THE HISTORY OF JAVA, Bab VII
Dalam Bab VII, dilukiskan tentang :
Tanda-Tanda Kebesaran, Derajat dan
Pangkat, Upacara Kelahiran, Penduduk Pegunungan Tengger, Kesenian, Pertarungan dan Pertanian seta Adat dan
kebiasaan yang Lain.
Tanda-Tanda
Kebesaran.
Singasana
raja adalah sebuah kursi besar bersandaran, atau kursi yang dihiasi emas dan
perak, dengan bantalan dari beludru yang disebut dampar. Diantara tanda-tanda
kebesaran, meliputi benda-benda keemasan, seperti hasti atau gajah, harda
walika atau nanagan berbentuk ular naga, jajawen santing berbentuk banteng,
sangsam berbentuk kijang, dan sawung galing berbentuk ayam jantan. Ketika raja pergi ke luar keraton, dia
diikuti oleh banyak prajurit dengan tombak (whaos). Tugas delapan orang dari
mereka adalah membawa benda-benda keramat berupa gajah dan banteng, yang
didekatnya juga dikendalikan empat ekor kuda yang didandani mewah. Payung
kerajaan atau payung kenegaraan dibawa di depan arak-arakan Ornamen negara atau tanda-tanda kebesaran
terbuat dari emas yang ditempa dengan baik. Perisai kerajaan yang mewah
bertahtakan batu-batu berharga , dan keris kerajaan tergantung pada sabuk
dengan sarungnnya yang bertaburan permata
Derajat dan Pangkat.
- Raja ditandai dengan payung keemasan
- Sang ratu dan anggota keluarga
kerajaan lainnya menggunakan payung berwarna kuning
- Keluarga dari ratu dan keluarga raja
bersama para selir-selirnya menggunakan payung putih
- Bupati dan Tumenggung menggunakan
payung warna hijau dengan diberi pinggiran dan puncak berwarna emas
- Anggabei, Rangga, Mantri dsb.
menggunakan payung warna merah
- Kepala desa dan para pemimpin
rendahan lainnya menggunakan payung warna gelap
Raja
di sebut Sultan, dan istri raja disebut Ratu. Menteri yang menjalankan perintah
atas nama raja disebut Patih. Pemimpin yang dipekerjakan untuk memerintah di
Provinsi dinamakan Pratiwa, Punggawa, Niaka, atau Bupati. Kepala desa biasa dipanggil Umbul, Petingi,
Babakal, Babahu, Lurah atau Kuwu. Komandan perang disebut Senopati. Pasukan disebut Prajurit. Mereka yang dipekerjakan untuk
menjaga negara dari ancaman musuh,
disebut Pechat tanda, Tamping, atau Hulubalang. Wedana Gedong adalah
gelar yang diberikan kepada orang yang dipercaya untuk mengurusi penyimpanan
harta milik raja, dan juga pengumpulan penghasilannya. Sekertaris disebut Carik.
Sedangkan Tanda dan Sabandar adalah gelar dari pegawai yang mengumpulkan bea
atau pajak di pasar-pasar dan disepanjang jalan.
Upacara Kelahiran.
Begitu
mengetahui bahwa seorang wanita Jawa telah mengandung tiga bulan, ia harus
mengabarkannya kepada semua kerabat dekat dan memberikan nasi kuning, minyak
yang berbau manis dan lilin yang besar. Setelah usianya tujuh bulan maka ia
harus mengadakan perayaan dengan mengundang seluruh kerabatnya dan menyajikan
nasi kuning. Wanita yang hamil membasuh badannya dengan air kelapa muda yang
hijau, yang sudah digambari dua tokoh wayang Jika seorang wanita melahirkan
anak laki-laki, maka ari-ari anak tersebut harus segera dipotong dengan
menggunakan pisau tajam atau bambu, dibungkus dengan selembar kertas yang
ditulisi huruf jawa, kemudian diletakan dalam sebuah pot yang baru, dikubur
ditanah, diberi lampu, ditutup keranjang bambu, kemudian dihiasi dengan daun
pandanri. Lampu tersebut dijaga untuk tetap menyala hingga tali pusar bayi
dilepas atau ari-ari tersebut dibuang ke laut. Selama itu, bayi dijaga semalam
suntuk oleh orang yang membaca cerita tentang dewa-dewa atau orang terkenal,
atau menghibur diri mereka dengan pertunjukan wayang.
