Tirthankara
Pendeta
Jainisme
Mahavira
terlahir dengan nama Vardhamana di timur laut India ipada 599 SM (ini
merupakan tahun yang disebutkan secara tradisional, tetapi beberapa pengikutnya
yang modern lebih memilih 540 SM, atau bahkan tahun setelah itu). Beliau
adalah seorang Pangeran, putra raja Siddhartha dan ratu Trishala, yang
merupakan keluarga kasta dan penganut ajaran Parshva. Mahavira dari
keturunan golongan kesatria yang memegang kendalil pollitik dan ketentaraan.
Keluarganya tinggal di Pisarah berdekatan dengan sebuah bandar yang sekarang
dinamakan Patna di wilayah Bihar. Bapaknya, Sidartha adalah seorang anggota
dalam majelis yang bertugas memerintah bandar atau kesatuan ketentaraaan.
Sidartha telah kawin dengan anak perempuan ketua majelis ini Tris Sala.
Kedudukan Sidartha semakin tinggi hingga sebagian riwayat menyifatkannya
sebagai kepala bandar itu atau rajanya. Mahavira adalah anak laki-laki yang
kedua. Oleh sebab itu, kekuasaan memerintah di serahkan kepada kakaknya sesudah
wafat bapaknya kelak. Mahavira lahir pada tahun 599 SM. Pada hari
kelahirannya yang ke-12, semua ahli keluarga berkumpul dalam majelis perayaan
besar. Mahavira dibesarkan di rumahnya yang penuh dengan kebesaran, di
tengah-tengah kemewahan dan kesenangan. Dari masa ke masa keluarganya menyambut
kedatangan rombongan ahli agama karena rombongnan-rombongan ini menempati
rumah dan mereka menumpang dengan baik dan di sambut dengan tangan terbuka.
Sejak kecilnya Mahavira gemar mengikuti pertemuan-pertemuan mereka untuk
mendengar falsafah serta ajaran-ajaran mereka. Mahavira terpengaruh dengan
ajaran dan falsafah yang mereka bawakan. Lalu,dia meninggalkan kenikmatan
dunia dan melibatkan dirinya dengan hal-hal yang terkait dengan
ketuhanan, persemadian, dan spiritual. Tetapi, keadaan tidak mengijinkannya
disebabkan kedudukan keluarganya yang mengurus hal ihwal politik dan peperangan
serta hidup yang penuh dengan kehidupan penuh kemewahan dan kesenangan. Keadaan
kehidupan keluarganya mendorongnya kawin dengan seorang gadis yang
bernama Yasuda dan mereka telah dikaruniai seorang anak perempuan
yang diberi nama Anuja. Sepanjang hidup bapaknya, Mahavira terus menyembunyikan
perasaan dan keinginan spiritualnya. Pada lahirnya dia hidup seperti
kieidupan orang-orang lain. Tatkala ibu bapaknya meninggal terbukalah
kesempatan baginya untuk mewujudkan apa yang di cita-citakannya. Mahavira
meminta saudaranya yang telah memegang kendali pemerintahan agar mengijinkannya
melakukan kegiatan spiritual. Tetapi, pemimpin yang baru itu khawatir
orang-orang akan menyangka sikap Mahavira itu adalah hasil dari kekerasannya
terhadap Mahavira atau karena dia tidak dapat memenuhi permintaannya. Lalu
pemimpin itu meminta kepada Mahavira agar menagguhkan kemauannya itu. Tatkala
tiba saatnya yang telah ditetapkan, diadakanlah suatu pertemuan besar dibawah
pohon asoka dengan dihadiri oleh semua anggota keluarga dan penduduk negeri.
