JALLALUDIN ei-RUMI : EVOLUSI ROH
Apakah mineral,
tumbuh-tumbuhan memiliki roh ?. Seorang sufi
terkemuka Jallaludin el-Rumi di awal abad ke 13 telah memahami evolusi roh
manusia, sehingga beliau berkata: “Aku mati sebagai mineral, dan menjelma
sebagai tumbuhan, aku mati sebagai tumbuhan, dan lahir kembali sebagai
binatang. Aku mati sebagai binatang dan menjelma sebagai manusia. Kenapa aku harus takut?. Maut tidak
pernah mengurangi sesuatu dari diriku. Sekali lagi, aku masih harus mati
sebagai manusia, dan lahir di alam para malaikat. Bahkan setelah menjelma
sebagai malaikat, aku masih harus mati lagi”.
Pada
tanaman terdapat zat hidup, kala tanaman kehilangan zat hidupnya, maka dia akan
layu dan mati. Zat hidup itu sering
dinamakan roh. lmuwan Sir Jagdish Chandra Bose mulai melakukan percobaan
pada tanaman di tahun 1900. Ia menemukan bahwa setiap tanaman dan setiap bagian
dari tanaman memiliki sistem saraf yang peka dan dapat bereaksi.
Di Jawa (apalagi di
Bali), terdapat tradisi memberikan sajen atau sesaji. Sesungguhnya ini
bukanlah perilaku syirik atau menyekutukan Tuhan. Sebab, maksud dari sesaji
sebenarnya merupakan suatu upaya harmonisasi melalui jalan spiritual yang
kreatif untuk menyelaraskan dan menghubungkan antara daya aura magis manusia
dengan seluruh ciptaan Tuhan yang saling berdampingan di dunia ini, khususnya
kekuatan alam maupun makhluk gaib. Dengan kata lain, sesaji merupakan
harmonisasi manusia dalam dimensi horizontal terhadap sesama makhluk ciptaan
Tuhan.
Masyarakat Bali (yang beragama Hindu) melaksanakan filsafat
hidup yang disebut Tri Hita Karana, suatu sikap hidup yang menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, menjaga hubungan yang
harmonis dengan sesama manusia dan komunitas sekitar, serta menjaga hubungan
yang harmonis dengan lingkungan,
yakni alam yang terlihat dan alam yang tidak terlihat. Alam yang terlihat seperti
batu, tanah, gunung, sungai, laut,
hewan, tumbuhan,dan lain-lain. Dan alam yang tidak terlihat, ini merupakan alam
lain selain alam tempat kita tinggal, di sini artinya kita harus menghormati
keberadaan alam lain dan menjaga suatu keharmonisan antara keduanya.
Khusus untuk menjaga
keharmonisan antara manusia dengan alam, masyarakat Bali malahan punya hari
khusus untuk menghormati tumbuh-tumbuhan. Namanya Tumpek Pengatag atau Tumpek
Bubuh, jatuh setiap 210 hari sekali, 25 hari sebelum hari raya Galungan.
Meskipun ini berbau animisme, tapi pada akhirnya dunia (PBB) mengikutinya
dengan menetapkan Hari Lingkungan Hidup, yang diperingati setiap tanggal 5
Juni. Animismekah peringatan ini ??. Sepertinya tidak, karena tidak ada
pemujaan terhadap pohon/tanaman.
Tapi perilaku yang
memiliki nilai kearifan (wisdom) yang tinggi telah banyak ditinggalkan oleh
orang Jawa dan Sunda sendiri. Bentuk persembahan pada tingkat tata lahir yang dimanifestasikan dalam berbagai kearifan
budaya yang menampilkan berbagai keindahan tradisi, misalnya upacara ruwat
bhumi dan sebagainya. Atau berbagai upacara kidungan, ritual gamelan, bedhaya
ketawang, dan seterusnya yang tujuan utamanya untuk keseimbangan dan keselarasan jelas sekali jauh
dari tuduhan subyektif musyrik. Karena
jelas bahwa ia sebagai bentuk konkritisasi doa kepada Tuhan untuk mohon
keselamatan bagi alam semesta dan seluruh isinya.
