THE HISTORY OF JAVA, Bab
VIII, IX
Bahasa
dan Sastra Jawa
Diuraikan dalam bab VIII. Bahasa Jawa yang secara luas tersebar luas dan merata,
dipandang rendah oleh para terpelajar dari Eropa. Terdapat empat dialek, dialek Bahasa Sunda, digunakan
penduduk Jawa bagian barat Tegal. Bahasa Jawa merupakan bahasa umum dibagian
Jawa timur dan Cheribon, dan meliputi seluruh bagian pantai utara Jawa. Madura
dan Bali memiliki bahasa dan dialek sendiri. Penduduk di pulau Jawa memiliki
bahasa klasik, yang berbeda dengan
bahasa yang digunakan di daerah tersebut, antara lain bahasa Sansekerta untuk
bahasa Pracit dari Hindustan, dan bahasa Pali untuk bahasa Barman dan Siasme.
Bahasa ini disebut bahasa Kawi, yang digunakan untuk menyampaikan ide yang
luas, khas.
Sembilan
persepuluh penduduk menggunakan bahasa Jawa. Bahasa ini dibagi-bagi lagi dalam
berbagai dialek, yaitu dialek Madura sendiri dan dialek Sumenep. Bahasa Bali
berhubungan dekat dengan bahasa Jawa dan Madura. Di Bantan, bahasa yang
digunakan adalah campuran Bahasa Melayu
dan Sunda. Bahasa di Batavia menggunakan bahasa yang digunakan oleh orang
Belanda, Portugis, Cina, Jawa dan Melayu. Di daerah Surabaya, bahasa diucapkan
seperti yang diucapkan oleh orang Madura, dan di daerah Banyuwangi bahasa Bali
Huruf
Huruf
Jawa terdiri dari 20 konsonan. Setiap
konsonan atau aksara ditulis secara terpisah, tidak disambung dengan
huruf-huruf yang beriringan dengannya, dan tidak ada spasi diantara kata. Di Jawa, penduduk pribumi menulis dengan
tinta India diatas kertas yang mereka buat sendiri. Di Bali, menulis
menggunakan besi, dan menulis diatas daun lontar. Bahasa Jawa tidak
memiliki tata bahasa. Bahasa sopan yang digunakan diambil dari bahasa Sanskrit
dan bahasa Melayu. Orang yang belajar
bahasa sopan biasanya mempunyai derajat yag lebih tinggi, saat berkomunikasi
harus menggunakan bahasa yang sama sopannya Selain bahasa juga digunakan bahasa puitis yang disebut Bahasa Kawi. Di
Bali bahsa Sanskrit masih digunakan di acara keagamaan, begitu pula di pulau
Jawa. Bahasa ini disakralkan di Jawa. Didekat puing- puing
Prambanan ditemukan prasati yang menggunakan bahasa Devanagari.
Dengan runtuhnya kerajaan Hindu, penduduk pribumi bisa dikatakan kehilangan
semua pengetahuan tentang bahasa Kawi
Aksara Jawa
Aksara Bali
Angka
pun sering di lambangkan menggunakan symbol untuk menggantikan bilangan angka
contohnya
Sirna ilang
kertaning Bhumi
Hilang
- pergi - sebuah karya
besar - yang ada di tanah ini
0 0 4 1
Ini
merupakan tanggal keruntuhan dari Kerajaan Majapahit
Kesusastraan
Kesustraan
Jawa digolongkan kedalam dua bagian yaitu lama dan modern. Cerita yang dibuat
biasanya tentang nenek moyang di setiap daerah masing-masing. Karya ini dibuat
untuk menghormati nenek moyang. Wiwaha
Kawi, adalah puisi yang beraturan, yang terdiri dari 350 pada atau bait. Cerita
ini menceritakan tentang Eyang Baya dan seorang anak laki laki yang berbentuk
raksasa yang kemudian menjadi raja Imaimantaka di negeri tersebut dengan gelar
Detia Kewacha. Rama kawi, biasanya dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Gandrung yang menceritakan
kehidupan Rama sejak kecil hingga menikah. Rama Badra, menceritakan tentang pernikahannya
dan juga istrinya Sinta Dewi yang di culik oleh Rahwan. Rama Tali, sejak dari pengangkatan Hanoman sebagai
duta atau utusan hingga dia membangun jembatan dari daratan ke Pulau
Alengkadipura. Ramayana,
mengisahkan tentang permulaan perang di
Lanka hingga tamat. Bharatayudha atau perang suci, yang merupakan karya yang
paling popular dan paling dihargai. Parikesit adalah sebuah puisi yang melimpah
dengan pemujaan terhadap raja raja yang merupakan anak dari Abimanyu, cucu
Arjuna, yang menggambarkan ketenangan dan kebahagian secara
universal.
