HARI RAYA UMAT HINDU NUSANTARA DAN INDIA.
Bila kita memperhatikan hari-hari raya keagamaan Hindu di India dan di Indonesia sesungguhnya tidak terdapat perbedaan makna dari hari-hari raya keagamaan dimaksud. Perbedaan tersebut karena Di India hari-hari raya keagamaan itu hanya berdasarkan Tahun Surya dan Bulan (Solar dan Lunar System), di Indonesia mempergunakan kedua sistim itu dan juga menggunakan sistem Pawukon. Sistim Pawukon ini rupanya sistem kalender asli Nusantara dan ketika agama Hindu masuk ke Nusantara, di kepulauan ini, penggunaan sistim Pawukon rupanya telah sangat memasyarakat, oleh karena itu, sistim yang merupakan warisan leluhur bangsa ini tetap dilestarikan dengan cara menempatkan hari-hari raya keagamaan Hindu yang datang dari India dalam sistim Pawukon itu. Beberapa hari raya keagamaan Hindu yang dimasukan dalam sistem Pawukon.
1. Umat
Hindu di Indonesia dan di India sama-sama merayakan Sarasvatī,
Śivaratri. Beberapa hari raya namanya sama, tetapi ada juga yang maknanya
sama namun namanya berbeda, juga terdapat perbedaan dalam merayakan hari-hari
raya keagamaan itu.
2. Di
India dirayakan Durgapūjā, Śrāddha Vijaya
Dasami atau Navaratri (dirayakan
selama 10 hari) di Bali disebut Galungan-Kuningan
pada hari Budha Kliwon Dungulan hingga Saniscara Umanis Kuningan (dirayakan
selama 10 hari juga),
3. Hari
Ayudhapūjā (pada Saniscara Kliwon wuku
Landep. Di Indonesia dirayakan sebagai Tumpek
Landep),
4. Hari
Sankarapūjā (pada hari Sabtu Kliwon wuku
Wariga, di Indonesia dirayakan sebagai Tumpek
Wariga)
5. Pada
hari terakhir, Wuku terakhir, yakni Sabtu (Saniscara) Umanis, wuku Watugunung,
di Indonesia dirayakan Hari Suci Saraswati,
di India dirayakan sebagai Hari Guru
Purmima
Mengenai tata cara pemujaan hari Guru Purnima
yang berlangsung di Śivananda Ashram, Rishikesh, Uttar Pradesh, dilaksanakan
sebagai berikut:
1. Semua
siswa dan Sanyasin di ashram telah bangun pagi-pagi benar (saat
Brahmuhurta,sekitar jam 04.00).Mereka bermeditasi kepada Guru (Parameṣṭi Guru)
dan mengucapkan mantra-mantra Gurupūjā.
2. Selanjutnya
mempersembahkan sesaji di kaki Guru dan diiringi mantra Gurugita.
3. Pada
siang harinya, para Sadhu dan Sanyasin menerima persembahan sajian berupa
hidangan (prasadam di Bali disebut lungsuran).
4. Kemudian
diselenggarakan Satsang atau Dharmatula membahas makna spiritual Gurupūjā
khususnya dan topik-topik menarik lainnya.
5. Para
siswa yang telah siap untuk diinisiasi (di-Diksa) menjadi Sanyasin
dilakasanakan pada hari ini juga.
6. Para
siswa umumnya melaksanakan Brata dan Upavasa sepanjang hari untuk kemajuan
spiritual. Bagi yang mampu sangat baik melakukan Monabrata(tidak berbicara) dan
tidak menikmati makanan dan minuman,namun bagi siswa tertentu hanya minum susu
segar saja atau hanya buah-buahan sepanjang hari.
7. Pada
malam hari kembali berkumpul di Aula dan melakukan Bhajan (kidung)
PAGERWESI
DI BULELENG TIMUR
Mengapa Hari Raya Pagerwesi di Buleleng Timur
dilakukan berbeda dengan daerah lain di
Bali?.
1. Ada
petuah dari tetua Buleleng yang diwariskan turun-temurun yang mengamanatkan
keturunannya untuk merayakan Pagerwesi secara sungguh-sungguh sebagai Perayaan
Peneguhan Lahir Batin. Kebiasaan ini diwujudkan dengan melaksanakan perayaan
secara meriah layaknya seperti perayaan Galungan kemenangan dharma melawan
adharma.
2. Dalam
Manawa Dharmasastra II.6, yang didalamnya termuat sistem dan asas hukum menurut
Hindu, yang terdiri dari :
a.
Sruti
(Weda sebagai sumber utama),
b.
Smerti
(hasil ingatan Dharmasastra yang menjadi pedoman),
c.
Sila
(tingkah laku orang suci),
d.
Acara
(tradisi), dan
e.
Atmanastuti
(rasa puas diri).
Perayaan Pagerwesi di Buleleng Timur didasarkan kepada Acara (tradisi)yang telah
diwarisi secara turun temurun. Acara dalam
maknanya sebagai kebiasaan memang memiliki arti yang kurang lebih sama dengan
kata "drsta". (Memandang atau Melihat). Ada 5 (lima) Acara atau drsta, yang menjadikan atau
menentukan umat Hindu mengaplikasikan ajaran Wedanya berbeda-beda yaitu :
1. Sastra drsta berarti tradisi yang
bersumber pada pustaka suci atau sastra agama Hindu;
2. Desa drsta berarti tradisi agama
yang berlaku dalam suaru wilayah tertentu;
3. Loka drsta adalah tradisi agama yang
berlaku secara umum dalam suatu wilayah;
4. Kuna/purwa drsta berarti tradisi
agama yang bersifat turun temurun dan diikuti secara terus menerus sejak lama;
dan yang
tak tertulis, tapi kita tidak berani tidak melakoni itu.
5. Kula drsta adalah tradisi agama yang
berlaku dalam keluarga tertentu saja.
Desa Dresta dan Loka Dresta, yang berlaku di
suatu wilayah atau pun keluarga. Kemudian kenapa di Buleleng Timur, perayaan
Pagerwesi berbeda seperti Galungan? Karena berlaku dalam Loka Dresta ini
Tidak ada sejarah yang pasti mengenai perbedaan tata cara merayakan Hari Raya Pagerwesi ini. "Acara inilah yang menjadikan atau menentukan umat Hindu mengaplikasikan ajaran Wedanya berbeda-beda. Namun meski tradisi ini memang mengakar di Buleleng Timur, bagi seluruh umat Hindu ini merupakan momentum yang bertujuan untuk mengingatkan kembali pentingnya seorang Guru yang merupakan dasar yang kuat bagi pengetahuan dan agama.
BACA JUGA :
Tumpek Landep, Odalan Besi ???
Makna
Patram, Puspam, Phalam, Toyam
Fisika Quantum, Menembus Ruang dan Waktu
Sumber : (PHDI Pusat,
Balitoursclub.com , ,Nusabali.com I Wayan Sudharma (Mangku Shri Dhanu),Koran Buleleng, Tribunnews.com, Wikipedia, Indobalinews,
Tim Astro,, Kumparan, STAH Mpu Kuturan).
Belum ada Komentar untuk "PAGERWESI DI BULELENG TIMUR - 3"
Posting Komentar