Siwa Melenyapkan
Kegelapan Bathin
Ditempat kerja saya,
ada seorang kolega keturunan India yang beragama Hindu juga. Istrinya kebetulan
membaca artikel di Blog ini mengenai : Dwarawati Muncul Dari Laut dan Misteri
Jembatan Ramayana. Istrinya bertanya :”Mengapa Hindu di Bali dalam melaksanakan
upacaranya menggunakan daging”. Dia
berpesan : “Bila sudah ketemu jawabannya, informasikan kepada saya”. Memang, bila
kita baca Bhagawad Gita Bab
9, Ayat 26 tertulis (terjemahannya) :
(Siapa saja yang sujud kepada-Ku dengan persembahan
setangkai daun,
sekuntum bunga, sebiji buah atau seteguk air,
Aku terima sebagai
bakti persembahan dari orang yang tulus hati),
karena patraṁ, puṣpaṁ, phalaṁ, toyam: (daun, bunga,
buah, air) semuanya tersedia di setiap belahan dunia. Daging, ikan dan telur tidak boleh dipersembahkan kepada Krishna. Sayuran, biji-bijian, buah-buahan,
susu dan air adalah makanan yang tepat untuk manusia. Demikian yang tercantum
di Bhagawad Gita.
SIWA
Siwa memiliki
kekuatan untuk melenyapkan segala kegelapan batin. Jika kegelapan itu mendapat
sinar dari Hyang Siwa, maka lahirlah kesadaran budhi yang sangat dibutuhkan
setiap saat dalam hidup ini. Siwa sebagai salah satu aspek atau manifestasi
Sang Hyang Widhi Wasa, yang melebur
kegelapan yang menghalangi budhi untuk menerima sinar suci Tuhan. Jika budhi selalu
mendapat sinar suci Tuhan, maka budhi akan menguatkan pikiran atau manah
sehingga dapat mengendalikan indria atau Tri Guna.
Kata Siwa juga berarti
yang memberikan keberuntungan (kerahayuan), yang baik hati, ramah, suka
memaafkan, menyenangkan, memberi banyak harapan, yang tenang, membahagiakan dan
sejenisnya. (Monier,1990:1074). Istilah Siwa berasal dari bahasa Sanskerta yang
dalam ajektifnya berarti mulia, dan dalam bentuk kata benda masculinenya bermakna Dewa atau Tuhan (Sumawa,
1990:301).
Dewa Siwa adalah Dewa cinta kasih yang tak terbatas dan merupakan
penyelamat dan guru. Ia selalu terlibat dalam pembebasan roh-roh dari
perbudakan materi. Ia mengenakan wujud seorang guru yang berasal dari cinta
kasihnya yang mendalam terhadap umat manusia. Ia menjaga aktifitas dari roh-roh
pribadi dan membantunya dalam pergerakan majunya. Ia membebaskan roh-roh
pribadi dari blenggu atau ikatan. Siwa adalah pelebur
isi dan alam semesta (aspek pralaya atau
pralina dari alam semesta dan segala isinya). Siwa yang sangat ditakuti disebut
Rudra (yang suaranya menggelegar dan menakutkan). Siwa yang belum dipengaruhi
Maya (berbagai sifat seperti Guna, Sakti dan Swabhawa) disebut Parama Siwa,
dalam keadaan ini, disebut juga Acintyarupa atau Niskala dan tidak berwujud.
Dalam Bhagavadgita III, 42, dinyatakan, orang akan memiliki alam pikiran
jernih, apabila atman atau jiwa yang suci itu selalu menyinari budhi atau alam
kesadaran. Budhi (kesadaran) itu menguasai manah (pikiran). Manah menguasai
indria. Kondisi alam pikiran yang struktural dan ideal seperti itu amat sulit
didapat. Ia harus selalu diupayakan dengan membangkitkan kepercayaan pada Tuhan
sebagai pembasmi kegelapan jiwa. Siwa Ratri (Ratri juga sering ditulis Latri)
adalah malam untuk memusatkan pikiran pada Sang Hyang Siwa guna mendapatkan
kesadaran agar terhindar dari pikiran yang gelap. Karena itu, Siwa Ratri lebih
tepat jika disebut ”malam kesadaran” atau ”malam pejagraan”, bukan ”malam
penebusan dosa” sebagaimana sering diartikan oleh orang yang masih belum
mendalami agama.
