Kitab Tantra
Tantra adalah cabang dari agama Hindu. Kebanyakan kitab-kitab Tantra masih
dirahasiakan dari arti yang
sebenarnya dan yang sudah diketahui masih merupakan
teka-teki. Kebanyakan orang-orang Hindu, termasuk para sarjana besar, pada
umumnya tidak mendiskusikan Tantra. Bagian terbaik dari Tantra adalah pengetahuannya
mengenai energi Kundalini yang luas yang belum dimanfaatkan di dalam tubuh
manusia. Mantra-mantra Hindu yang ada sampai
saat ini banyak bernapaskan ajaran Tantra. Tantra juga melakukan penelitian mengenai ilmu kimia, astrologi, astronomi,
palmistry (ilmu meramal melalui rajah tangan), cosmologi (ilmu tentang alam
semesta, awal, perkembangan, dan akhirnya) dan bahkan teori atom. Mantra-mantra
adalah hadiah dari Tantra kepada agama Hindu dan dunia. Yantra, sket-sket dan
bentuk-bentuk geometral yang dihubungkan dengan Mantra, juga merupakan hadiah
yang sama pentingnya dari Tantra kepada kemanusiaan. Ada sekitar seratus delapan buku mengenai Tantra. Dalam
Tantrisme, Ista Deva yang dipuja adalah Siwa-Sakti, kombinasi dari Siwa dan
saktinya Parwati. Tantrisme dan Saktiisme hampir satu dan sama. Adapun kitab-kitab
Tantrayana di Indonesia antara lain adalah Tantrawajradhatusubuti, Candra
Bhairawa dan Semara Tantra. Umumnya memuat latihan spiritual untuk membangkitkan
keilahian.
Mantra, Yantra dan Tantra
Sadhana melibatkan tubuh dalam mudra (gerakan
tangan suci), suara dalam mantra (ucapan suci),
dan pikiran dalam visualisasi batin yang jelas dari desain ymbol dan sosok
dewa. Instruksi terperinci tentang bagaimana gambar divisualisasikan
dan mantra yang sesuai untuk
masing-masing terkandung dalam sadhana yang tertulis. Salah satu koleksi
tersebut adalah Sādhanamālā
(Sansekerta: “Garland of Realization”),
mungkin disusun antara abad ke-5 dan ke-11. Koleksi sekitar 300 sadhana
ini mencakup yang dirancang untuk berbagai hasil praktis serta yang dimaksudkan
untuk realisasi spiritual lebih lanjut. Sadhana tertulis, juga berfungsi
untuk mengajar pematung dan pelukis.
Tantrisme
Tantrisme atau Tantram, adalah istilah yang mengacu pada sekolah esoteris
dari Hinduisme dan Buddhisme dan dengan Kitab Suci (disebut “Tantra”) biasanya
diidentifikasi dengan pemujaan Shakti. Tantra terutama berkaitan dengan
praktik-praktik spiritual dan bentuk-bentuk ritual ibadah yang bertujuan pada
pembebasan dari kebodohan dan kelahiran kembali. Dalam “kidal” Tantra (Vamachara), ritual hubungan seksual digunakan
sebagai cara untuk masuk ke dalam proses yang mendasari dan struktur alam semesta. Tantrisme lebih sering dinyatakan sebagai suatu paham
kepercayaan yang memusatkan pemujaan pada bentuk çakti yang berisi tentang tata
cara upacara keagamaan, filsafat, dan cabang ilmu pengetahuan lainnya, yang
ditemukan dalam percakapan antara Deva Siwa dan Devi Parwati. Tantra bukan
merupakan sebuah ymbol filsafat yang bersifat padu (koheren), Tantra merupakan
akumulasi dari berbagai praktek dan gagasan yang memiliki ymbo utama penggunaan
ritual, ditandai dengan pemanfaatan sesuatu yang bersifat duniawi, untuk
menggapai dan mencapai sesuatu yang bersifat rohani, serta penyamaan atau
pengidentikan antara ymbol mikrokosmos dengan ymbol makrokosmos
Beberapa Indolog beranggapan bahwa ada
hubungan antara Konsep-Dewi (Mother Goddes) yang bukti-buktinya terdapat dalam
suatu zeal di Lembah Sindhu dalam kurun waktu sebelum zaman Veda, dengan konsep Mahānirwāna Tantra. Dari konsep Dewi
itu muncullah Saktiisme. Dalam perkembangan lebih lanjut daripada
Saktiisme ini, maka muncullah Tantrisme yaitu suatu paham yang memuja Sakti
secara ekstrim. Para penganut paham ini disebut Tantrayana. Dalam Mahānirwāna Tantra disebutkan
bahwa Tantra Śāstra ini merupakan Kitab Suci untuk zaman Kaliyuga. Sesungguhnya
ajaran Tantra diturunkan oleh Śiva diperuntukkan bagi orang-orang dizaman Kali. Tetapi ymbol
sekali dari berbagai Śāstra Hindu yang ada, justeru Tantra Śāstra tidak banyak
dikenal apalagi dipahami saat ini. Namun hal ini adalah wajar karena ajaran
Tantra memang sulit, diperlukan tingkat evolusi berpikir untuk bisa menyerap
dan memahaminya. Di samping itu, karena arti terhadap berbagai istilah serta
metode yang dilaksanakan terus dijaga kerahasiaannya oleh para penganutnya.
