Tri Sarira
Kalau ditanya manusia itu terdiri dari apa saja ?. ,Manusia dapat bergerak, dapat berfikir dan manusia bisa mati. Dalam agama Hindu hal ini dijelaskan dalam konsep Tri Sarira yang maknanya berarti tiga lapisan tubuh manusia yang memiliki fungsi dan kualitas yang berbeda yang menggambarkan komposisi tubuh manusia. Tri Sarira terdiri dari :
- Stula Sarira adalah lapisan terluar dari tubuh disebut jga badan kasar atau badan wadah, organ yang dapat dilihat dan disentuh. Badan kasar ini hidup secara biologis dan karenanya memerlukan asupan nutrisi berupa vitamin, mineral, karbo hidrat, oksigin dan lain-lain 8untuk bisa bertahan.
-- Suksma Sarira adalah lapisan tubuh yang tidak dapat dilihat atau disentuh, seperti pikiran manusia. Pikiran terletak jauh di dalam tubuh yang disebut badan halus. adalah memori atau pengalaman yang dibuat oleh tubuh. Pikiran, dirasakan oleh manusia selama hidup di dunia ini. Citta adalah salah satu elemen yang membentuk karakter atau sifat seseorang, karena itu Suksma Sarira ini memerlukan nutrisi berupa siraman rohani. Hanya umumnya kita mengabaikan nutrisi untuk Suksma Sarira ini. Stula sarira diberikan makan 2 sampai 3 kali sehari, Sedangkan Suksma Sarira hanya mendapat nutrisi sekali-sekali saja. Kekurangan nutrisi pada pikiran, dapat mengakibatkan meningkatnya Sad Ripu dan Sapta Timira.
- Antakarana Sarira adalah lapisan tubuh yang paling halus, yang disebut ‘Atman’, juga disebut badan penyebab. Atman menghidupi jiwa manusia. Atman membuat manusia bisa hidup, bergerak, dan memiliki rasa. Atman adalah lapisan tubuh yang paling kuat dalam tubuh manusia. Atman juga merupakan bentuk perilaku dan gerak pikiran manusia.
Dalam Bhagawad
Gita diuraikan dan diibaratkan Stula Sarira (tubuh manusia) itu sebagai
Gerobak, Suksma Sarira sebagai kudanya, sedangkan saisnya adalah Antakarana
Sarira.Prilaku Stula Sarira, akan sangat dipengaruhi oleh yang mana yang lebih dominan, apakah Suksma Sarira
atau Antakarana Sarira. Bila Suksma
Sarira yang lebih dominan, maka “kudanya”, akan bisa berjalan sesuai dengan
kemauannya. Itulah yang mengakibatkan, manusia memiliki prilaku yang kurang
baik, benci, marah, serakah, iri hari, dengki, menjadi peminum minuman keras,
mengkonsumsi narkoba, berjudi, selingkuh, maling, malak orang, melaksanakan
pungli, serta prilaku lain yang kurang baik.
Tapi bila
Antakarana Sarira yang lebih dominan, yang artinya jiwa sering mendapat nutrisi
berupa siraman rohani, sering membaca buku-buku tuntunan rohani, maka perilaku
kurang baik, dapat dikekang, seperti seorang sais yang memegang tali kendali,
sehingga kuda bisa dikendalikan sesuai dengan tujuan sais yaitu "Moksartham
Jagadhitaya ca iti Dharma", mencapai kebahagiaan rohani dan
kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin.
Namun yang
kerap kali terjadi kita lupa untuk menjaga pikiran, perasaan, keinginan dan
nafsu (Citta, Manah, Indriya dan Ahamkara) yang tak lain merupakan pembentuk
badan halus kita (Suksma Sarira). Kita terlalu disibukkan dengan penampilan
luar tanpa peduli isi didalam diri kita. Sibuk dengan segala tetek bengek
lahiriah namun sesekali saja mengingat ranah bathiniah.
Kalau
kita perhatikan dalam kehidupan sekhari-hari manusia sekarang yang berada di
era Kaliyuga, dimana Dharma hanya ditopang oleh satu kaki (yang mestinya oleh 4
kaki), dan seperti juga yang tercantum pada Ramalan Jayabaya, Sabdopalon dan
Noyogenggong, maka prilaku manusia, dominan dikendalikan oleh Suksma Sarira.