Siwa
Siwa adalah salah satu dari tiga dewa utama (Trimurti) dalam agama Hindu. Kedua dewa lainnya adalah Brahma dan Wisnu. Dalam ajaran agama Hindu. Dewa Siwa
adalah dewa pelebur, bertugas melebur segala sesuatu yang sudah usang dan tidak
layak berada di dunia fana lagi sehingga harus dikembalikan kepada asalnya.
Dewa Siwa memiliki nama lain yaitu, Jagatpati, Nilakantha, Paramêśwara, Rudra,
Trinetra. Bersenjatakan Tri sula, dengan Wahana Lembu Nandini. Beliau memiliki
sakti: Dewi Parwati , Dewi Uma , Dewi Durga , Dewi Kali .
Dewa Siwa meresapi seluruh alam dengan Sakti-Nya dan berkarya melalui
Sakti-Nya. Sakti merupakan energi dasar dari Dewa Siwa, yang benar-benar
merupakan badan dari Dewa Siwa. Diibaratkan seperti tukang periuk, penyebab utama dari periuk ; tongkat dan roda adalah penyebab instrumental sedangkan
tanah liat adalah penyebab material dari periuk. Demikian pula Dewa Siwa
merupakan penyebab pertama dari alam semesta, dan sakti itu merupakan penyebab instrumental dan maya
merupakan penyebab material.
Dewa Siwa adalah
dewata bagian dari Trimurti, yang bertanggung jawab terhadap penyerapan alam
semesta. Beliau merupakan perwujudan dari sifat tamas. Kecenderungan menuju
pelenyapan atau peleburan. Arti sebenarnya dari Siwa adalah pada siapa alam semesta
ini tertidur setelah pemusnahan dan sebelum siklus penciptaan berikutnya. Semua
yang lahir harus mati. Segala yang dihasilkan harus dipisahkan dan dilenyapkan.
Ini merupakan hukum yang tidak dapat dilanggar, prinsip yang menyebabkan
keterpisahan ini, daya dibalik penghancuran ini adalah Siwa.
Umat Hindu di India , meyakini bahwa Dewa Siwa memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan
karakternya, yakni: Bertangan empat, masing-masing membawa: trisula, cemara,
tasbih/genitri, kendi. Bermata tiga (tri netra), Pada hiasan kepalanya terdapat
ardha chandra (bulan sabit), Ikat pinggang dari kulit harimau, Hiasan di leher
dari ular kobra . Oleh
umat Hindu ( Bali) , Dewa Siwa dipuja di Pura Dalem, sebagai dewa
yang mengembalikan manusia ke unsurnya menjadi Panca Maha Bhuta (air, api, tanah, udara dan ether). Dalam pengider Dewata Nawa Sangga (Nawa Dewata), Dewa Siwa menempati arah tengah dengan warna panca warna.
Ia bersenjata padma dan
mengendarai lembu Nandini . Aksara sucinya I dan Ya.
Beliau dipuja di Pura Besakih. Dalam tradisi Indonesia lainnya, kadangkala Dewa Siwa disebut dengan nama Batara Guru.
Pura
Besakih
Salah satu yang menarik dari keberadaan Dewa Siwa, ialah Beliau berada di
mana-mana, di seluruh penjuru mata angin dan di pengider-ider. Di timur Ia
adalah Iswara, di tenggara Ia adalah Mahesora, di selatan Ia adalah Brahma, di
barat daya Ia adalah Rudra, di barat adalah Mahadewa di barat laut Ia adalah Sangkara, di utara Ia
adalah Wisnu, di timur laut Ia adalah Sambhu dan ditengah Ia adalah Siwa.