Pada
hari pernikahan ayah dari pengantin perempuan pergi ke masjid dengan pengantin
laki-laki, dan memberi tahu kepada penghulu bahwa laki-laki yang datang
bersamanya setuju untuk memberikan sri kawin (sekitar 2 dolar. Setelah
menyatakan penegasan, Penghulu menyucikan pernikahan tersebut dengan kata-kata
sebagai berikut : "Saya mempersatukan kamu, raden mas (pengantin
laki-laki), dalam sebuah ikatan perkawinan dengan satia (pengantin perempuan),
dengan maskawin dua barang dari emas dan perak,….. Tidak ada bagian dunia, dimana
perceraian terjadi sesering di Jawa. Hal ini dikarenakan adanya kebolehan pada
hukum Islam untuk bercerai.
Pernikahan
tempo doeloe
Untuk
penguburan mayat, Setelah mayat dimandikan, kemudian dibungkus dengan kain
putih, lalu dibawa keluar rumah dengan menggunakan tandu jenazah yang ditutupi
dengan kain berwarna-warni dan untaian
bunga digantung seperti gorden. Semua teman dan kerabat menemani jenazah menuju
pemakaman. Pesta makan-makan diadakan untuk memperingati kematian. Pertama pada
saat hari meninggalnya, kedua pada hari ketiganya, ketiga pada hari ketujuh
meninggalnya, keempat pada hari keempat puluh, kelima pada hari keseratusnya,
keenam pada hari keseribu kematiannya. Juga tiap tahun diadakan pesta
makan-makan untuk memperingati kematiannya.
Penduduk Pegunungan Tengger.
Satu-satunya
tempat dimana upacara dan doktrin dari
agama Hindu yang masih ada hingga sekarang di Jawa. Mendiami kurang lebih 40
desa yang tersebar di sepanjang rangkaian perbukitan. Kepala desa mendapat
gelar Petinggi dan dibantu oleh seorang Kabayan. Dukun pada umumnya adalah
orang yang pandai. Memiliki kitab. ditulis diatas daun lontar. Ketika seorang
wanita melahirkan anak pertamanya, dukun mengambil daun dari rumput
alang-alang, dan menggosokan tangan ke tangan dari sang ibu dan bayi nya,
seperti tanah, sambil mengucapkan doa pendek. Ketika pernikahan disetujui,
pengantin laki-laki dan wanita di bawa kehadapan dukun di dalam rumah. Pada
jamuan pernikahan, dukun mengulangi doa puja. Sedangkan untuk penguburan
penduduk Tengger, jenazah dimasukan kedalam kubut dengan kepala berada
disebelah selatan. Jenazah dijaga jangan sampai bersentuhan dengan tanah dengan
ditutupi bambu dan papan. Penduduk Tengger mempercayai dewa yang Maha Kuat,
nama dewa ini disebut Bumi Truka Sang
Hyang Dewata Batur, dan keterangan ibadah mereka dicantumkan dalam buku
Panglawu. Mereka hidup hampir tanpa ada kejahatan, dalam keadaan damai,
teratur, jujur, rajin dan bahagia. Jumlah penduduknya sekitar seribu dua ratus
jiwa. Bahasanya tidak banyak berbeda dengan bahasa Jawa, meskipun lebih banyak
tekanan dalam pengucapannya. Suku Badui,
jumlahnya tidak terlalu banyak, dan tinggal di pedalaman Bantam
(Banten). Mereka keturunan dari orang-orang yang lari kedalam hutan setelah runtuhnya
bagian barat kota Pajajaran. Uang yang mereka hargai adalah dollar Spanyol
Perayaan
dari orang Jawa terdiri dari tiga macam : grebeg atau pesta keagamaan;
membacaki atau menyelamati. Yang paling penting dari semua perayaan adalah
perayaan nasional yang berkaitan dengan perayaan Islam seperti maulud, puasa
dan gerebeg besar.
Tari Singo
Ulung
Kesenian.
Pertunjukan
drama terdiri dari dua macam, yaitu topeng dan wayang. Tokoh yang berada di
dalam topeng diambil dari cerita petualangan Panji, seorang pahlawan favorit dalam cerita Jawa. Musik gamelan
mengiringi pertunjukan dan dilantunkan dalam berbagai ekspresi. Lawakan,
dibawakan untuk meningkatkan gairah penonton. Pada pertunjukan wayang
atau pertunjukan bayangan, temanya merupakan cerita fabel yang diambil dari
sejarah pada periode yang paling awal, hingga keruntuhan kerajaan Hindu
Majapahit.
Cerita
wayang dibedakan menurut periode sejarah yang mereka angkat, dengan istilah
wayang purwa, wayang gedog, dan wayang klitik.