Dikatakan bahwa Tantra itu mengandung
inti-pati Veda, yang secara
khusus membahas hubungan antara Parāmātma dengan Jīwātmā. Demikian juga Kaulāchāra merupakan inti-pati dari apa yang disebut Vedāchāra, setiap āchāra yang dilakukan mengikuti
jalan kaulāchāra semakin
meningkat kehalusannya, yaitu menembus selubung – selubung jasad yang lebih
halus
Bhairawa
Dari Tantrisme muncullah paham Bhairawa. Tantra juga membahas masalah-masalah magic hitam (black magic) dan latihan-latihan yoga-seks antara pengikut wanita
dan pria. Menurut Tantrisme, tindakan demikian itu akan membantu para penganut
untuk menjelajahi indriya mereka dari pada ditundukkan oleh mereka, dan untuk
secara nyata mempergunakan energi seksual mereka untuk peningkatan spiritual.
Penganut wanita yang ambil bagian dalam latihan-latihan erotik ini dianggap seorang
Sakti.
Salah satu dari praktek Tantrik dikenal dengan nama Chakra Pooja, atau “pemujaan
melingkar” (circle worship). Dalam upacara ini sejumlah pasangan laki-laki dan
wanita bertemu di tengah malam di tempat yang dipilih, misalnya sebuah kuburan
dan melakukan “hubungan seks suci” (holy intercouse). Tantra mendorong hubungan sex pada waktu haid, dengan keyakinan bahwa selama
periode ini energi seorang wanita ada pada puncaknya. Ada Mudra atau gerak
tangan yang khas Tantrisme, kebanyakan melambangkan kegiatan seksual. Bahkan
lambang AUM tampak dalam banyak Tantra sebagai sebuah simbol mistik yang
menekankan persatuan pria dan wanita.
Tantra memiliki dua jalur yang berbeda dari
pelatihan, jalur kiri (Vama-marga) dan
jalur kanan (dakshina-marga). Jalur kiri
berlatih bentuk yang lebih literal dari Tantra yang biasanya melibatkan
hubungan seksual, mengarah ke ilmu hitam, santet dan sejenisnya. Dan
mempraktekan ritual maithuna dikenal
sebagai “The Five Makaras”. Selama ‘pertemuan
malam’, beberapa praktisi bergabung untuk mengambil bagian dari lima ymbol dari
kesenangan, madya
(anggur), Matsya (ikan), mamsa (daging), mudra (biji-bijian kering/gerak tangan),
dan maithuna (seks suci).
Jalur kanan, menjurus kearah kewisesan,
pengobatan (usadha) dan sejenisnya
Jejak-jejak Tantrisme di Indonesia dan di Bali.
Di Bali, perkembangan daripada Konsepsi - Dewi
itu nyata sekali berupa pemujaaan terhadap Dewi atau Bhatari seperti : pemujaan
terhadap Dewi Saraswati, Dewi
Durga, Dewi Sri, Dewi Gangga, Dewi Danuh dan lain sebagainya.
Perkembangan Saktiisme di Bali juga menjurus kepada dua aliran mistik yaitu
: Pangiwa dan Panengen. Dari Pangiwa munculah pengetahuan
tentang Leyak, Desti, Teluh,
Taranjana dan Wegig.
Sedangkan dari Panengen munculah pengetahuan
tentang Kawisesan, usadha dan sejenisnya.
BACA
JUGA, KLIK DIBAWAH INI :
Belum ada Komentar untuk "KITAB TANTRA, TANTRISME DAN BHAIRAWA (2)"
Posting Komentar