Mahavira pun mengumumkan cita-citanya untuk meninggalkan kerajaan, gelar
kebangsawanan, dan kenikmatan dunia untuk menyendiri dalam persemadian. Inilah
awal kehidupan spiritualnya secara nyata. Dia meninggalkan pakaiannya yang
indah, meninggalkan perhiasannya, mencukur rambutnya dan memulai kehidupan
baru. Umurnya kala itu baru 30 tahun. Mahavira berpuasa dua setengah
hari, mencabut semua rambut di badannya, dan memulai pengembaraan keseluruh
pelosok negeri dengan bertelanjang kaki. Dia bersemadi, berlapar dan sangat
berhemat. Dia tenggelam dalam pemikiran dan latihan berat dan perih serta
perenungan diri yang dalam. Setelah 13 bulan, dia menanggalkan pakaiannya
dengan tidak merasa malu karena dia membunuh segala kelaparan, perasaan, dan
rasa malu yang ada di dalam dirinya. Kadang-kadangg di bersemadi di tanah-tanah
pekuburan. Tetapi sebagian besar waktunya dihabiskan dengan mengembara
keseluruh penjuru negeri. Dia tenggelam dalam pengawasan diri hingga sampai ke
tingkat yang tidak dapat di merasakan apa-apa, apakah kedudukan atau
kegembiraan, kepedihan atau kenyamanan. Dia hidup dengan menerima sedikit
pemberian yang di berikan kepadanya. Mahavira (pahlawan besar), yang hidup
pada abad 6 SM., mendapat kehormatan sebagai pendiri Jainisme.. Selama 12
tahun ia hidup dengan penyangkalan-diri yang esktrim dan meditasi, sehingga
menurut cerita ia mencapai moksah. Ia menghabiskan sisa hidupnya selama 30
tahun sebagai makhluk mahatahu (kevali) dengan mengajar para pengikutnya.
Seorang
Tirthankara muncul di dunia, yang mengajarkan cara untuk mencapai moksha, atau
kebebasan. Seorang Tirthankara bukanlah reinkarnasi dari Tuhan. Dia
adalah jiwa biasa, yang terlahir sebagai manusia, dan memperoleh sebutan
seorang Tirthankara sebagai hasil dari usaha yang keras dari penebusan dosa,
dan meditasi. Karena itu seorang Tirthankara bukanlah seorang awatara
(penjelmaan Tuhan), tetapi sebuah jiwa yang mencapai kesucian puncak.
Tirthankara bukanlah pendiri sebuah agama, tetapi seorang guru yang maha tahu,
yang hidup beberapa kali dalam sejarah kehidupan manusia Mereka mencapai
tujuan spiritual yang tertinggi dan kemudian mengajarkannya dengan
menyeberangkan ke pantai yang aman dari kesucian spiritual. Setiap
Tirthankara baru, mengajarkan dasar filosofi Jain yang sama, tetapi mereka
memberikan penganut Jain tata kehidupan dalam bentuk yang berbeda
agar sesuai dengan kebudayaan dimana filosofi tersebut diajarkan.
Diyakini terdapat 24
Tirthankara selama masa ini yaitu :
Adinatha,
Ajita, Sambhava, Abhinandana, Sumati, Padmaprabha, Suparshva, Chandraprabha,
Suvidhi, Shital, Shreyansa, Vasupujya, Vimala, Ananta, Dharma, Shanti, Kunthu,
Ara, Malli, Muni Suvrata, Nami, Nemi, Parshva dan Mahavira .
Kuil
Khajuharo
Artikel selanjutnya :
Sebuah Kitab Jainisme ditulis
dalam waktu yang amat panjang dan kitab yang paling dikenal ialah Tattvartha
Sutra, atau “Buku Kenyataan” yang ditulis oleh Umasvati (atau Umasvami),
seorang cendikiawan dan pendeta yang hidup pada lebih dari 18 abad
yang lalu .......... Sedangkan kitab Siddhanta sendiri terdiri dari 12 anggas
sebelumnya, semua itu adalah himpunan yang terdiri dari wejangan-wejangan
Mahavira. .........
Compiled By: I Dewa Putu Sedana,
(Dari berbagai sumber)
KLIK JUGA DIBAWAH INI :
KLIK JUGA DIBAWAH INI :
Kitab Suci Jainisme, Agama Atheis 8 |
Kekuatan Pikiran dan Meditasi 1 |
Prosesi Penguburan Mayat di Bali |
Pura Ratu Patih |
Mau Hidup Abadi ?? |
Belum ada Komentar untuk "PENDETA JAINISME ; AGAMA YANG ATHEIS (7)"
Posting Komentar