Etika Nilai Sastra
Karya
ini berisi tentang eika, terdiri dari 123 bait, yang masing masing berisi
tentang pelajaran moral, dengan bahasa kawi yang terbilang murni. Versi modern
dari karya sastra ini sudah ada, dan terjemahan beberapa bait sudah
diperkenalkan. Di Bali telah ditemukan beberapa karya, salah satunya adalah
Menawa Dharma Sastra, karya ini sudah diterjemahkan bahkan kedalam bahasa
Inggris. Ini merupakan buku hukum yag berisi 160 pasal. Secara nyata dalam
sastra ini adalah mengatur tentag masalah kepemilikan tanah yang ada di wilayah
tersebut. Dari komposisi yag terlihat hukum ini lebih tegas dan lebih kompleks
dari hukum Jawa.
Walaupun
agama Islam sudah bisa disebut sebagai agama nasional selama tiga abad, tetapi
bahasa Arab memberikan pengaruh yang sangat sedikit untuk kehidupan
masyarakatnya. Al-qur’an pertama kali diterjemahkan sekitar satu abad yang
lalu, dan dibuat dalam versi Jawa oleh seorang yang terpelajar dari Pranaga,
yang kemudian diberi gelar Kiai Pranaga
Puisi .
Puisi
adalah sebuah karya sastra yag terdiri dari beberapa bait. Menurut baitnya digolongkan kedalam tiga kelas. Pertama Sekar
Kawi atau karya sastra yang biasanya ditulis dalam bahasa kawi, Kedua Sekar
Sepuh atau karya yang tinggi atau kuno, Ketiga Sekar Gangsal atau lima karya
modern
Sekar Kawi
Dalam
Sekar Kawi terdapat 12 bait yang radikal, hampir semuanya digunakan dalam Niti
Sastra dan karya karya penting lainya dalam bahasa Kawi, yang terdiri dari :
1.
Sradula wikrindita
2.
Jaga dita
3.
Wahirat
4.
Basanta tilaka
5.
Bangsapatra
6.
Sragdara
7.
Sekarini
8.
Suwandana
9.
Champaka maliar
10. Prawira lalita
11. Danda.
Budaya
Jawa Sekar Kawi di Bali tetap lestari, dikenal sebagai Sekar Agung, yang
jumlahnya sebanyak 20, yaitu :
1.
Sronca
2.
Sardula Wikridita
3.
Kalengengan
4.
Ragakusuma
5.
Basantatilaka
6.
Sikarini
7.
Girisa
8.
Sragdhara
9.
Praharsini
10. Suwadana
11. Merdukomala
12. Totaka
13. Mandamalon atau Rajani
14. Indrawangsa
15. Mrtatodaka
16. Jaloddhatagati
17. Wahirat
18.
Kilayumanedheng.
19.
Prawira lalita
20. Danda
Masing
masing bait tediri atas empat baris. Bharatayudha adalah karya sastra yang
paling terkenal diantara karya sastra lainnya, terdiri atas tujuh ratus Sembilan
belas bait. Karya terkenal ini akan muncul dalam Chandra Sangkala yang termasuk
kedalam salah satu versinya, karya Mpu Sedah, seorang pandita pada tahun 1079.
Beberapa salinannya memiliki perbedaan interpretasi waktu yang lumayan
jauh. Sastra ini masih diperdebatkan, tetapi banyak yang menyakini
bahwa sastra ini dibuat oleh orang Jawa di Pulau Jawa.
