Catur Purusa Artha : Dharma & Artha
Pada artikel sebelumnya, dijelaskan bahwa Inti ajaran Agama Hindu disimpulkan dalam “Tiga Kerangka Dasar” dan “Panca Sradha” yaitu:
1. Tattwa
(Filsafat),
2. Susila (Etika),
dan
3. Yadnya
(Upacara).
“Panca
Sradha” adalah lima keyakinan yang diyakini oleh umat Hindu sebagai landasan
hidup beragama Hindu, yang terdiri dari :
1. Widhi Tattwa -
Yakin dengan adanya Brahman (Tuhan Yang Esa)
2. Atma Tattwa - Yakin
dengan adanya Atman (Roh)
3. Karmaphala - Yakin
hasil yang didapat sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
4. Punarbhawa - Yakin adanya
reinkarnasi, manusia lahir berulang-ulang
5. Moksha - Yakin dengan adanya
kebebasan abadi, yaitu bersatunya Brahman dengan Atman.
Agama Hindu disebut sebagai Sanātana-dharma, artinya “dharma yang abadi" atau "jalan yang abadi". Kata Sanātana berarti 'kekal', 'tak mati', atau 'selamanya'; maka agama Hindu sebagai Sanātana-dharma bermakna suatu dharma yang tidak berawal atau berakhir. Istilah ini mengacu kepada kewajiban "abadi" yang harus dijalankan oleh seluruh umat Hindu, tanpa memandang derajat, kasta, atau sekte/aliran, seperti kejujuran, tidak menyakiti makhluk hidup, menjaga kesucian, berniat baik, pemaaf, bersabar, mengendalikan nafsu, mengendalikan diri sendiri, murah hati, dan bertafakur. Ini berbeda dengan swadharma artinya "dharma seseorang", yaitu kewajiban yang harus dijalankan sesuai aliran yang diikuti dan tingkatan kehidupan. Hindu mengajarkan banyak hal, baik ilmu yang berhubungan dengan dunia rohani maupun dunia material. Ajaran Hindu sangat luas , mulai dari hal yang sederhana hingga yang rumit yang sulit dijangkau oleh pikiran biasa. Hinduisme dicatat sebagai "agama tertua" di dunia yang masih bertahan hingga kini
Tujuan umat Hindu yang dirumuskan sejak Weda diwahyukan adalah: "Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma", Mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin berdasarkan Dharma (kebenaran). Tujuan ini secara rinci dijabarkan dalam Catur Purusa Artha.
CATUR PURUSA ARTHA, TANGGA-TANGGA TUJUAN UMAT HINDU
Catur Purusa Artha berasal dari bahasa
Sanskerta dari kata Catur, Purusa dan Artha.
Catur berarti empat, Purusa berarti manusia dan Artha artinya tujuan. Sehingga
Catur Purusa Artha dapat diartikan empat tujuan hidup manusia. Kitab
Sarasamuscaya menjelaskan bahwa kelahiran menjadi manusia itu merupakan
suatu kesempatan yang terbaik untuk memperbaiki diri, oleh karena itu hanya
manusia yang dapat memperbaiki segala tingkah lakunya yang dipandang tidak baik
menjadi baik, guna menolong dirinya dari penderitaan dalam usahanya untuk
mencapai Moksa. Dalam kitab Nitisastra, Bhagawan Sukra mengemukakan bahwa semua
perbuatan manusia itu pada hakekatnya didasarkan pada usaha untuk mencapai
empat hakekat hidup yang terpenting yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Kitab
Sarasamuscaya menjelaskan bahwa kelahiran menjadi manusia itu merupakan
suatu kesempatan yang terbaik untuk memperbaiki diri, oleh karena itu hanya
manusia yang dapat memperbaiki segala tingkah lakunya yang dipandang tidak baik
menjadi baik, guna menolong dirinya dari penderitaan dalam usahanya untuk
mencapai Moksa Tidak ada satu pun perbuatan manusia yang tidak di dorong oleh
keinginannnya untuk mencapai keempat tujuan itu, sehingga dapat dikatakan bahwa
keempat hal inilah yang menjadi hakekat tujuan hidup manusia menurut ajaran
agama Hindu.
Keempat bagian ini juga merupakan tahapan
untuk terciptanya tujuan kita sebagai manusia, yaitu: “Moksartham Jagadhita ya
ca iti Dharma”. Artinya, mencapai kesejahteraan hidup di dunia maupun mencapai
kebahagiaan di akhirat dengan berlandaskan Dharma. Empat tangga atau
tujuan yang harus dilewati dalam kehidupan atau kelahiran kita saat ini. Empat
tangga atau tujuan tersebut adalah Dharma,
Artha, Kama, dan Moksha yang
menjadi tujuan tertinggi. Moksha akan dapat dicapai ketika kita melewati ketiga
tangga yang ada dengan benar dan baik.
