Hari Raya
- Mahavira Jayanti, Hari Raya ini untuk merayakan hari kelahiran Mahawira. Penganut Jain akan berkumpul di Kuil untuk mendengarkan pembacaan dari ajaran Mahavira.
- Paryushana. Penganut Jin Digambra merayakannya di kuil Bulawadi, Mumbai. Kata ‘Paryushana’ berarti ‘tinggal di satu tempat ‘, Awalnya inilah praktek yang utama biarawan. Upacara ini terdiri dari delapan hari puasa, pertobatan dan melaksanakan puja. Sering pendeta diundang untuk memberikan pencerahan dari naskah Jain.
- Diwali. Hari Raya ini diperingati diseluruh India. Bagi penganut Jin memiliki arti yang khusus, karena pada hari itu tahun 527 SM (sesuai dengan tradisi Svetambara) dimana Mahavira memberikan ajarannya yang terakhir dan memperoleh kebebasannya yang tertinggi. Pada Diwali orang tua sering memberikan manisan kepada anak-anaknya, dan lampu dinyalakan diseluruh India. Beberapa Jain yang sangat religius akan melaksanakan dua hari puasa, mengikuti apa yang dilakuian oleh Mahavira.
- Kartak Purnima. Hari Raya Divali diikuti dengan Hari Raya Kartak Purnima. Ini diyakini sebagai waktu yang menguntungkan untuk melaksanakan tirtayatra ke tempat-tempat suci yang terkait dengan Agama Jain.
- Mauna Agyaras . Ini merupakan satu hari untuk melaksanakan puasa dan nyepi. Penganut Jain juga melaksanakan meditasi pada Hari Raya diatas.
Penganut
Membersihkan Patung Tirthankara
Pendeta tidak bisa memberikan berkah
kepada orang yang didoakan, karena :
- Mahluk itu diluar hubungan dengan manusia
- Mahluk itu telah terbebas dari segala keinginan dan nafsu dan karenanya mereka tidak bisa dipuaskan dengan persembahan atau dengan hal yang lainnya
- Persembahyangan pemeluk Jain tidak sama dengan persembahyangan agama lain. Penganut Jain berdoa untuk mengenang perbuatan luhur para Tirthankara dan mengingatkan penganutnya kepada ajaran Mahavira.
- Penganut Jain bersembahyang sebagai media untuk meningkatkan spiritualitas; itu adalah sarana menuju akhir tetapi hal itu bekanlah sebuah akhir.
- Jain tidak berdoa untuk meminta berkah atau materi kepada Tirthankara, tetapi untuk meminta inspirasi dalam menjalani kehidupan.
- Penganut Jain berdoa dengan dialek kuno Ardha Magadhi
Perbedaan
utama antara persembahyangan Jain dan Hindu , yang kelihatan sama
dipermukaannya, meskipun penganut Jain kelihatannya bersembahyang kepada
Tirthankara, tetapi mereka bukan sembahyang kepada perorangannya, tetapi dia
sembahyang kepada kesempurnaan yang dicapainya, agar mereka dapat mengikuti
jejaknya. Jainisme mengajarkan bahwa kita bisa mencapai kedamaian sejati dan
kebahagiaan hanya dengan berfikir dan berbuat yang benar.
Ada
tiga alasan untuk hal ini :
- Jainisme adalah berbuat, bukan penyembahan. Agama Jainisme mengharapkan agar pengikutnya menolong dirinya sendiri dari pengorbanan, melalui pikiran dan perbuatan seperti seharusnya. Banyak Jain di India sembahyang di kuilnya setiap hari, dan bersembahyang bersama pada Hari Raya.
- Tidak ada sesuatu yang diminta waktu sembahyang kecuali untuk peningkatan spiritual. Seorang Jain yang berdoa untuk mendapatkan sesuatu, mereka tidak akan pernah untuk mendapatkan peningkatan spiritual. Jain memiliki sedikit alasan untuk berdoa kepada Deva, diluar keinginan pribadi, karena Dewa yang bisa memberi pertolongan, tapi tidak bisa memberikan siddha; dan seperti halnya cara kerja karma, yang mengatur kualitas kehidupan manusia secara otomatis dan tidak bisa dipengaruhi dengan doa
- Dalam doa utama, Jain tidak meminta bantuan apapun atau keuntungan material, mantra ini berfungsi sebagai isyarat sederhana respek yang dalam terhadap makhluk yang lebih maju secara spiritual. Mantra ini juga mengingatkan pengikutnya untuk mencapai tujuan akhir mencapai moksha. Penganut Jain bukanlah sembahyang untuk menyenangkan Deva-Deva, atau untuk mendapatkan sesuatu dari Deva-Deva.
Tapi
Jain bersembahyang untuk :
- Meningkatkan taraf spiritual penganut.
- Bersembahyang menyebabkan pembersihan spiritual.
- Sembahyang dapat menghancurkan karma buruk yang melekat pada jiva. Sembahyang agar bisa fokus untuk aktivitas spiritual.
- Sembahyang memberikan pengikut untuk mendekatkan diri kepada rasa ketuhanan.
- Sembahyang akan menyisakan kepada penganutnya contoh kehidupan yang ingin diikutinya.
Artikel selanjutnya :
Penganut Jain berpuasa sebagai
penebusan dosa, terutama bagi para pendeta. Puasa juga membersihkan badan dan
pikiran, seperti Mahavira yang menggunakan banyak waktunya untuk
melaksanakan puasa. Bagi penganut Jain tidaklah cukup hanya tidak makan saja
dalam melaksanakan puasa mereka haruslah juga menghentikan keinginannya ..... Berpuasa
sampai mati, seorang Jain berhenti makan dengan maksud untuk menyiapkan
kematian Ini berbeda dengan bunuh diri, karena tidak dilandasi dengan perasaan
marah atau emosi, tetapi hal ini dilakukan bila tubuh tidak mampu lagi
melayani pemiliknya sebagai alat spiritualitas ................
Compiled By: I Dewa Putu Sedana,
(Dari berbagai sumber)
KLIK JUGA DIBAWAH INI :
Tujuan Jainisme, Agama Atheis 10 |
Perisai Spiritual |
Panca Yadnya dan Kematian |
Reinkarnasi ilmiahkah ? |
Misteri Jembatan Ramayana (1) |
Om Namah Sivaya |
terima kasih untuk info seputar agama Jain
BalasHapus