Instrumen
musik Jawa sangat khas. Sebagian besar merupakan bagian penting dari gamelan. Gamelan di bagi menjadi beberapa bagian.
Penyatuan suara alat musik akan menghasilkan suara atau irama yang sangat indah
dan khas. Orang yang memimpin pertunjukan gamelan memegang rebab. Lagu lagu
yang dipilih adalah lagu yang dianggap pantas dimainkan dikalangan orang Jawa.
Suara yang dihasilkan oleh gabungan alat music itu menghasilkan suara khas dan
berbeda dari suara alat music se Asiatik. Suara yang timbul sangat indah dan
nyaman untuk didengarkan. Didaerah pedalaman terutama di distrik Sunda penduduk
memainkan instrmen yang terbuat dari bambu yang disebut angklung. Trawangsa
merupakan instrument bersenar, tidak seperti gitar, yang biasanya ditemukan di
Distrik Sunda.
Gamelan Jawa
Lukisan
Di
pulau Jawa seni lukis kurang diminati, dan kesenian ini kurang dikembangkan. Orang Jawa melakukan penghitungan tanpa
proses menulis namun biasanya bersifat akurat, Mereka menggunakan butir pari
atau batu kerikil untuk membantu ingatan mereka dalam proses menghitung. Seni
pahat sama sekali tidak ditemukan pada penduduk asli pulau Jawa. Bangunan
modern yang mereka miliki serta mempunyai arsitektur yang indah adalah istana
para pejabat. Orang Jawa tidak memiliki pretensi terhadap astronomi sebagai
ilmu pengetahuan. Musim ditentukan berdasarkan sebuah system yang tidak dapat
dipahami sepenuhnya, baik dari segi prinsip maupun aplikasinya. Istilah windu digunakan untuk
menunjukkan evolusi atau perputaran tahun. Orang Jawa membagi windu yang
terdiri dari delapan tahun, dua belas tahun, dua puluh tahun dan tiga puluh tahun.
Selanjutnya
dalam Bab IX, dijelaskan mengenai Agama dan Benda kuno di Jawa.
Agama
Agama
yang ada di negara ini adalah Islam. Kepercayaan ini dalam catatan sejarah Jawa
muncul pada tahun Jawa (1250 M), ketika sebuah usaha untuk mempengaruhi beberapa
pangeran Sunda gagal. Masyarakat asli masih setia mempercayai institusi nenek
moyang mereka meskipun setelah mereka
percaya akan keberadaan Tuhan dan percaya bahwa Mohammad sebagai utusan-Nya,
kemudian melaksanakan beberapa bentuk aturan dari pembawa ajaran agama dan
kebiasaan-kebiasaan lain, maka sedikit demi sedikit mereka terbiasa dengan
doktrin-doktrin agama tersebut dan percaya untuk menjadi pengikutnya. Tiap
daerah mempunyai ulama sendiri dan di tiap daerah terdapat sebuah masjid atau
bangunan yang dipersiapkan sebagai tempat pelaksanaan ibadah. Penghulu atau
ulama selalu dimintai pendapat guna memutuskan setiap masalah yang berkaitan
dengan pernikahan, perceraian, dan wasiat Agama Islam yang berkembang di Jawa
terlihat hanya menekankan penampakan dan pelaksanaan, tetapi hanya sedikit yang
berakar dalam hati orang-orang Jawa
Benda Kuno
Benda-benda
kuno di Jawa meliputi reruntuhan dari bangunan yang menakjubkan, dan bagian
dari candi yang sakral bagi para penyebar agama pada masa lalu. Gambaran dewa-dewi
ditemukan padanya (benda-benda kuno) dan menyebar ke seluruh penjuru negeri,
termasuk pahatan pada batu atau pahatan pada logam, kemudian prasasti pada batu
dan tembaga dalam bentuk kuno serta pada mata uang kuno. Brambanan (Prambanan) dan Boro Bodo (Borobudur) merupakan
benda-benda yang mengagumkan sebagai karya yang agung. Reruntuhan Brambanan
ditemukan pada tahun 1797, saat penguasa Belanda membangun markas di Klaten.
