THE
HISTORY OF JAVA
Saya pernah membaca cuplikan History of Java
ini sekitar tahun 1990 yang lalu. Saya terkesan karena ada tercantum mengenai adat dan budaya Bali yang sampai
kini masih lestari di Bali sepetrti Pawukon, Nama Hari yang jumlahnya Lima (Legi, Paing …… Kliwon), upacara kelahiran
bayi. Ada juga sekilas saya baca
mengenai Pupuh-Pupuh, yang masih biasa
dilantunkan di Bali, tercantum dalam buku History of Java, dll.
History of Java merupakan buku karya Raffles tahun 1817 yang terdiri
atas dua jilid, yaitu uraian inti tentang Jawa secara
lengkap dan informasi tambahan. The History of Java lebih dari
sekedar rekam jejak seorang Thomas Stamford Raffles,. Semua dilakukan Raffles
selain karena tugasnya sebagai wakil Inggris di Hindia Timur, juga karena keterikatannya
pada tanah subur yang eksotis itu.
Raffles
yang saat itu menjabat sebagai Gubernur-Jendral di Hindia-Belanda, "Raffles
memang fenomenal. Dia seperti komet. Pada usia 35 tahun, sudah menjadi Letnan
Gubernur di Jawa. Menurut saya, dia adalah figur menarik dalam sejarah
Inggris," ujar Peter Carey, sejarawan dan pengarang asal Inggris .
"Buku ini (The History of Java) memiliki segudang pengetahuan dan
merupakan warisan dari leluhur," kata Peter.
Menurut
Prof. Farish Ahmad Noor, Head of the Doctoral Programme, Rajaratnam School of
International Studies di Nanyang Technological University, Singapura, buku The
History of Java memiliki kekuatan yang hebat, juga menarik untuk dibaca karena
tak hanya berisi soal sejarah Jawa, tetapi juga berisi sejarah Raffles.
Dalam menulis bukunya
Raffles dibantu oleh Juru Bahasanya Raden Ario Notodiningrat dan Bupati Sumenep
Notokusumo II. History of Java berisi antara lain tentang 11 pokok bahasan yang
diulas secara detail.
Buku ini juga mengisahkan, pada saat Raffles
berada di Jawa, terjadi letusan gunung api dengan energi terbesar didunia dalam
masa sejarah umat manusia. Yaitu letusan Gunung Tambora di Sumbawa pada tahun
1815. Dan, Raffles sangat detail menggambarkan peristiwa letusannya sampai
efek-efek dan dampak-dampak kerusakannya.
GUNUNG TAMBORA
1815
Catatannya menjadi penting karena keadaan
geografi, kepadatan penduduk, sistem pertanian, sistem perdagangan,
adat-istiadat dan budaya serta kehidupan sosial-politik masyarakat di tanah
Jawa kala itu dituliskan secara detail
dan menyeluruh.
Juga
menceritakan tentang upacara adat penyambutan kelahiran bayi, pernikahan, dan
kematian.
Raffles
di Jawa
Selain
buku The History of Java, nama Raffles dikenal karena penemuan Candi Borobudur . Nama Candi Borobudur pun dibuat oleh Raffles, awalnya
bernama Borebudur, artinya 'candi budur di dekat Desa Bore', lalu diubah
menjadi Borobudur.
Sejak
ditemukan Raffles pada 1814, Borobudur terus mengalami upaya penyelamatan dan pemugaran,
sampai akhirnya bangunan megah tersebut masuk dalam daftar situs warisan dunia.
Jasa
Raffles lainnya adalah warisan berupa sistem birokrasi dan administrasi. Pria
yang lahir di Jamaica ini mengganti sistem tata kelola tanah, dari tanam paksa
menjadi sistem penyewaan tanah yang lebih menguntungkan pihak penggarap dan
penyewa.
Beberapa
hal yang diusahakan oleh Raffles antara lain menghentikan perdagangan budak,
menghapuskan kerja rodi dan sistem monopoli, menyelidiki flora dan fauna
Indonesia, meneliti peninggalan-peninggalan kuno seperti candi dan sastra, juga
meneliti dokumen-dokumen sejarah Melayu. Di dalam
The History of Java masalah perbudakan hanya disinggung
secara singkat oleh Raffles namun tetap dengan keberpihakan yang jelas
Saat
istrinya, Olivis Marianne, wafat pada 1814, Raffles
memakamkan istrinya di tempat yang saat ini menjadi Museum Prasasti, Jakarta.
Ia pun membangun monumen peringatan untuk mengenang kematian sang istri di Kebun Raya Bogor.
