Adanya ramalan
Sabdo Palon yang menyatakan akan kembali setelah 500 tahun sejak runtuhnya
Kerajaan Majapahit, ditandai dengan meletusnya Gunung Merapi yang mengeluarkan
lava yang baunya tidak sedap dan mengalir kearah Barat Daya, itulah tanda kehadiran
Sabdo Palon yang akan mengembangkan kembali Agama Budhi (bukan Agama Budha atau
Agama Hindu). Banyak orang bertanya-tanya
seperti apa Agama Budhi tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini disajikan Ajaran Kejawen.
(Apakah Kejawen ini yang dimaksud oleh Sabdo Palon sebagai Agama Budhi, karena
masih ada beberpa Agama Nusantara yang lainnya, seperti Kapitayan, Sunda
Wiwitan dll). Hal ini menjadi sulit
ditebak, karena Sabdopalon tidak menjelaskan cirri-ciri agama Budhi. “Akan
tiba waktunya di tanah Nusantara ini bangkit kembali ajaran kuno yang pernah
berjaya di masa silam. Bukan hanya di tanah Jawa, tetapi membawa pengaruh bagi
seluruh dunia. Ajaran itu sangat indah karena di dalamnya terdapat aturan hidup
yang menuhankan Tuhan Yang Satu, mengabdi kepada Zat Yang Maha Mulia, dan
tunduk hanya kepada Dia Yang Maha Kuasa.
Tulisan ini terbagi dalam empat Bagian
1.
Keyakinan
dan Ketuhanan Kejawen
a.
Tujuan
Kejawen
b.
Kehidupan
di dunia
c.
Keyakinan
dan Ketuhanan
2.
Ajaran
Kejawen
a.
Kerangka
Ajaran Kejawen
3.
Kejawen,
Filsafat, Tradisi dan Ritual
a.
Filsafat
b.
Tradisi
c.
Ritual
4.
Sekte/Aliran,
Pustaka Suci dan Hari Raya
a.
Sekte/Aliran
b.
Pustaka
Suci
c.
Hari
Raya
Semoga bermanfaat untuk menambah wawasan kita
Tulisan ini bukanlah untuk bisa membandingkan
dengan keyakinan Agama lain, karena tidaklah bijak menilai kepercayaan orang
lain, dengan memakai ukuran kepercayaan yang kita yakini. Selain itu
masing-masing Agama dan keyakinan memiliki Tujuannya masing-masing, sesuai
dengan keyakinan agama/kepercayaannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu akan melalui jalan yang berbeda juga.
Tidaklah arif bila kita menghina, menilai negatif jalan yang mereka tempuh.
Dalam keyakinan Kejawen, semua orang “semestinya” mampu ngerogo sukmo, dengan
laku dan bimbingan yang ketat dari
Pembimbingnya, sehingga mampu melepaskan roh dari badan kasarnya,
sehingga mampu untuk “melihat” peristiwa dimasa lampau dan peristiwa yang akan
datang, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Demikianlah manusia Kejawan yang sudah
mencapai level spiritual tertentu, telah mampu berbuat jauh diatas kemampuan Ilmu
Fisika Modern, karena Eistein saja, dalam teori Fisika Kuantum (baru sebatas teori),
menyimpulkan antara lain :
1. Segala yang
ada di dunia ini bukan berasal dari benda padat tapi berasal dari ruang hampa,
yang berupa energi yang tak tampak dan bergetar. Segalanya yang kita lihat bukanlah benda padat seperti yang
terlihat.
2. Setiap
benda padat terdiri dari molekul-molekul dan molekul-molekul itu terdiri dari
atom-atom. Seluruh dunia fisik dimana kita berada termasuk diri kita sendiri adalah
terdiri dari bukan apa-apa kecuali energi yang bergetar. Fenomena ini
mencipatakan sebuah illusi yang membuat persepsi yang seolah-olah benda padat
itu merupakan kenyataan, padahal
sebenarnya bukan.
3. Para ilmuwan menemukan bahwa realitas
obyektif (kenyataan) sesungguhnya tidak lebih dan hanyalah merupakan ilusi. (Sejalan dengan pemikiran Syech Siti Jenar)
4. Saat Roh
menguasai tubuh fisik secara sempurna maka dalam diri manusia tersebut berlaku
hukum Fisika Quantum. Dalam hukum fisika quantum tidak ada lagi jarak dan
waktu. Dan alam semesta ini hanyalah vibrasi energi.