Wayang Purwa adalah wayang paling awal dari perjalanan
sejarah yang hebat hingga ke pemerintahan Parikesit dalam cerita kepahlawanan dalam Baratayudha. Wayang Gedog. Cerita ini diambil dari
periode sejarah setelah Parikesit, yang dimulai dari masa pemerintahan
Gandrayana dan mencakup petualangan serta masa pemerintahan Panji. Wayang Klitik yang lebih menunjukan
wayangnya daripada bayangannya. Wayang tersebut terbuat dari kayu dengan tinggi
sekitar 25 cm. Ceriteranya diambilkan
dari mulai dengan berdirinya kerajaan di wilayah barat, yaitu Pajajaran dan
diakhiri dengan runtuhnya kerajaan didaerah timur, yaitu Majapahit. Seorang
dalang mengatur dan menggerakan pertunjukan ini.
Tarian
pada masyarakat Jawa, terdiri dari gerakan tubuh yang indah, dan dengan gerakan
tangan serta kaki yang lambat, terutama pada bagian awalnya. Tari Serimpi terdiri
dari empat gadis, dibedakan dengan derajat keindahan dan kepantasan yang tidak
biasa. Penarinya jarang berusia lebih
dari 14 atau 15 tahun. Tari Bedaya ,
sebuah tarian yang ditampilkan oleh delapan orang penari, yang dalam beberapa
hal ditunjukan untuk para bangsawan, sedangkan serimpi untuk sang raja. Tari Ronggeng selalu dipertontonkan di
setiap acara festival atau pesta, dan para Bupati sering mengambil yang paling menawan dalam pertunjukan mereka
untuk beberapa tahun. Pertunjukan
ronggeng biasanya diwarnai dengan aksi lucu atau lawakan. Gambuh dan Niutra. dilakukan oleh para
pria. Tarian gambuh adalah tarian yang dimana penarinya memegang prisai pada
satu tangan dan pada tangan lainnya mengangkat dodot dengan cara yang anggun.,
sedangkan pada tarian Niutra para penarinya membawa busur dan anak panah di
tangan, lalu membuat gerakan seperti sedang memanah, menarik dan mengulurkan
busur-busur sesuai irama gamelan. Pertunjukan Beksa diperankan oleh
laki-laki dimana dalam tariannya menggambarkan para penduduk laut selatan.
Pertarungan dan Pertanian.
Rusa
jantan diburu, terutama di wilayah timur dan barat pulau, oleh suku Sunda dan
Bali.. Tontonan nasional yang paling disenangi adalah pertarungan antara kerbau
dan macan. Dalam pertarungan ini, kerbau dirangsang secara terus menerus dengan
menggunakan air mendidih yang dituangkan ke atasnya. Jarang sekali kerbau meraih
kemenangan. Macan yang masih bisa bertahan akan dibantai dengan cara rampong. Pertarungan antara Penjahat dengan Macan sudah dikenal secara umum sejak
berdirinya kerajaan Mataram. Kebiasaan ini masih terjadi selama pemerintahan Sultan
Yogyakarta yang telah dihilangkan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1812. Adu
banteng adalah hal yang umum diadakan di Madura dan di bagian timur dari pulau
ini.. Adu burung puyuh (adu gemak) dan adu ayam jantan (adu jago) sudah sangat
umum,. Orang Jawa tidak memiliki kebiasaan memasang taji pada ayam mereka.
Pertarungan
Lembu dan Macan.
Permainan
telaga tari tercatat sebagai permainan yang paling tua. Cara permainannya
dengan menebak jumlah kacang dalam genggaman. Dua atau tiga orang biasanya
memainkan permainan ini.
Adat dan Kebiasaan Lain.
Mewarnai
gigi menjadi hitam, mewarnai cuping telinga dengan warna cerah, populer di semenanjung
timur India hingga Cina, menyebar luas hingga ke Papua. Tindakan memoles wajah,
badan, kaki dengan bedak kekuning-kuningan, penggunaan kain sutra berwarna
kuning atau satin untuk amplop surat-surat antar raja, menunjukan penghargaan
pada warna tersebut yang berlaku di pulau-pulau lain, seperti Ava, Siam dan
Cina.
Keris
yang dipakai oleh orang Jawa, adalah satu-satunya yang ditemukan di pulau
tersebut dan juga Semenanjung Malaya. Perbudakan, seperti yang dilakukan Eropa,
tidak dikenal oleh lembaga kuno di pulau ini.. Sebelumnya, transaksi uang
mendapat tempat yang lebih luas daripada yang dilakukan sekarang. Dalam masalah
keuangan, wanita dianggap lebih unggul. Para lelaki mempercayakan masalah
keuangan seluruhnya keada istrinya. Laki-laki Jawa bodoh dalam hal keuangan.
Orang Jawa sangat menghargai nilai kebersihan. Di bawah sistem pribumi, bunyi
alat tumbukan padi bisa menjadi tanda peringatan, dan itu tergantung gaya
memukulnya. Para penduduk tahu apakah yang sedang diumumkan.
Belum ada Komentar untuk "TANDA-TANDA KEBESARAN, RAFFLES - 5"
Posting Komentar