Monumen Olivia Mariamne
Hal
menarik lainnya adalah mengenai pendapat
seorang Raffles tentang karakter orang Jawa. Berbeda dengan orang Belanda, Raffles
melihat orang Jawa secara positif. Tidak ada lagi propaganda tentang orang Jawa
yang malas, pemarah, dan pembohong sebagaimana yang biasanya dicitrakan
kolonial Belanda. Mengenai pandangan orang-orang Belanda
terhadap orang Jawa dapat dilihat pada catatan resmi yang diberikan oleh
Residen Dornick dari Distrik Jepara pada tahun 1812. Dornick dalam catatan
resminya, sebagaimana dikutip Raffles, menyebutkan bahwa, “Orang Jawa yang
berkelas, atau dalam keadaan yang makmur,
mereka akan terlihat sebagai orang yang percaya takhayul, sombong,
pencemburu, suka membalas dendam, kejam, dan bertindak seperti budak pada
atasannya, keras dan kejam pada para bawahannya, dan pada orang-orang yang
tidak beruntung yang tunduk dalam wewenang mereka, mereka juga malas dan
lambat.”. Sebaliknya, Raffles menyebut masyarakat Jawa sebagai penduduk yang
dermawan dan ramah jika tidak diganggu dan ditindas. Orang Jawa dalam hubungan
domestik memiliki sikap baik, lembut, kasih sayang, dan penuh perhatian.
Sedangkan dalam hubungan dengan masyarakat umum orang Jawa adalah orang yang
patuh, jujur, dan beriman, memperlihatkan sikap yang bijaksana, jujur, jelas
dalam berdagang dan berterus terang
Buku ini juga dilengkapi dengan lampiran tentang perbandingan kosakata bahasa Melayu,
Jawa, Madura, dan Lampung. Begitu kayanya data dalam buku ini membuat sang
penulis seakan-akan telah menulisnya berdasarkan observasi puluhan tahun. Satu
hal yang menjadi kesan bagi pembaca di Indonesia adalah gaya penulisan Raffles
yang simpatik, sekalipun itu menjadi nostalgik bagi pembaca di Barat. Dengan
begitu, Raffles selamat di dua sisi mata uang sekaligus. Ia mencintai Indonesia
tanpa perlu menjadi benalu bagi semangat kolonialisme yang mewabah di
negara-negara barat. Bagi sebagian orang, Raffles menjadi sebuah nama bagi
pengandaian tentang kolonialisme yang indah.
Raffles telah mencatat semua hal mengenai
Tanah Jawa secara lengkap, cermat, dan teliti tanpa melewatkan sepotong
informasi pun. Ia tidak hanya mengisahkan sejarah sebagai rentetan peristiwa
yang menembus dimensi ruang dan waktu, tapi ia juga melengkapinya dengan
informasi kuantitatif. Angka-angka yang merekam fenomena yang terjadi pada
masanya:
Informasi demografis penduduk Pulau Jawa dan
Madura yang disajikan Raffles dalam bukunya, yang merupakan hasil sensus
penduduk yang dilakukan Pemerintah Inggris pada 1815 itu dirangkum dalam
tabel-tabel statistik yang untuk menyusunnya dibutuhkan kecermatan, ketelitian,
dan logika yang lurus. Melalui tabel-tabel itu, kita jadi tahu bahwa total
penduduk Pulau Jawa saat itu sekitar 2 juta orang, lengkap dengan informasi
sebarannya menurut jenis kelamin, profesi, suku bangsa, dan Karasidenan. Dan
patut dicatat, semua informasi itu dikumpulkan pada 1815, ketika nenek moyang
kita tengah larut dalam mitos dan dunia supranatural.
Juga tercantum tabel-tabel yang memuat informasi mengenai
produksi sejumlah komoditas pertanian di Pulau Jawa seperti padi, jagung,
tanaman perkebunan, dan aneka hewan ternak. Pantaslah kita menjadi bangsa terjajah kala itu. Tak tanggung-tanggung
lamanya hingga ratusan tahun. Kita dijajah oleh bangsa Eropa yang unggul dan
tangguh dalam persenjataan dan ilmu pengetahuan. Di saat sebagian besar nenek
moyang kita tengah terkungkung dalam keterbelakangan, buta huruf dan tak tahu
baca tulis, kaum penjajah telah menggunakan statistik. Sesuatu yang hingga saat
ini masih asing di telinga banyak orang Indonesia. Buku Raffles telah
meneguhkan bahwa statistik merupakan bagian yang tak terpisihkan dari sejarah.
Statistik mencatat sejarah secara obyektif tanpa peduli siapa yang menjadi
pemenang dan penguasa. Dalam menulis bukunya, dia banyak mengumpulkan
statistik, obyek-obyek material juga disertakan, mulai lukisan, ukiran kaju dan
logam, baju adat, alat musik, specimen tumbuhan, rangka dan kulit binatang.
Compiled
: IDP Sedana
ARTIKEL TERKAIT, KLIK DIBAWAH INI
ARTIKEL TERKAIT, KLIK DIBAWAH INI
Geografis, Penduduk, Pertanian, Raffles 3 |
Aga1ma Zen 1 |
Kaliyuga, Ramalan Sabdopalon 1 |
Jainisme, Agama yang Atheis 1 Gelombang Otak dan Meditasi 1 |
Belum ada Komentar untuk "PENEMUAN RAFFLES DI JAWA - 2"
Posting Komentar