Menurut
bahasa Sansekerta, Durga (dur + gam) berarti benteng (Kumar:
1974, dari The Goddess Durga in the East-Javanese Period oleh Hariani
Santiko) yang bisa juga diterjemahkan sebagai tidak tersentuh atau terisolasi.
Sementara itu Ensiklopedi Wayang Purwa I mengartikan gelar Durga sebagai kecewa
/ jelek / tidak menyenangkan. 'Durga' berasal dari kata
Sansekerta yang berarti 'tak terkalahkan'. Secara harfiah diterjemahkan, Durga
berarti sebuah benteng yang sulit untuk diatasi. Sebuah arti yang lebih rumit
dari Durga adalah 'du' - 'r' - 'ga' atau perusak segala kejahatan dan penyakit.
Dewi Uma (Parwati)
Dewi Durga, mungkin dewi yang paling penting dari Hindu. Batari Durga adalah wujud Dewi Uma setelah dikutuk oleh Bathara Guru. Batari Durga dititahkan untuk menjadi istri Batara Kala. Batari Durga menjadi ratu Setragandamayit, yang artinya istana pengasingan berbau mayat. Kekuasaan yang dimiliki Batari Durga adalah memberikan segala bentuk perilaku jahat kepada orang yang memujanya. Batari adalah sebutan untuk dewa perempuan. Batari Durga mempunyai muka raksasa, bermata iblis, berhidung besar dan bermulut lebar. Sanggulnya berbentuk burung garuda menghadap ke belakang. Kalungnya rantai dan hanya tangan depannya saja yang dapat digerakkan. Di sini dia memiliki seorang putra bernama Narasinga. Dia dikenal sebagai ibu pengasuh sekaligus prajurit yang tangguh. Durga merupakan salah satu dewi Hindu paling populer yang memiliki sejumlah peran. Durga memiliki posisi penting karena dianggap sebagai salah satu Maha Dewi atau dewi besar.
Dalam
agama Hindu, Dewi Durga (atau Betari Durga) adalah ibu dari Dewa Ganesa dan
Dewa Kumara (Kartikeya) dan Ashokasundari. Ia kadangkala disebut Uma atau Parwati. Dewi Durga
biasanya digambarkan sebagai seorang wanita cantik berkulit kuning yang
mengendarai seekor harimau. Ia memiliki banyak tangan dengan posisi mudra, gerak tangan yang sakral yang biasanya dilakukan oleh para pendeta Hindu.
Menurut
kepercayaan umat Hindu, Durga adalah shakti Siwa.) Di Nusantara, Dewi ini cukup dikenal
pula. Candi Prambanan di Jawa Tengah, misalkan juga dipersembahkan kepada
Dewi ini.
Dewi Durga dikenal juga menguasai ilmu pangiwa
Devi
Mahatmya.
Durga adalah dewi Hindu yang namanya berarti
‘sulit dicapai’ atau ‘jauh’. Durga memiliki posisi utama dalam teks pujian yang
disebut Devi Mahatmya yang diperkirakan berasal dari abad ke-5 M. Devi Mahatmya
merupakan teks tertulis pertama yang ditulis menggunakan bahasa yang digunakan
kalangan elit yaitu Sansekerta. Devi
Mahatmya sangat penting karena merupakan teks pujian pertama yang ditujukan
untuk dewi. Devi Mahatmya juga dikenal sebagai Durgasaptasati atau ‘Durga 700,’
merujuk pada 700 ayat yang terdapat dalam teks. Devi Mahatmya merupakan bagian
dari teks yang lebih besar yang disebut Murkandeya Purana. Purana adalah
kelompok teks yang menceritakan tentang dewa Hindu. Meskipun pemujaan dewi
dipraktekkan di India jauh sebelumnya,
Dewi Uma (Parwati) yang Terhukum.
Ia
adalah jelmaan dari Dewi Uma (Parwati) yang cantik jelita. Mengenai bagaimana
Durga berubah wujud dari wanita cantik menjadi raksasi, ada beberapa versi
cerita. Versi pertama, ia dikutuk oleh suaminya, Batara Guru, karena menolak
bercinta di atas lembu Nandi. Versi kedua, ia dikutuk suaminya karena ketahuan
selingkuh dengan seorang pemerah sapi (padahal pemerah sapi itu sebenarnya
merupakan jelmaan dari Dewa Siwa sendiri yang tengah menguji kesetiaan Dewi
Uma. Dewi Uma memutuskan untuk tidur dengan sang pemerah sapi demi mendapatkan
susu sapi yang sangat dibutuhkan oleh suaminya). Semenjak kutukan itu, Dewi
Durga berubah tampilan menjadi mengerikan dengan mata dan hidung besar serta
bertaring. Ia hidup terisolasi di Setra Gandamayu, kuburan paling mengerikan di
seantero bumi.