5. Ilmuwan telah membuktikan dalam “teori
kuantum superposisi”, bahwa suatu
benda bisa berada di dua dimensi yang
berbeda pada waktu yang sama.
6. Kesadaran kuantum adalah teori kesadaran yang mendasari keterhubungan
semua orang dan segala sesuatu dan didasarkan pada fakta bahwa medan kuantum
dapat menjangkau segala sesuatu bahkan yang jauh di ruang angkasa.
7. Pada
kecepatan cahaya, masa lalu, masa kini, dan masa depan semua bisa ada secara
bersamaan. Jika seseorang bisa melakukan perjalanan dengan kecepatan cahaya,
mereka akan menjadi abadi.
8. Manusia
bergerak menuju suatu tingkatan kesadaran yang semakin tinggi dan pada akhirnya
berada dalam posisi paralel / selaras dengan sumbernya. Manakala keselarasan
itu terjadi, hal yang ada dalam alam pikirannya, bisa terwujud berupa materi.
9. Waktu mengalir baik maju dan mundur
secara simetris dan relatif – sebuah konsep yang membuat perjalanan waktu
menjadi mungkin.
10. Lanza berpendapat bahwa beberapa alam semesta dapat eksis secara bersamaan.
Dalam satu alam semesta, tubuh bisa mati. Dan
di dimensi
yang lain kesadaran terus ada,
kemudian bermigrasi ke alam semesta ini. Ini berarti bahwa orang mati saat bepergian melalui terowongan yang sama berakhir tidak
di neraka atau di
surga, tetapi di dunia yang sama yang ia pernah huni (berreinkarnasi)
11.
Lanza juga berpendapat bahwa kehidupan tidak berakhir ketika tubuh mati,
12. Teori biocentrisme menyiratkan bahwa kematian kesadaran sama sekali tidak ada.,
Umumnya orang mengidentifikasikan dirinya dengan tubuh mereka,
maka ketika tubuhnya mati, mereka mengira kesadarannya juga mati. Tubuh pasti akan binasa, cepat atau lambat, tetapi kesadaran abadi
13. Fisika quantum juga menegaskan bahwa
setiap interaksi antara individu dengan semua makluk akan mempengaruhi segala
sesuatu di alam semesta ini.
Tak ada ajaran Kejawen mengajari pembunuhan juga tak ada
ajaran Kejawen pamer kebenaran maka ketika Kejawen diobral tak karuan di jalan
maka itu bukan hakikat Kejawen. Dalam
iman Kejawen adalah konsep ketuhanan penuh keluhuran. Kejawen
juga memiliki arti spiritualistis atau spiritualistis suku Jawa. Laku olah spiritualis Kejawen yang utama adalah Poso (Berpuasa) dan Tapa (Bertapa). juga merupakan atau menunjuk pada
sebuah etika dan sebuah gaya hidup yang di ilhami oleh pemikiran Jawa. Penganut
ajaran Kejawen biasanya tidak menganggap ajarannya sebagai agama dalam
pengertian seperti agama monoteistik tetapi lebih melihatnya sebagai
seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlah laku (mirip dengan "ibadah").
Penganut Kejawen hampir tidak pernah mengadakan kegiatan perluasan ajaran,
tetapi melakukan pembinaan internal
secara rutin.
Dinasti
Rama, Kontroversi Ramayana
TUJUAN
KEJAWEN
Sejatinya ajaran ini hanya menekankan pada
keselarasan hidup. Mematuhi aturan dan juga membuat manusia jadi makhluk yang
sangat baik. Kejawen tidak mengajarkan ilmu hitam yang banyak digunakan untuk
membuat orang lain jadi menderita.
KEHIDUPAN
DI DUNIA
Tuhan meminjamkan raga
kepada roh, tetapi roh harus mempertanggung jawabkan “barang” pinjamannya itu.
Pada awalnya Tuhan Yang Mahasuci meminjamkan jasad kepada roh dalam keadaan
suci, apabila waktu “kontrak” peminjaman sudah habis, maka roh diminta
tanggungjawabnya, roh harus mengembalikan jasad pinjamannya dalam keadaan yang
suci seperti semula. Rumus Tuhan ini yang disebut pula sebagai kodrat Tuhan;
berbentuk hukum sebab-akibat. Pengingkaran atas isi atau “klausul kontrak”
tersebut berupa akibat sebagai konsekuensi logisnya. Misalnya; keburukan akan
berbuah keburukan, kebaikan akan berbuah kebaikan pula. Barang siapa menanam,
maka dia akan mengetam. Perbuatan suka memudahkan akan berbuah sering dimudahkan.