Candi Prambanan
Di
propinsi Matarem, antara kota Surakerta dan Yugyakerta, terletak Desa
Brambanan. Candi-candi Brambanan secara keseluruhan tersusun dari batuan tanpa
menggunakan campuran batu bata dan semen atau bahan lainnya. Candi-candi yang
lebih kecil mengelilingi candi terbesar yang terletak di tengah menunjukan
bahwa dewa-dewi sedang mengelilingi atasan mereka, yaitu Brahma. Candi Loro
Jongrang pada dasarnya terdiri dari dua puluh bangunan yang terpisah. Terdapat
gambaran Loro Jongrang yang sangat elegan dan feminim di depan pintu keluar,
dan juga patung Ganesha di bagian depan. Ada 296 candi kecil di Candi Sewu.
Orang-orang Sepoy (orang orang yang bekerja untuk kepentingan Inggris, mereka
adalah para tentara rekrutan dari
berbagai suku/daerah di India), mengatakan
bahwa seharusnya terdapat tangki kecil di salah satu sisi dari tangga, sebagai
tempat bersuci sebelum mereka masuk ke tempat suci. Terdapat tiga belas figure
untuk setiap bangunan yang berjumlah 296).
Candi Sari Kali, tampak
seperti sebuah rumah atau tempat kediaman raja Hindu, tidak menyerupai sebuah
candi. Bangunan itu berbentuk bujur sangkar, mempunyai tiga lantai. Tidak ada
yang dapat melebihi kesempurnaan dan keindahan pahatan ini, yang tidak hanya
besar, tetapi juga mempunyai puncak berbentuk aneh yang mengagumkan. Bangunan
itu bukan bangunan untuk tempat ibadah. Candi Kali Bening tampaknya
rumit dan hampir sempurna dengan bagian-bagian yang dekoratif. Keterkejutan dan
kekaguman pada superioritas arsitektur Jawa, serta pahatan dan patungnya yang
melebihi India, merupakan manifestasi dari orang-orang Sepoy yang pernah
melihatnya. Reruntuhan Aula di Kali
Bening, merupakan bagian
sisa-sisa reruntuhan kuno tempat pertunjukan. Terdapat dua pasang patung
penjaga raksasa yang menakjubkan. Dengan karakter tegas dan lebih khas serta
tajam penampilannya
Di Distrik Boro,
propinsi Kedu, dan dekat dengan pertemuan Sungai Elo dan Praga, di atas sebuah
bukit berdiri Candi Boro Bodo (Borobudur). Ditemukan sebuah sosok batu yang terputus
anggota tubuhnya, yaitu Brahma. Juga terdapat beberapa candi yang indah dan
menarik dalam bentuk dan desain yang hampir sama dengan candi-candi yang
terdapat di Brambanan. Selain itu sosok harpa berupa batu diambil oleh Inggris.
Reruntuhan yang ditemukan di Gunung Dieng yang diperkirakan sebagai tempat
bersemayamnya dewa-dewi dan benda-benda yang dipuja. Gunung ini mempunyai
kesamaan dengan lambung kapal sehingga disebut juga Gunung Prahu.
Batu-batu
prasasti dengan beberapa alas dan bekas-bekas bangunan kuno dari empat monumen
yang ada di Madiun telah dikumpulkan dan dikerjakan di Mauspati, ibukota Madiun,
terakhir dilakukan Raden Rang’ga, yang kita tahu dia memberontak terhadap
istana Yugyakerta. Di sekitar ibukota Kediri kaya akan benda-benda kuno dalam
berbagai bentuk, dan yang ditemukan di sana masih dalam keadaan baik. Di sebelah timur ibukota Kediri,
benda-benda kuno dari Sentul dan Prudung merupakan benda-benda yang paling luar
biasa. Situs Sentul terletak di Distrik Tigawangi dalam sebuah hutan,
kondisinya mengindikasikan sebagai tempat yang tak terusik dalam waktu yang
lama. Situs Candi Prudung terletak sekitar 8 mil sebelah barat daya Sentul.
