasi, kegiatan Jivaani, mengendalikan emosi negatif kita, dan sebagainya. Jadi pada dasarnya menurut Jainisme, Jiva bertanggung jawab penuh atas tindakan-tindakannya
Oleh karena itu, untuk mencapai
kesempurnaan tersebut, agama Jain mendorong semua pengikutnya untuk hidup
dengan penuh kesederhanaan, yang diwujudkan dalam bentuk praktek-praktek
aksetik atau pertapaan. Hidup semacam ini merupakan usaha untuk mencapai
kehidupan yang abadi.
Patung Svetambara Jain yang
penuh Hiasan
Jalan Untuk Mencapai Tujuan
Jiwa melalui beberapa tahap
peningkatan spiritual, yang disebut gunasthâna, manifestasi yang progresif
dengan menurunkan dosa dan meningkatkan kesucian. Jiwa akan memperoleh
kehidupan yang lebih baik sesuai dengan karma individu yang bisa
ditiadakan selama hidupnya. Diantara kelahiran-kelahiran , jiwa bertempat disalah
satu tujuh neraka, enam belas sorga atau di empat belas area angkasa. Jiwa yang
telah bebas tinggal di alam semesta yang paling tinggi. Semua penganut
Jain memiliki lima janji, tapi para pendeta yang melaksanakan kehidupan dengan
tidak menikah dan hidup dalam kesederhanaan. Jainisme menempatkan penekanan
yang besar pada ahiµsâ, samadi dan sebagai biarawan sebagai alat
untuk mencapai tujuan Melaksanakan pûjâ di kuil merupakan bentuk dari
duapulluh empat Tîrthankara atau aturan spiritual, mereka yang mengambil yang
lainnya mengarungi samudera samsâra.
Menurut Jainisme, hanya ada satu
jalan untuk mencapai moksah: yaitu dengan jalan puasa sampai meninggal, yang
disebut dengan santhara Ini merupakan bentuk tertinggi dari “tak
tersentuh”, meskipun hal ini jelas merupakan kekerasan kepada diri sendiri
penganut, tapi hal itu merupakan sesuatu yang paling sedikit menghancurkan
bentuk kehidupan yang lain. Metoda ini dipilih oleh pendiri Jainisme :
Mahawira, ketika beliau dilaporkan mencapai moksah pada hari raya Diwali.
Artikel
selanjutnya :
Agama Sikh
merupakan agama Non-Semit, Non-Vedic. Agama Sikh merupakan agama terbesar ke-6
di dunia. Ada yang mengatakan agama Sikh sebagai cabang dari Agama Hindu
(tetapi tidak demikian halnya). ........... Agama Sikh ini secara tegas
menyatakan diri sebagai agama monotheisme. yang juga menentang ajaran
Avtarvada, yakni konsep titisan (inkarnasi) Tuhan. Meditasi dengan menyebut nama
Tuhan dan menyanyikan puji-pujianNya merupakan cara peribadatan Sikh. Kepercayaan utama orang Sikh
adalah keyakinan kepada Waheguru ............
Compiled By: I Dewa Putu Sedana,
(Dari Berbagai Sumber)
KLIK DIBAWAH INI :
KLIK DIBAWAH INI :
Prabu Kalianget Dinobatkan |
Simulasi Gelombang Otak |
Siwa Sidhanta |
Stula Sarira, Badan Kasar |
Tubuh Cahaya |
Belum ada Komentar untuk "TUJUAN JAINISME ; AGAMA ATHEIS -10"
Posting Komentar