Suka mempersulit akan berbuah sering dipersulit.
Bagi Kejawen, motifasi beribadat atau melakukan perbuatan baik kepada sesama bukan karena tergiur surga. Demikian pula dalam melaksanakan sembahyang manembah kepada Tuhan Yang Maha Suci bukan karena takut neraka dan tergiur iming-iming surga. Karena setiap kebaikan yang kita lakukan pada sesama akan kembali untuk diri kita sendiri.
Foto : Liputan 6.com
KEYAKINAN
DAN KETUHANAN
Tuhan adalah Sangkan Paraning Dumadi. Ia
adalah sang Sangkan sekaligus sang Paran, karena itu juga disebut
Hyang Sangkan Paran. Ia hanya satu, tanpa kembaran, dalam
bahasa Jawa dikatakan Gusti Pangeran iku mung sajuga,
tan kinembari. Karena itu orang Jawa menyebutnya tan kena kinaya ngapa ( tak
dapat disepertikan). artinya sama dengan sebutan Acintya (tidak dapat
digambarkan) dalam agama Hindu. Terhadap Tuhan, manusia hanya bisa memberikan
sebutan sehubungan dengan peranannya. Karena itu kepadanya diberikan banyak
sebutan, misalnya: Gusti Kang Karya Jagad (Sang
Pembuat Jagad), Gusti Kang Gawe Urip (Sang
Pembuat Kehidupan), Gusti Kang Murbeng Dumadi (Penentu
nasib semua mahluk), Gusti Kang Maha Agung (Tuhan
Yang Maha Besar), dan lain-lain.
Ajaran Kejawen memandang bahwa seseorang yang menyembah Tuhan dengan tanpa
pengharapan akan mendapat pahala atau surga dan bukan atas alasan takut dosa
atau neraka, adalah sebuah bentuk kemuliaan hidup yang sejati. Kejawen
menghormati semua ajaran agama. Tidak ada intervensi ke dalam agama untuk
melarang atau menyuruh sesuatu. Karena Kejawen dan juga agama yang dianut
berjalan berdampingan. Kedjawen, sebenar-benarnya adalah satu-satunya agama di
muka bumi ini, yang tidak membutuhkan benda apapun untuk melakukan ritual, (bila
telah memiliki spiritual dan konsentrasi yang tinggi. Hanya saja, tidak setiap
orang memilki daya konsentrasi yang tinggi, sehingga bagi mereka inilah membutuhkan
sebuah benda untuk arah konsentrasinya. Manunggaling Kawula Gusti adalah, bahwa
hubungan seorang Kejawen dengan Tuhan Yang Maha Esa, tidak melalui perantara
apapun.
Agami Jawi mengajarkan kita, bahwa
segala sesuatu dalam sebuah agama atau kepercayaan haruslah mempunyai landasan
logika yang benar dan menyeluruh. Keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, bagi sebagian
besar agama merupakan keimanan yang datangnya dari dogma, dan tidak boleh
dipertanyakan. Bagi seorang Kejawen, kita tidak perlu mempercayai yang tidak
ada. Tetapi dengan Olah Roso yang benar, seorang Kejawen pasti merasakan adanya
Kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Jadi dalam Agami Jawi, tidak diajarkan untuk
mempercayai yang kita tidak dapat rasakan, apalagi kita tidak tahu. Umumnya penganut kebatinan percaya pada keberadaan sebuah
superconsciousness di dunia yang diluar pemahaman umat manusia, yang
mengendalikan dan memandu urusan-urusan manusia dan takdirnya.
Superconsciousness ini diyakini dapat dihubungi melalui meditasi (bertapa,
topo).
SUMBER
Adi Nugroho, //ahmadsamantho.wordpress.com, Bombastis, Iris Indonesia, kompasiana, richyramadhani.blogspot.co.id, Spiritual, https://sabdalangit.wordpress.com,Sasana Nuswantara, Wikipedia
BACA JUGA, Klik Dibawah Ini :
- Kejawen, Filsafat, Tradisi dan Ritual
- Fisika Quantum, Menembus Ruang dan Waktu
- Shambala, Ajaran Esoterik
- Alam Eksistensi Positif dan Reinkarnasi
- Bhairawa Sekte Mistik
Belum ada Komentar untuk "KEYAKINAN DAN KETUHANAN KEJAWEN"
Posting Komentar