Ornamen
patung Brahma, dikerjakan dengan teknik
tinggi dan di lengkapi busana yang lebih lengkap. Tidak jauh dari tempat itu
ditemukan Mahadewa, dikenal dengan tombak mata tiganya. Selain itu ditemukan
juga patung Ganesha dalam ukuran besar. Di Malang terdapat reruntuhan
Supit-Urang, atau lebih dikenal dengan Kotah Bedah atau benteng yang
ditinggalkan. Situs ini digunakan sebagai perlindungan terakhir para pengungsi
dari Majapahit.
Sisa-sisa
peninggalan kuno masih ditemukan di Suku (Sukuh}. Bangunan ini di indikasikan
dibangun oleh pemeluk kepercayaan lain. Peninggalan ini terletak disebelah
timur Surakerta, dan berjarak sekitar 26 mil dari kota tersebut. Terdapat
pahatan yang menggambarkan sosok monster yang sedang menelan seorang anak, disebut
Typhon; anjingnya Anoubis; sedangkan pahatan burung
bangau itu adalah Ibis.
Pohon yang bentuknya seperti palem, oleh orang-orang Mesir digambarkan sebagai
perlambangan tahun. Sedangkan merpati, elang, ular naga yang besar, merupakan
simbol peribadatan orang-orang Mesir. Terdapat sebuah prasasti yang terdiri
dari dua baris tulisan, dan di atas salah satu baris dalam prasasti ini
terdapat sebuah gambar mata kris.
Mata kris itu dibuat dari besi yang ditempa. Hasil karya manusia di sini lebih
kasar daripada yang ditemukan di candi Brambanan, Boro Bodo atau Malang, dan
dapat disimpulkan bahwa patung-patung di sini berasal dari kepercayaan yang
berbeda pula
Candi Batu Bata di Jabang ditemukan di sebelah timur terpisah dari situs Majapahit,
yang jaraknya sama jauh dengan Probolinggo. Semua candi dalam golongan ini
(demikian dikatakan, dibangun dari batu bata, dalam berbagai bentuk) yang
mungkin dibangun selama tahun-tahun terakhir agama Hindu. Dekat Buintenzorg dan
di Recha Domas, beberapa mil dari pulau ini, berdiri peninggalan ibukota kuno
Padjadjaran, berupa beberapa patung kasar, diantaranya sebuah figur dengan tiga
wajah (trimurti). Reruntuhan
Ungarang (Ungaran) dapat ditemukan di Pegunungan Ungarang, berupa beberapa
candi yang indah, yang figur-figurnya telah rapuh dan di antaranya juga
terdapat beberapa kendaraan perang Surya atau Sang Matahari. Candi Banyu Kuning
(Air Kuning) disebut demikian karena keberadaannya di sekitar desa dengan nama
yang sama.
Di
Banyuwangi propinsi paling timur pulau ini, di samping figur-figur dewa dewi
Hindu, beberapa figur lain ditemukan dalam bentuk yang luar biasa dan
menakjubkan, menampilkan representasi dari dewa-dewa setempat di pulau ini, dan
bentuk ini masih digunakan dalam peribadatan di Bali. Cerita tradisional dari negeri
ini yang berkaitan dengan kedudukan pemerintahan masa lalu, memungkinkan bagi
kita untuk menggolongkannya menjadi situs Medang Kamulan, Janggala, Gegelang
atau Singasari, Daha atau Kediri, Pajajaran dan Majapahit. Penggolongan ini
berdasarkan bekas-bekas ruangan yang besar, tumpukan material bangunan dan
sisa-sisa yang terlihat dari kota kuno. Beberapa orang Jawa
menyebutkan bahwa Brambanan adalah bentuk asli dari Medang Kamulan, yang sangat
mungkin pernah menjadi pusat pemerintahan
Terdapat
banyak benda-benda kuno istimewa dalam keadaan yang sempurna di Majapahit.