DHARMA
Tangga pertama adalah Dharma. Dharma adalah kebenaran, tuntunan, hukum, dan petunjuk. Dharma menjadi landasan/bekal
awal dalam hidup sebelum kita mewujudkan tujuan yag lain. Dalam Bhagavdgita IV.8 dikatakan :
(terjemahan) ”Untuk melindungi dan menegakan kebaikan (sādhū) dan melenyapkan kejahatan (duṣkṛtām) dengan jalan menjalankan Dharma, aku lahir dari zaman ke zaman”. Dharma berasal dari kata
“dhr” yang berarti menjinjing, memelihara, memangku, mengatur. Jadi kata Dharma
dapat berarti suatu yang mengatur atau memelihara dunia beserta semua makhluk. Brihadaranyaka-upanishad memandang dharma sebagai prinsip universal tentang aturan,
kewajiban, dan harmoni yang berasal dari Brahman. Dharma berlaku sebagai prinsip moral bagi alam semesta. Dharma
merupakan sat (kebenaran),
ajaran pokok dalam agama Hindu. Hal ini berpangkal pada pernyataan dalam Regweda bahwa "Ekam
Sat," (Kebenaran Hanya Satu), dari keyakinan bahwa Brahman itu sendiri
merupakan "Satchitananda" (Kebenaran-Kesadaran-Keberkatan).
Dalam catur Purusa, Artha, Dharma memiliki posisi yang sangat penting, karena Dharmalah yang mengantar seseorang mendapatkan kebahagiaan (Kama dan Artha). Dharma harus menjadi pengendali dalam memenuhi Kama dan Artha. Jika kita melakukan sesuatu berlandaskan kebenaran dan keyakinan, maka tujuan yang diharapkan pasti akan tercapai. Dalam Sarasamuscaya sloka 14 tercantum (terjemahannya) : “Yang disebut Dharma, adalah jalan untuk pergi ke surga, sebagai halnya perahu yang merupakan alat bagi saudagar untuk mengarungi lautan. Jika kita memegang teguh Dharma ketika melakukan sesuatu, maka Dharma ini yang akan mengantarkan kita untuk menemukan kebahagian kita)”. Dharma digunakan untuk mendaki tiga puncak. Puncak pertama adalah Artha atau kekayaan. Puncak kedua adalah Kama atau keinginan. Dan puncak ketiga atau yang paling tinggi adalah Moksa atau kebahagiaan. Di atas puncak tertinggi, ia melihat banyak keindahan alam yang ada di bawah yang mana itu membuatnya bahagia. Begitu juga manusia, jika manusia berada di puncak kebahagiaannya, maka ia akan melihat hal-hal yang indah di dalam kehidupannya. Hal ini memberikan kita sebuah amanah jika melakukan sesuatu untuk mencapai kebahagian kita sendiri, maka hendaknya kita lakukan Dharma atau kewajiban kita sesuai dengan Dharma atau kebenaran dan kebaikan. Jika melakukan sesuatu sesuai dengan Dharma, maka kita akan mencapai kebahagian yang hakiki yang akan memberikan kita dampak yang positif di dalam kehidupan kita.dengan menjunjung Dharma, dapat membawa seseorang mencapai kelepasan (moksa). Sarasamuscaya sloka 12 mengcantumkan : (terjemahan) “pada hakekatnya, jika Artha dan Kama dituntut, maka seharusnya Dharma hendaknya dilakukan lebih dulu. Tak dapat disangsikan lagi, pasti akan diperoleh Artha dan Kama ini nanti. Tidak akan ada artinya, jika Artha dan Kama itu diperoleh menyimpang dari Dharma”. Dharma menjadi kunci utama dalam melakukan kewajiban kita sebagai umat manusia.
Setelah melakukan sesuatu dengan memegang Dharma sebagai pedomannya, barulah kita mencari harta atau kekayaan atau dalam Catur Purusa Artha adalah Artha. Segala sesuatu yang menjadi alat untuk mencapai tujuan juga disebut Artha. Namun, untuk memperoleh Artha atau kekayaan ini, hendaknya dengan berlandaskan Dharma. Seperti contoh, jika ingin mendapatkan uang dengan bekerja, maka bekerjalah sesuai dengan Dharma atau kewajiban yang sudah ditentukan. Jangan sampai kita melakukan hal yang sifatnya asusila hanya untuk uang.
Dalam Sarasamuccaya sloka 261 disebutkan :
(terjemahananya) "Dan caranya berusaha memperoleh sesuatu, hendaknya
berdasarkan Dharma, dana yang diperoleh karena usaha hendaklah dibagi tiga,
guna melaksanakan (biaya) mencapai yang tiga itu, perhatikanlah baik-baik”. Tiga
bagian tersebut, pertama, digunakan untuk melakukan Dharma atau kewajiban, misalnya,
berdana punia, membayar pajak, dan lainnya. Kedua, memenuhi Kama atau keinginan
kita sendiri. Ketiga, untuk melakukan kegiatan usaha untuk memperoleh Artha itu
sendiri atau ekonomi.