Hampir tiap hari kita membaca, mendengar terjadinya perkosaan, pemalakan,
pencurian, korupsi, narkoba, perselingkuhan, anak bunuh orang tua, orang tua
bunuh atau membuang anak, pemuka agama mencaci maki, orang kebanyakan mencaci
maki pemuka agama dan perilaku-perilaku kurang baik lainnya. Semua ini mengindikasikan bahwa kita kurang
memberikan asupan kepa Antakarana Sarira, atau kalaupun diberikan asupan atiap
hari, siraman rohani itu tidak tahu memaknainya, sehinga apa yang diberikan
pada siraman rohani, berlawanan dengan perbuatannya.
Untuk
selalu berbuat atau berprilaku baik, tentu sangat tidak mudah, namun yang perlu
kita jaga adalah keseimbangan yang baik dan yang buruk, baik dalam pemikiran ,
perkataan dan perbuatan (yang dikenal dengan Trikaya Parisuda), karena
keseimbangan adalah awal dari kedamaian
dan awal dari kedamaian alam ini
Misteri Jembatan Ramayana, Klik di sini
Stula
Sarira adalah badan kasar yang dapat dilihat dan disentuh. Sthula sarira
disebut juga dengan jagrapada, badan wedag atau
badan kasar, yaitu dimana badan manusia pada saat ini mengalami kesadaran biasa
dimana panca indra dapat bekerja sebagaimana biasa, sehingga pada saat ini
manusia benar-benar merasakan hidup dan merasakan bahwa Sang Hyang Atma berada
dalam tubuhnya. Keadaan ini disebut dengan “wiswa”
karena tubuh dapat menikmati bermacam-macam objek melalui indria. Sthula sarira
terbentuk dari panca tan mantra dan panca maha bhuta. Unsur-unsur Panca Maha
Bhuta, yaitu:
a. Pertiwi: zat padat, seperti tulang,
otot, daging, kuku dan rambut Pertiwi atau organ padat; merupakan benda
padat/organ-organ tubuh yang digunakan untuk proses pencernaan serta
pemerosesan lainnya. Organ tubuh tersebut antara lain hati, paru-paru, jantung,
usus, tulang, kulit dan organ padat lainnya.
b. Apah: zat yang cair, seperti darah dan
lendir. Apah atau darah; darah yang mengalir melalui pembuluh akan membantu
mengalirkan sari-sari makanan sehingga menjadi energi.
c. Teja: unsur panas, seperti suhu tubuh.
Dari hasil pemrosesan akan menghasilkan panas dan akan menghasilkan suhu yang
tetap. Suhu ruangan yang tidak bagus akan berpengaruh pada kondisi tubuh
misalnya kalau terlalu dingin akan membuat kita mengalami hypotermia atau kalau
terlalu panas akan mengakibatkan dehidrasi.
d. Bayu: unsur udara, misal nafas. Bayu
atau udara; di dalam rongga sudah pasti ada udara, disamping itu udara juga
dibutuhkan untuk proses pernafasan dan pembakaran sehingga menjadi
energi.
e. Akasa: eter atau zat cahaya atau
energi listrik. Akasa atau rongga; tanpa adanya rongga segala benda padat/organ
tubuh tidak akan bisa diposisikan dan tidak akan ada aliran apapun apabila
seandainya sebuah tubuh dipenuhi benda padat. Maka dari itu akasa adalah bagian
yang pertama.
Dari Panca Maha Bhuta tersebut terbentuklah Panca Tan Mantra yang terdiri dari:
a. Sabda Tan Matra = benih suara
b. Sparsa Tan Matra = benih rasa
sentuhan
c. Rupa Tan Matra = benih
pengelihatan
d. Rasa Tan Matra = benih rasa
e.
Gandha Tan Matra = benih penciuman
Dalam istilah sekarang, sejalan
dengan fungsi Panca indra.
