Akhirnya
kerajaan Kalianget menemui kehancuran.
akibat Sang Prabu tidak mengindahkan larangan Ida Betara Gunung Batukaru.
Memang sebagai seorang raja atau kesatria kepentingan rakyat adalah diatas
segalanya. Sang Prabu rela kerajaannya hancur demi kesejahteraan rakyat. Demikianlah segala pengorbanan dan pembelaan Ida Sang Prabu Kalianget demi
keselamatan dan kemakmuran panjak Ida di Bumi Kalianget dan sekitarnya berakhir
dengan kehancuran.
Kemegahan
kerajaan Kalianget yang didirikan sekitar Tahun 1622 Masehi ( Caka 1544). sebagai sebuah Kerajaan kecil di belahan Bali
Utara bagian Barat cukup lama. Sampai pada akhirnya Kerajaan Kalianget itu
runtuh tanpa ada yang meneruskan, sehingga bisa di katakan Kerajaan Kaliangat
diibaratkan berumur seumur jagung, tanpa ada generasi penerus tahta Kerajaan. Kehancuran Kerajaan Kalianget
adalah sebagai akibat dan sebagai hukuman atas keberanian Raja menentang Sabda
Ida Bhatara Batukaru dengan jalan menancapkan keris Pusaka Ki Baan Kau untuk
mendapatkan mata air guna mengaliri sungai Mendaum. Perjuangan Raja yang selalu berusaha mensejahterakan rakyatnya,
walaupun disatu sisi berakibat fatal bagi kerajaan dan Raja sendiri.
Setelah Kerajaan Kalianget mengalami keruntuhan, maka putra-putra Ida Sang Prabu satu per satu meninggalkan Kalianget. Ada
yang menuju Tabanan, ke desa Tanguntiti,
Beraban, Desa Jake Tebel,
Tegaljadi, Kukuh, Kamasan,
Suralaga, juga ada yang menuju desa Slanbawak. Demikianlah warih Ida Sang Prabu
Kalianget menyebar di daerah Kabupaten Tabanan.
Sallah seorang putera Ida, “
mediksa “ menjadi Begawan ( Pendeta dari
warna Ksatrya), yang bisa muput upacara
di Besakih dan memilih tempat tinggal di Padangaji (Karangasem). Ada juga
keturunan beliau yang menuju Kuta, keturunan beliau yang lainnya ada yang menuju dan menetap di Klungkung. Keturunan-keturunan beliau ada yang kemudian pindah dan membuat Puri di Sangsi, ada juga yang ke Belang dan Samu akhirnya pretisentana atau warih Ida Prabu Kalianget
menyebar di seluruh Bali bagian Timur, Selatan, Barat, yang merupakan ikatan
persaudaraan keluarga Dalem.
Menyaksikan kehancuran kerajaan Kalianget, Ki Maha Patih Agung Sawung
Galing yang telah selesai melaksanakan tugas beratnya dengan hasil sesuai
kehendak Ida Sang Prabu Kalianget, mempertimbangkan tidak mungkin untuk meneruskan pangabdiannya di keraton
Kalianget, maka Ki Maha Patih Agung Sawung Galing mohon diri untuk meninggalkan
Keraton Kalianget menuju Badung sebagai
tempat tinggalnya yang baru untuk meneruskan pengabdiannya di bidang lain.
Bukti
sejarah yang beliau ( Raja Kalianget ) tinggalkan yang dapat di kenang oleh
masyarakat desa Kalianget atau dareah sekitarnya sampai sekarang antara lain :
1. Diberikannya nama Kalianget yang
sampai sekarang menjadi nama desa yaitu desa Kalianget.
2. Digalinya saluran sungai Mendaum
yang sampai sekarang mengairi persawahan di 2 kecamatan, yaitu kecamatan
Seririt dan Kecamatan Banjar.
3.
Dibangunnya tempat-tempat
pemujaan ( Pura ) yang sampai sekaranng masih berdiri kokoh serta namanya yang
abadi sepanjang masa,
diantaranya :
a.
Pura Prabu.
b.
Pura Alas Arum.
c. Pura Dalem Dasar.
d.
Pura Aswa Mapwe ( Pura Jaran
Guyang ).
e.
Pura Taman Batur.
f. Pura Taman Berawah.
g.
Pura Manik Galih.
Untuk
menghormati jasa-jasa Ida Sang Prabu pada saat beliau mengangkat I Nyoman
Jaya Prana sebagai putra angkat, oleh masyrakat Kalianget dibangunlah Pura pada
tahun 1949 untuk menstanakan Ida Sang Prabu Kalinget, Ida Bhatara Sakti ( Jaya
Prana ), Dewa Ayu Layon Sari (Nyoman Layonsari), Ki Maha Patih Agung Saung Galing, dan Dewa Nyoman
Arya Utama, pura tersebut di beri nama “ Pura Anyar”.
Saksi
bisu lainnya yang cukup memberikan jawaban sebagai bukti sejarah yang nyata
adalah benda berupa lesung milik Dewa Ayu Layon Sari, keris Pusaka Ida Sang
Prabu Kalianget masih di simpan atau di sumgsung oleh warih Ida Sang Prabu di
Puri Sangsi Singapadu, dan benda-benda lainnya. Disamping itu di Teluk Terima juga dapat
disaksikan Kuburan Jayaprana yang sampai kini terawat dengan baik
Untuk
menghormati dan ngaturang bhakti kepada Ida Sang Prabu, maka warih (keturunan) Ida yang kini sudah tersebar, senantiasa pedek
tangkil di Pura Prabu setiap Budha Umanis wuku Julungwangi.
Compiled
by : I Dewa Putu Sedana,
BACA JUGA
BACA JUGA
Misteri Jembatan Ramayana (I) |
Prabu Kalianget Dinobatkan |
Desa Alas Arum Diaganggu Sang Kala Tiga |
Babad Dalem Kaleran |
Preti Sentana Prabu Kalianget 1 |
Disamping tukad Mendaum. apakah Aungan yang terketak dibawah pura Dalem desa Kalianget merupakan peninggalan Prabu desa Kalianget sebab struktur galian tanahnya jugu mendekati Tahun 1622 Masehi ( Caka 1544) perlu penelitian yang mendalam mengenai tahun pembutan Aungan tersebut. Ini bisa diajukan ke dinas purbakalaan untuk menelitinya
BalasHapusTerimakasih atas masukan anda. Hal ini akan saya teruskan kepada Pengurus Pusat Dalem Kaleran untuk bisa dikaji lebih lanjut
BalasHapusPatih Agung Raja Kalianget saat itu disebut Patih Jero Gede Saunggaling, kini keturunannya masih ada menjadi abdi terkasih Raja Puri Agung Denpasar (Pura Ksatria Badung) Keturunan Arya Kenceng Tabanan menjadi Raja di Badung Bandanapura Raja Badung VI/Raja Denpasar V I Gusti Ngurah Made Agung, Abhisekaratu Cokorda Made Agung (Tahun 1902-1906) bergelar Ida Betara Mantuk ring Rana Perang Puputan Badung melawan penjajah Belanda 20 Nov 1906, Jero Sawunggaling berkedudukan di sebelah Timur Pasar Badung Lingkungan Banjar Titih Jl.Ternate Nomor 30 Denpasar.
BalasHapusTerimakasih atas masukannya. Menurut Babad Ida I Dewa Kaleran, ada juga menyebutkan bahwa keturunan Patih Sawunggaling, kini bertempat tinggal di Banjar Titih, Denpasar.
Hapus