Bangunan itu dibangun dari batu bata yang dibakar. Secara keseluruhan area
ruang besar dijadikan satu lahan untuk menanam padi dan hampir dikelilingi
hutan jati. Ditemukan juga makam Putri Champa di desa
Trawulan atau Trang Wulang yang dibangun dengan gaya Islam. Diatasnya terdapat
tulisan Jawa Kuno, yang menunjukkan angka tahun 1320. Di sisi lain terdapat
makam Kiai Tumunggung Jaya Baya, Den Mas, sembilan pemimpin lain yang nama-namanya
disebutkan di sana. Di dekat situs Majapahit terdahulu terdapat dua
sosok Ganesha dan beberapa dewa dalam mitologi Hindu Tetapi secara umum
sisa-sisa peninggalan Majapahit ini tidak terdapat penggambaran dewa-dewi Hindu
Cetakan
di atas logam ditemukan di beberapa distrik Jawa bagian tengah. Cetakan-cetakan
ini umumnya dibuat dari tembaga, kadang-kadang dari kuningan, dan jarang yang
dibuat dari perak, ditemukan di sekitar
Gunung Dieng. Beberapa mangkuk dari tembaga dengan diameter antara 7,5 – 13cm, dan
mempunyai simbol-simbol zodiak serta desain lain yang diwujudkan dalam bentuk
relief. Prasasti-prasasti yang ditemukan dalam jumlah tidak terhitung, yang
diukir di atas batu, karakter hurufnya tidak lagi dapat dikenali oleh
orang-orang negeri ini. Secara keseluruhan prasasti-prasasti tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Prasasti dengan karakter huruf Devanagari Kuno Benua India
2. Prasasti dengan karakter Jawa modern
dan ada kemungkinan karakter tersebut digunakan orang-orang Sunda
3. Prasasti-prasasti dalam berbagai
karakter, tidak menunjukkan adanya hubungan dengan Devanagari atau Jawa, dan
tidak mudah untuk dibaca ataupun diartikan
4. Prasasti yang ditulis dalam
karakter Kawi atau
Jawa Kuno
Tulisan
Devanagari Kuno digunakan di Benua India sekitar abad 8-9.
Golongan kedua merupakan bentuk prasasti di Batu Tulis,
terdapat di dekat reruntuhan kota kuno Pajajaran. Prasasti ini ditemukan di
Kwali, Propinsi Cheribon. Tempat ini dihubungkan dengan pangeran-pangeran
Pajajaran yang melarikan diri dalam peristiwa penggulingan kota Pajajaran oleh
para penganut Islam. Prasasti ini dimaksudkan untuk mengingat keberadaan
Maharaja yang namanya tidak disebutkan. Prasasti-prasasti ini mudah untuk
diterjemahkan dan mungkin paling menarik daripada yang lain.
Selain
itu juga ada kumpulan prasasti di Surabaya yang tertera tanggal-tanggal sebagai
berikut
Di
batu yang ditemukan dekat
Janggala = 863,
845
Di
batu lain di Bukit Kendang (Kendeng) = 865
Prasasti-prasasti
dengan karakter sama namun dibuat dengan menggunakan tembaga juga ditemukan.
Pemakaman di Gresik terdapat beberapa batu nisan dari missionaris Islam
terdahulu. Seperti batu nisan Sheik Mulana yang berangka tahun 1334 dan makam
Mulana Mach’rib.
Mata Uang Majapahit
Mata
Uang Kuno
Di
distrik bagian tengah dan timur Jawa, di sekitar candi-candi yang rapuh,
ditemukan mata uang kuno yang tak terhitung jumlahnya, dibuat dari kuningan dan
tembaga, Mata uang berangka tahun 1489. Sedang pada .mata uang yang
terakhir ditemukan, terdapat penanggalan tahun 1568. Peninggalan kuno yang
paling memukau dan paling menarik ditemukan di pantai sebelah timur pulau,
yaitu di masyarakat Pulau Bali, pulau dimana agama Hindu masih diyakini di
daerah ini.
Compiled
: IDP Sedana
BACA JUGA :
Bhairawa, Pesta Sex di Kuburan
BACA JUGA :
Bhairawa, Pesta Sex di Kuburan
Mau Hidup Abadi ?? | |
Babad Dalem Kaleran | |
Evolusi Roh, Di Level Mana Roh Kita Berada? (1)
|
Belum ada Komentar untuk "BAHASA DAN SASTRA JAWA, RAFFLES - 6"
Posting Komentar