Dalam
Jainisme mempunyai beberapa keyakinan,diantaranya:
- Meyakini
adanya 24 garis perguruan spiritual dimana guru Mahâvîra adalah guru yang
terakhir yang harus dihormati diatas yang lainnya.
- Meyakini
bahwa dalam menghormati semua kehidupan, seseorang harus tidak menyakiti
mahluk lain, besar ataupun kecil dan bahkan pembunuhan yang tidak
disengajapun akan mengakibatkan karma.
- Meyakini
Tuhan bukanlah pencipta, Ayah atau teman. Konsep manusia seperti itu
adalah keterbatasan.
- Meyakini
Jiva adalah abadi dan individual dan oleh karena itu orang
harus menaklukkan dirinya sendiri dengan usahanya sendiri, untuk
mencapai moksah, atau kebebasan dari lahir dan kematian.
- Meyakini
bahwa penaklukan diri sendiri bahya bisa dicapai dengan disiplin
samadi dan pengamatan religius yang ketat, dan bahwa tanpa samadi
akan memperoleh pahalanya dalam kehidupan mendatang.
- Meyakini
prinsip bahwa yang mengatur kehidupan yang selanjutnya adalah karma,
bahwa perbuatan kita, baik yang baik maupun yang buruk membelenggu
kita dan karma ini dapat dilebur dengan penyucian, penebusan dosa
- Meyakini
bahwa Ågamas Jain dan Siddhânta sebagai buku suci yang
membimbing moral manusia dan kehidupan spiritual.
- Meyakini
Tiga Mustika: pengetahuan yang benar, keyakinan yang benar dan perbuatan
yang benar .
- Meyakini
bahwa tujuan utama dari moksah adalah kebebasan abadi dari
saµsâra, “roda kelahiran dan kematian,” dan komitmen untuk
memperoleh Pengetahuan yang Agung
KEMATIAN, ENERGI DAN KEHIDUPAN MASA LALU 2, Klik Disini
Selain itu
mereka juga meyakini :
- Menghormati
setiap makhluk hidup seperti yang Anda lakukan untuk diri sendiri, tidak
merugikan satu sama lain dan bersikap baik kepada semua makhluk
hidup.
- Setiap
Jiva lahir sebagai surgawi, manusia, sub-manusia atau neraka sesuai
dengan karma mereka sendiri sebelumnya.
- Setiap
Jiva adalah arsitek kehidupannya sendiri, di dunia atau akhirat.
- Ketika
Jiva dibebaskan dari karma, ia menjadi bebas untuk mencapai
kesadaran tertinggi, mengalami pengetahuan tak terbatas, persepsi,
kekuasaan, dan kebahagiaan.
- Tidak
ada Tuhan pencipta , pemilik, pemelihara, atau perusak. Alam semesta
diatur sendiri, dan setiap Jiva memiliki potensi untuk mencapai kesadaran
tertinggi (siddha) melalui usaha sendiri.
- Non-kekerasan
(berada di kesadaran Jiva bukan kesadaran tubuh), adalah dasar dari
pandangan benar, kondisi pengetahuan yang benar dan perilaku yang
benar. Ini menyebabkan keadaan yang tidak terikat pada hal-hal duniawi dan
non-kekerasan, ini termasuk belas kasih dan pengampunan dalam pikiran,
kata-kata dan tindakan terhadap semua makhluk.
- Jainisme
menekankan pentingnya mengendalikan indera termasuk pikiran
- Menjalani
kehidupan yang berguna untuk diri sendiri dan orang lain. Non-posesif
(tanpa memiliki) adalah menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan untuk
memiliki.
Jain Dharma
dicirikan sebagai berikut :
- Sabar
dan Pengampun
- Kerendahan
hati
- Keterusterangan
- Kemurnian
- Kebenaran
- Pengendalian
diri, pengendalian indera dan pikiran
Dalam refleksi ini, praktisi berpikir tentang kesulitan untuk mempraktekkan semua di dunia praktis dan bekerja melalui tantangan saat ini tergantung pada kemampuan seseorang dan keadaan. Jain didorong untuk merefleksikan pikiran-pikiran ini dengan empat kebajikan berikut atau sistem nilai yang jelas yang berlaku. Mereka adalah:
- Perdamaian,
cinta dan persahabatan untuk semua.
- Apresiasi,
menghormati dan menyenangkan bagi prestasi orang lain
- Belas
kasihan bagi Jiva yang menderita.
- Ketenangan
dan toleransi dalam berurusan dengan, kata-kata, pikiran dan
tindakan
Jalur
Dharma (kebenaran), ajaran yang diajarkan Mahavira, Dia mengajarkan kepada
pengikutnya untuk memelihara tiga mustika yaitu :
- Keyakinan
yang benar.
- Pengetahuan
yang benar.
- Perbuatan
yang benar
Dari tiga
mustika ini yang berhubungan dengan perbuatan yang benar , dijabarkan
dalam lima “sumpah besar” (maha-vrta), lima janji yang harus diikuti oleh
pendeta Jain yang merupakan sumpah berupa:
- Ahimsa (tanpa
kekerasan) fisik, mental dan verbal
- Satya (kebenaran,
kejujuran)
- Asteya (tidak
mencuri)
- Aparigraha
(tidak mengejar harta duniawi).
- Brahmacarya
(kontrol pikiran).
Di dalam
kasus kependetaan disiplin ini benar-baner ketat, kaku dan sangat
fanatik. Janji yang lebih kecil (Anuvrata), yang diikuti oleh masyarakat
biasa. Ini merupakan janji yang kurang begitu ketat. Masyarakat Jainisme
terdiri atas pendeta, biarawan (wati) dan orang kebanyakan. Sementara dalam
kasus orang kebanyakan hal itu bisa di modifikasi. Seorang jain tidak akan
makan kentang, wortel, bawang, dan sayuran lainnya
Artikel
selanjutnya :
Jain tidak
mempercayai bahwa jagat raya ini diciptakan oleh Tuhan. Bila Tuhan menciptakan
jagat raya, dimanakah Dia sebelum dunia diciptakan, dan dimanakan Dia sekarang.
Tidak ada mahluk apapun yang memiliki kemampuan untuk menciptakan dunia ini.
Bagaimana mungkin Tuhan yang tidak material mampu menciptakan sesuatu yang
material?.............. sekte ini berpegang bahwa
seorang pendeta hendaknya tidak memiliki sesuatu, bahkan juga pakaian,
jadi mereka hanya memakai pakaian dagingnya sendiri.
Mereka meyakini bahwa pengorbanan seperti ini tidklah
mungkin untuk seorang wanita. Sekte ini percaya bahwa
wanita tidak dapat mencapai kebebasan, sebelum dia terlahir
kembali sebagai pria, .........
(Dari berbagai sumber)
Belum ada Komentar untuk "KEYAKINAN JAINISME , AGAMA YANG ATHEIS (4)"
Posting Komentar