Sebagai Sang Hyang kala, di timur Ia adalah kala Petak (putih), di selatan Ia
adalah Kala Bang (merah), di barat ia adalah Kala Gading (Kuning), di utara Ia
adalah Kala Ireng (hitam) dan ditengah Ia adalah kala mancawarna.
KLIK JUGA : Tantra Pemujaan Kepada Cakti
Siwa memiliki lima fungsi yaitu :
(1) Tirodhana (pengaburan), (2) Srsti (penciptaan), (3) Sthiti (pemeliharan),
(4) Samhara (penghancuran), dan (5) Anugraha
(pemberi anugrah).
Sesungguhnya kesadaran Paramasiwa, Sadasiwa dan Siwa sesungguhnya satu
dan disebut Kenyataan/Hakikat Siwa. Siwa dibedakan menjadi tiga tingkatan
adalah untuk memperlihatkan ada tidaknya dan besar kecilnya pengaruh maya. Siwa
kehilangan kesaktian, kesucian dan wisesanya karena pangaruh maya maka
kesadaran/ hakikat Siwa disebut atma yaitu jiwa yang ada pada setiap manusia.
Atma artinya kesadaran yang terpesona. Kata maya berarti khayal,
ketidaknyataan.
Tuhan dalam wujud
Sada Siwa memiliki Sakti yang dsebut dengan
Cadu Sakti, yaitu empat kekuatan, yaitu:
Wibhusakti disebut
juga dengan uta-prota, yaitu ada dalam segalanya tetapi keadaannya tidak
terpengaruh oleh apa-apa dan tetap suci murni selamanya.
Prabhusakti yaitu
menguasai segalanya sehingga semua di bawah kendalinya.
Jnanasakti yaitu
sumber pengetahuan yang abadi sehingga beliau tetap maha tau.
Kriyasakti yaitu
dapat mengerjakan segala kerja dengan sempurna.
Tuhan dalam wujud
Sada Siwa memiliki Swabhawa yang bernama Astaiswarya yang artinya delapan kemahakuasaan
dan keistimewaan Tuhan, yaitu:
1. Anima : Atom (kecil) sehingga Tuhan dpt meresapi segala benda dan tempat.
2. Laghima :ringan sehingga mudah melayang di angkasa.
3. Mahima : maha besar & agung sehingga menjadi dihormati.
4. Prapthi :serba sukses sehingga kehendaknya dapat tercapai bebas dari
hukum karma.
5. Prakamya : dapat terwujud segala keinginannya.
6. Isitwa : Maha pengatur (Rta).
7. Wasitwa : Mahakuasa.
8. Yatrakamawasayitwa : apa saja yang dikehendaki dan dimanapun maka
seketika itu sukses.
Dewata Nawa Sanga
Agama Hindu di
Indonesia adalah agama Hindu yang memuja Bhatara Siwa sebagai Tuhan yang
tertinggi. Sanghyang Widhi Wasa adalah sebutan Tuhan yang amat umum. Bhatara
Siwa adalah Sanghyang Widhi sendiri. Bhatara Siwa dipuja oleh umat Hindu
Indonesia. Ia dipuja sebagai Trimurti yaitu : Brahma, Wisnu dan Iswara, sebagai
Panca Brahma yaitu: Sadya/Sadyajata, Bamadewa, Tatpurusa, Aghora dan Isana
sebagai Dewata Nawa Sangha yaitu ; Iswara, Mahesvara, Brahma, Rudra, Mahadewa, Sangkara, Wisnu,
Sambhu dan Siwa.
Artikel selanjutnya : SIWA SIDDHANTA (2).
Artikel selanjutnya : SIWA SIDDHANTA (2).
Sumber :
Pada artikel: Hewan Untuk Yadnya - Siwa
Siddhanta (4)
Compiled
: I Dewa Putu Sedana
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
Siwa Siddhanta di India |
Gelombang Otak Untuk Meditasi |
Sekte Agama Hindu - Siwa Sidhanta -2 |
Kajang untuk Apa ? |
Tubuh Manusia dan Latihan Spiritual |
Belum ada Komentar untuk "SIWA SIDDHANTA (1)"
Posting Komentar