DINAMISME.
Dinamisme (dalam kaitan agama dan kepercayaan) adalah pemujaan
terhadap roh nenek moyang. . Ketinggian taraf hidup saja masih belum mampu
mencegah pemujaan roh nenek moyang. Pemahaman bahwa roh orang yang telah mati,
tetap hidup, telah menunjang banyaknya pemuja roh nenek moyang di berbagai
zaman. Kepercayaan
tersebut didasari anggapan bahwa setelah meninggal, roh seseorang tidak akan
lenyap, melainkan akan tetap ada di alamnya.
Dalam masyarakat Jawa pendewaan dan
pemitosan roh nenek moyang melahirkan penyembahan roh nenek moyang (ancestor
worship) yang pada akhirnya melahirkan hukum adat dan relasi-relasi
pendukungnya. Dengan upacara-upacara selamatan, roh nenek moyang menjadi
sebentuk dewa pelindung bagi keluarga yang masih hidup. Seni pewayangan dan
gamelan dijadikan sebagai sarana upacara ritual keagamaan untuk mendatangkan roh
nenek moyang. (Alfaa Andromeda,
Animisme dan Dinamisme Dalam Budaya Jawa). Komunikasi pun tetap bisa
berlangsung melalui berbagai media,
misalnya melalui mimpi (puspa tajem), suara hati nurani, bisikan gaib
setelah tirakat khusus, atau dapat berkomunikasi langsung dengan para leluhur
dengan cara membangkitkan kemampuan mata ketiga atau indera keenam.
Keyakinan tentang roh orang yang telah meninggal masih tetap
hidup dialamnya, terlihat dengan masih
tetap terlaksananya tradisi berkunjung ke makam pada waktu-waktu tertentu
secara teratur. Dan setelah penguburan
mayat juga ada peringatan tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus
hari, seribu hari, dan sebagainya. Ada
juga yang menyebutkan bahwa dinamisme adalah kepercayaan yang mempercayai kekuatan yang abstrak yang berdiam pada suatu
benda. Istilah tersebut disebut dengan mana.
Dalam kepercayaan Dinamisme, Novi
Effendi,
dalam artikelnya “Tinggalkan Segala Tradisi Yang Syirik”,
memberikan beberapa contoh perbuatan syirik, antara lain :
1. Tradisi Memperingati Hari Kematian, bahwa arwah yang
telah dicabut dari jasadnya akan gentayangan disekitar rumah selama tujuh hari
(7), kemudian setelahnya akan meninggalkan tempat tersebut akan kembali pada
hari ke empat puluh hari, hari keseratus setelah kematian dan pada hari
keseribunya setelah kematian.
2. Tradisi Nasi Tumpeng, Masyarakat di pulau Jawa, Bali dan
Madura memiliki kebiasaan membuat tumpeng untuk kenduri atau merayakan suatu
peristiwa penting. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang
memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur
(nenek moyang). Karena memiliki nilai
rasa syukur dan perayaan, hingga kini tumpeng sering kali berfungsi menjadi kue
ulang tahun dalam perayaan pesta ulang tahun.
3. Hubungan dengan leluhur itu
sesungguhnya seperti halnya hubungan dengan guru, orang tua, saudara,
kakek-nenek atau tetangga yang masih hidup yang sering kita mintai tolong.
Perbedaannya hanyalah sekedar yang satu masih memiliki jasad kotor karena masih
tinggal di bumi, sedangkan leluhur kita sudah meninggalkan jasad kotornya.
Dari Berbagai Sumber
Belum ada Komentar untuk "JALLALUDIN El-RUMI : EVOLUSI ROH -2"
Posting Komentar