Rumah Ibadah
Pengikut Baha’i menjadikan Gunung Caramel di Israel sebagai kiblat dalam
shalat, dan hanya mewajibkan pengikutnya shalat sekali dalam sehari.. Rumah ibadah Bahá’í dinamakan “ Mashriqu"l-Adhkar”
(“Tempat-terbit pujian kepada Tuhan ”), yakni tempat untuk berdoa, meditasi dan melantunkan ayat-ayat
suci Bahá’í dan agama-agama lain. Rumah ibadah Bahá’í ini terbuka bagi
orang-orang dari semua agama. Rumah ibadah Bahá’í bertemakan ketunggalan: harus
mempunyai sembilan sisi dengan sebuah kubah di tengahnya, dan direncanakan
untuk masa depan sebagai pusat dari berbagai lembaga sosial bagi masyarakat
setempat, termasuk rumah sakit, universitas, rumah jompo, dan lain sebagainya.
Sampai sekarang di seluruh dunia ada tujuh Rumah ibadah Bahá’í—di New Delhi,
India; Kampala, Uganda; Frankfurt, Jerman; Wilmette, Illinois,
Amerika Serikat; Panama City, Panama; Apia, Samoa Barat; dan Sydney, Australia.
Rumah
ibadah Bahá’í mencerminkan tujuan dasar agama Bahá’í yang mendorong kesatuan
umat manusia dan mencerminkan keyakinan akan keesaan Tuhan . Rumah Ibadah ini
dipersembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai “tempat terbit pujian
kepada Tuhan”. Rumah ibadah Bahá’í merupakan sumbangan masyarakat Bahá’í bagi
seluruh umat manusia termasuk semua pemeluk agama yang berbeda-beda. “Semoga umat manusia dapat menemukan
satu tempat untuk berkumpul dan semoga persatuan umat manusia memancar dari
istana suciNya yang terbuka…” (Abdu’l-Bahá)
Bahá’u’lláh
mengajarkan bahwa doa dan sembahyang merupakan percakapan antara manusia dan
penciptanya yang bersifat rohani dan tidak harus dilaksanakan di rumah ibadah
khusus. Rumah ibadah Bahá’í memiliki
rancangannya sendiri-sendiri,
namun semua harus mengikuti pola arsitektur yang bertemakan ketunggalan, yakni
harus mempunyai sembilan sisi dan sebuah kubah di tengahnya. Para pengunjung
dapat memasuki rumah ibadah dari sisi mana saja, namun mereka disatukan di
bawah satu kubah.
Ibadah
Acara
ibadah terdiri dari pembacaan Tulisan Suci Bahá’í dan Tulisan Suci dari
berbagai agama, dan
diperbolehkan pula adanya iringan musik tanpa instrumen (akapela). dan tidak ada khotbah, ritual, atau
pemimpin doa / pendeta.
Tiap tahun, jutaan orang dari berbagai agama di dunia mengunjungi rumah-rumah
ibadah Bahá’í untuk berdoa dan bermeditasi.
Bahá’u’lláh
bersabda bahwa rumah ibadah Bahá’í nanti akan berfungsi sebagai titik pusat
kehidupan rohani masyarakat. Di sekelilingnya akan terdapat lembaga-lembaga
yang antara lain bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial-kemanusiaan
lainnya seperti rumah sakit dan rumah jompo, dan administrasi masyarakat
Bahá’í. Sehingga dengan demikian, rumah ibadah Bahá’í akan mewujudkan konsep
perpaduan “ibadah dan pengabdian” sesuai dengan ajaran Bahá’u’lláh.
Bahá’í International Community memiliki kantor di
Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York dan Jenewa , juga perwakilan di komisi-komisi PBB regional serta
kantor-kantor lainnya di Addis Ababa, Bangkok, Nairobi, Roma, Santiago, dan Wina . . Pada tahun-tahun terakhir ini suatu “Kantor
Lingkungan Hidup” dan “Kantor untuk Kemajuan Kaum Perempuan” telah didirikan
sebagai bagian dari Kantor PBB Bahá’í International Community itu. Agama Bahá’í
juga telah bekerja bersama dalam mengembangkan program-program dengan berbagai
instansi PBB lainnya. Dalam Millennium Forum
dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2000, seorang Bahá’í menjadi satu-satunya orang
non-pemerintah yang diundang untuk memberikan pidato.
Orang
Bahá’i mengabdi kepada umat manusia dan juga berdoa bagi kebaikan sesama
manusia. Kita mengetahui bahwa Tuhan menciptakan kita. Dia mengetahui apa yang
kita inginkan dan butuhkan. Perkembangan
roh kita tergantung pada doa, karena doa merupakan makanan rohani. Pada saat
kita berdoa, kita sedang memberikan makanan rohani kepada roh kita dan
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hari-Hari Suci
Tahun Baha’i terdiri dari 19 bulan
yang masing-masing 19 hari (361 hari), dengan penambahan “hari-hari kabisat” antara
bulan kedelapan belas dan kesembilan belas untuk menyesuaikan kalender dengan
tahun matahari. Dalam ajaran agama Baha’i juga melaksaknakan puasa selama 19
hari, mulai 2-20 Maret. Setelah berpuasa, penganut agama Baha’i juga mengenal
hari raya yang jatuh pada 21 Maret. Agama ini juga memiliki tahun dan tanggal
yang berbeda. Jika di Islam dikenal Hijriah dan di Nasrani dikenal Masehi, maka
di Baha’i itu nama tahunnya itu Era Baha’i (EB). 21 Maret Hari Raya yang disebut hari
raya Naw-ruz.
Untuk jamnya sama saja. 24 jam,” Pengikut Baha’i
tidak menyebarkan Baha’i, namun jika ingin memeluk Baha’i tinggal mengenal tiga
tokohnya saja, salah satunya adalah Bahau’llah dan tidak ada pembaptisan atau
mengucapkan dua kalimat syahdat seperti di agama Islam.
Hari-hari Suci Baha’i:
Hari raya Sembilan belas
Naw-Ruz
Deklarasi dari Bab
Hari Raya Ridwan
Lahirnya Bab
Hari Lahir Bahaullah
Kenaikan Bab
Wafatnya Bahaullah
Naw-Ruz
Deklarasi dari Bab
Hari Raya Ridwan
Lahirnya Bab
Hari Lahir Bahaullah
Kenaikan Bab
Wafatnya Bahaullah
SUMBER : (Dicantumkan
pada Artikel Agama Baha’I yang terakhir)
Compiled : IDP Sedana,
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI:
|
Belum ada Komentar untuk "RUMAH IBADAH AGAMA BAHA’I, - 4 "
Posting Komentar