Stula Sarira juga dibentuk oleh Sad
Kosa yaitu enam lapisan pembungkus yang terdiri dari :
a. Asti/Taulan = tulang
b. Adwad = otot
c. Sumsum = sumsum
d. Mamsa = daging
e. Rudhira = darah
f. Carma = kulit
Jadi
sama halnya Tri Sarira dengan perumpamaan di atas, badan kasar yang sudah rusak
atau sudah usang sudah tentu tidak akan bisa digunakan lagi. Kalau sebuah
komputer rusak mungkin anda bisa buang atau dijual ke tempat barang bekas.
Bagaimana dengan tubuh manusia, apakah bisa dijual atau dibuang begitu saja?
Tentu saja tubuh manusia tidak serendah komputer yang merupakan buatan manusia.
.Unsur badan kasar ini mempunyai bahan yang sama dengan unsur penciptaan alam
semesta. Maka dari itu badan manusia disebut sebagai Buana Alit (Mikrokosmos)
dan alam semesta disebut sebagai Buana Agung (Makrokosmos). Hanya saja untuk
Buana Agung pengertiannya lebih luas yaitu Akasa merupakan ruang angkasa,
Pertiwi adalah planet, bintang, meteor, dll. Bayu merupakan udara, Apah adalah air,
dan Teja adalah panas/api dalam inti. Badan kasar yang terdiri dari lima unsur
tersebut harus dikembalikan ke asalnya semula sehingga di adakanlah upacara
ngaben untuk mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta kembali ke asalnya. Upacara
ngaben ini tidak harus dilakukan secara kremasi saja yang penting sudah
menggunakan salah satu unsur penciptaannya. Dalam kremasi semua unsur akan
kembali dengan cepat ke asalnya. Misalnya dikubur yang artinya menggunakan
unsur pertiwi/tanah, dihanyutkan yang artinya menggunakan unsur Apah/air
(seperti orang India di sungai Gangga). Diantara tata cara ngaben yang ada,
kremasi adalah yang utama.
Umumnya manusia akan menjawab takut jika ditanya tentang kematian. Jarang yang akan menjawab berani mati. Itu terjadi karena semua manusia terikat oleh ikatan duniawi. Takut kehilangan harta, takut meninggalkan keluarga, Orang yang takut akan datangnya kematian adalah orang yang masih dalam tahap kesadaran ragawi. Kesadaran ragawi membuat manusia terikat kuat akan kehidupan dunia ini. Semakin takut seseorang, maka ikatannya semakin kuat mencengkramnya. Berbeda dengan yang telah mempunyai kesadaran tinggi, dia akan siap saja meninggal kapan pun itu. Bila manusia mengalami kematian, maka unsur-unsur Panca Mahabuta ini, akan dikembalikan ke asalnya. Pertiwi akan kembali ke tanah (abu), Apah akan kembali ke air (menjadi uap), Teja akan kembali ke panas (api), Bayu akan kembali ke udara, dan Akasa akan kembali ke hampa. Dan semuanya kembali dalam waktu yang tidak lama. Itulah sebabnya kenapa umat Hindu Nusantara sebagian besar melakukan kremasi dalam prosesi upacara ngabennya. Kremasi memang kelihatan kejam, bahkan banyak non-Hindu mengatakan sangat tidak berprikemanusiaan. Tetapi memang begitulah cara yang paling tepat untuk mengembalikan unsur Panca Maha Bhuta. Badan kasar sudah tidak bisa digunakan lagi. Roh dan atman juga sudah tidak melekat lagi dalam badan kasar. Maka apapun yang dilakukan pada badan kasar tidak akan mempengaruhi badan halus dan badan penyebabnya. Bahkan dengan dilakukannya hal tersebut akan membantu jiwa/Atman agar segera bisa terlepas dari duniawi dan bisa melanjutkan ke proses selanjutnya. "Badan halus dan rohani melekat bersama, ikut kembali lahir ke dunia. Maka dari itulah sifat ego seseorang pada kehidupan sebelumnya juga bisa ikut pada kelahiran yang sekarang,”
BACA JUGA, KLIK DIBAWAH
INI :
1. Prosesi Penguburan Jenasah di Bali
3. Misteri Kehidupan Masa Lalu 1
5. Kehidupan Setelah Kematian 1
6. Zoroasterisme, Mayat Penganutnya
Digeletakkan di Menara 1
Belum ada Komentar untuk "STULA SARIRA, Badan Kasar Manusia"
Posting Komentar