Durga
memang kecewa. Kekecewaannya disebabkan karena kesetiaan dan dedikasinya yang
sangat besar kepada Siwa diacuhkan. Siwa masih merasa perlu mengetesnya dengan
berbagai cara, hingga akhirnya ujian itu menjerumuskan dirinya, dan ia harus
mendapat hukuman. Karena itulah hukuman yang diberikan terhadap Uma bersifat
fisik, ia diubah menjadi Durga yang berpenampilan mengerikan. Harapannya, orang
lain akan melihat Durga sebagai tokoh yang berperilaku menyimpang, dan karena
itu menghindari perbuatan yang sama. Bagaimanapun, menurut Foucault juga,
hukuman memang akan membuat tubuh menjadi pesakitan, namun jiwa yang ada di
dalamnya dapat memberikan kemungkinan lain. Hukuman yang diterima Durga tidak
membuatnya mengaku salah. Alih-alih, ia menunjukkan resistensi. Malah dalam
beberapa versi, ia dikisahkan balik mengutuk Batara Guru yang ia anggap
memperlakukannya secara tidak pantas. Yang pasti, resistensi ini membuatnya
bertransformasi dari dewi lembut yang tidak berdaya, menjadi penguasa Setra
Gandamayu.
Di
sisi lain, Durga juga digambarkan sebagai dewi penyebar penyakit dan kematian.
Hal ini dikisahkan dalam lakon Calon Arang, seorang penyihir yang murka karena anaknya
yang cantik, Ratna Manggali, tak kunjung menerima lamaran. Alhasil Calon Arang
mengadakan ritual pemujaan pada Durga dan memintanya menyebarkan penyakit
mematikan di seluruh desa. Meski begitu, lakon
Durga yang paling terkenal tetaplah kisah heroiknya yang berhasil
mengalahkan Mahisasura, raja raksasa berbentuk banteng besar yang telah lama
mengganggu kehidupan para dewa. Bersama para pengikutnya yang berwujud raksasa
dan dedemit, ia menunjukkan kekuasaan serta kekuatannya. Namun sebenarnya, Durga tidak hitam atau putih. Ia garang, tapi
ia juga pelindung. Ia korban, tapi ia juga bertahan.
Dewi Uma berwatak sabar, perasaannya halus
serta tajam. Pendiriannya sangat teguh dan mempunyai prinsip yang kuat. Ia
berbakti kepada suaminya. Walaupun perasaannya halus dia akan memberontak
ketika hak dan martabatnya tidak diindahkan.
Durga Mahisasuramardhini.
IDENTITAS
ASLI SHIVA DAN DURGA
(Stephen Knapp)
Dewa – Dewa yang begitu banyak disebutkan dalam Veda mempunyai peran dan
fungsi tertentu, sebagai wakil atau pengatur kekuatan alam yang berbeda. Oleh karenanya
mereka tidak sama. Mereka semua mempunyai arti yang berbeda dan kualitas tertentu dalam mengatur dan memanage
penciptaan alam semesta. Dengan begitu, kebanyakan dari para Dewa tersebut
mempunyai posisi khusus untuk menolong lebih mudahnya
penciptaan, pemeliharaan, dan bahkan penghancuran alam semesta.
nalisis dari Veda menyebutkan bahwa Bhagavatam ibarat buah
yang sudah matang dari pengetahuan Veda,
seperti halnya komentar / tafsiran dari Vedanta oleh Srila Vyasadeva sendiri.
Yang paling terkenal dari Dewa – Dewa yang
disebutkan didalam Veda terdiri dari tiga yang dikenal sebagai Trimurti:
Brahma, Shiva dan Vishnu. Brahma membantu dalam penciptaan dunia, Vishnu
memelihara, dan Shiva meleburnya. Bagi
mereka yang berpegang pada Veda, pada
umumnya dibagi ke dalam tiga
kategori utama; yaitu yang memuja Shiva adalah Shaiva, yang memuja Shakti atau Batari adalah Shakta, dan mereka
yang memuja Vishnu ( Vaishnava.)
Perwujudan
Dewi Durga.
Dia
adalah Dewi multi-dimensi, dengan banyak nama, banyak personas, dan banyak
aspek. Sebagai Mahishasuramardini atau Shakti, dia adalah perusak yang jahat - dengan sepuluh lengan perkasa dan membawa senjata yang mematikan
yang
mengalahkan Mahishasura. Sebagai Kali, ia bertubuh
hitam pekat, sangat
mengerikan bila dalam
kemarahan.
Sebagai Parvati, dia tenang, permaisuri Dewa Siwa di
sisinya
yang berstana di puncak bersalju
gunung Kailash. Dia Bhawani, simbol kehidupan. Dia adalah Sati, obyek kematian.
Dewi Durga merupakan kekuatan Yang Maha tinggi yang
melindungi tatanan moral dan kebenaran di alam semesta. Dia adalah aspek energi
Tuhan. Tanpa Durga, Dewa Siwa tidak memiliki ekspresi dan tanpa Siwa, Durga
tidak memiliki eksistensi. Durga, juga disebut ibu Ilahi, melindungi
umat manusia dari kejahatan dan kesengsaraan dengan menghancurkan kekuatan
jahat seperti keegoisan, iri hati, prasangka, kebencian, kemarahan, dan ego.
Asal Jejak Durga sebagai dewa
telah ditemukan di daerah liar seperti di pegunungan Vindhya
dan pada
suku-suku tua seperti
Sabaras dan Pulindas.
BACA JUGA :
Belum ada Komentar untuk "DEWI PARWATI YANG TERHUKUM"
Posting Komentar