Agama Hindu sudah mengatur dan menyesuaikan tujuan hidup dengan sifat alami dari manusia itu sendiri, antara lain: Dharma atau kebaikan: manusia harus memiliki akar kebaikan dalam dirinya. Kebaikan berfungsi agar manusia saat melakukan apapun bertujuan untuk kebaikan sesame. Dharma itulah yang mengatur dan menjamin kebenaran hidup manusia. Keutamaan Dharma sesungguhnya merupakan sumber datangnya kebahagiaan, memberikan keteguhan budi, dan menjadi dasar dan jiwa dari segala usaha tingkah laku manusia. Keempat bagian Catur Purusa Artha tidak bisa diimplementasikan parsial atau sebagian namun harus satu kesatuan. Semuanya mulai dari Dharma, kemudian menuju ke Artha, lalu Kama dan terakhir Moksa. Moksa sendiri adalah cita-cita semua umat Hindu. “Keempat tujuan ini implementasinya harus secara holistik, satu kesatuan,” Dharma adalah ajaran kebenaran, yang tidak dapat ditawar oleh umat, sebab Dharma membimbing umat manusia, ke jalan kebenaran serta mempunyai etika, moral, sopan-santun, dan sebagainya. Dharma ini harus dijadikan landasan yang kuat, dalam mengarungi kehidupan. Sehingga semua hal harus berdasarkan Dharma. Ajaran kebenaran atau Dharma ini yang melandasi kehidupan umat Hindu. Dharma juga harus dijadikan landasan dalam mencapai Artha dan Kama. Jika semuanya berlandaskan Dharma, maka tidak menutup kemungkinan tujuan akhir yaitu Moksa bisa tercapai.
ARTHA
Tangga kedua adalah Artha. Artha dapat dikatakan sebagai bekal atau sarana yang dapat berupa harta benda atau kekayaan dalam wujud apapun, kesehatan, pengetahuan, keahlian, kebijaksanaan, sahabat, dan bahkan kemampuan dalam mengendalikan diri pun adalah termasuk Artha. Bekal ini harus diperoleh dengan cara yang benar, diperoleh dengan berlandaskan pada Dharma dan juga digunakan untuk Dharma. Jika sudah memperoleh Artha dengan Dharma sebagai landasannya, maka kita bisa memenuhi keinginan kita atau disebut dengan Kama. Ketika Artha ini kita peroleh dengan cara yang tidak benar, tidak sesuai dengan tuntunan kitab suci, maka semua itu akan sia sia. Bhagawad Gita Sloka 16.23 menyatakan, (Terjemahannya): “Mereka yang bertindak dengan tidak mengindahkan pedoman pedoman kitab suci (aturan), bertindak semata – mata hanya untuk memenuhi keinginan (nafsu) semata, maka ia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan, kebahagiaan maupun tujuannya yang tertinggi”. Adalah upaya untuk mencari harta demi penghidupan dan kemakmuran. Hal ini juga mencakup usaha mencari pekerjaan, berpolitik, memelihara kesehatan, dan mencari kesejahteraan material. Arta dibutuhkan demi mencapai kehidupan yang makmur sentosa, terutama bagi umat yang sudah berumah tangga. Ajaran tentang arta disebut Arthashastra, karya Kautilya .
Artha merupakan obyek dari Kama sehingga.
Ajaran agama Hindu menganjurkan agar semua orang memiliki Artha, sebab dengan
Artha seseorang nikmat merasakan hidup
ini. Artha dapat berarti sarana untuk
mencapai tujuan tertinggi (moksa).
Baca Juga : Apa itu Perisai Spiritual
Di jaman kali yuga dikatakan bahwa yajna yang paling utama adalah dengan berdana punia. Untuk itu Artha jaman sekarang sangat penting, sebab tanpa Artha seseorang tidak akan pernah merasakan kesenangan. Adalah kekayaan dalam bentuk materi/ benda-benda duniawi yang merupakan penunjang hidup manusia. Pengadaan dan pemilikan harta benda sangat mutlak adanya, tetapi yang perlu diingat agar kita jangan sampai diperbudak oleh nafsu keserakahan yang berakibat mengaburkan wiweka (pertimbangan rasional) tidak mampu membedakan salah ataupun benar. Nafsu keserakahan materi melumpuhkan sendi-sendi kehidupan beragama, menghilangkan kewibawaan. Bahwa Artha merupakan unsur sosial ekonomi bersifat tidak kekal berfungsi selaku penunjang hidup dan bukan tujuan hidup. Artha perlu diamalkan (dana punia) bagi kepentingan kemanusiaan (fakir miskin, cacat, yatim piatu, dan lain- lain
BACA JUGA :
12Fisika Quantum, Menembus Ruang dan Waktu
3. Catur Purusa Artha,: Kama & Moksa
4. Kekuatan Pikiran dan Meditasi
5. Misteri Kehidupan Masa Lalu
SSUMBER :
1. Kompas.com
3. Hinduisme
4. Mimbar Agama Hindu
5. Institut
Hindu Dharma Negeri Denpasar
6. HinduJogja.com
Belum ada Komentar untuk "TUJUAN HIDUP MENURUT AGAMA HINDU: DHARMA & ARTHA 2"
Posting Komentar